"Eh Van kamu tadi ngobrol apa sama Nyonya bos?" tanya Agus.
"Ngobrol biasa aja Gus, gak ada yang spesial kok. Emang kenapa sih?" tanya Revan pada teman kerjanya sedikit sewot.
"Ya gak apa-apa cuma kamu kan pindahan anak baru dari Jakarta ke sini. Yang aku denger kamu di pindah ke Bandung karena bertengkar dengan rekan kerjamu di sana gegara kamu gangguin istrinya ya? Apa benar itu?" tanya Agus.
"Itu fitnah Gus, aku hanya dijebak sama dia biar aku gak naik pangkat kan dia sainganku di sana. Alhasil bos mutasi aku deh ke sini. Tapi ya gak apa-apa di sini hawanya sejuk beda dengan di Jakarta panas" ucap Revan.
"Oh begitu ceritanya. Syukurlah jika kamu memang yang ingin pindah ke sini. Hanya saja jangan coba-coba deketin Nyonya bos karena orangnya susah di deketin. Malah sering galak sama kita. Maklum suka rungsing tak jelas mungkin jarang dibelai sama lakinya" ucap Agus sambil cekikikan.
"Emang Pak Rian jarang pulang ke Bandung? Kan Jakarta-Bandung dekat apalagi seorang bos kan mudah tinggal beli tiket pesawat atau kereta cepat" ucap Revan.
"Iya Van, Pak Rian itu pulang kampung ke sini lima atau enam bulan sekali. Alasannya pekerjaan di Jakarta cukup banyak maklum usahanya sedang berkembang dan ingin memasarkan produk tehnya juga ke luar Jawa. Dulu Nyonya bos ikut tinggal di Jakarta saat awal merintis usaha mereka. Namun ketika anak-anak mereka sudah besar jadinya Nyonya bos kembali tinggal di Bandung saja sama kedua mertuanya di sini" ucap Agus.
"Rumah bos kok sepi ya? Orang tua Pak Rian sama anak-anaknya ke mana?" tanya Revan sambil melihat rumah majikannya dari kejauhan.
"Anak laki-laki Pak Rian yang nomor satu kuliah di Jogjakarta sedangkan anak perempuannya sekolah di sini masih SD dan tinggal bersama Nyonya bos dan mertuanya walau beda paviliun saja. Ngomong-ngomong kamu di sini jadi ngekos di mana Van?" tanya Agus.
"Ada Kang, tak jauh dari sini kok cuma naik motor saja lima belas menit saja dari pabrik" ucap Revan.
"Sudah sore aku pulang dulu ya Van dicari istri soalnya kambingku mau melahirkan. Jangan lupa kunci semuanya dan serahin kunci ke Nyonya bos" ucap Agus seraya menepuk pundak Revan dan berpamitan pulang.
Jam sudah menunjukkan pukul enam sore dan langit mulai gelap. Seluruh pintu pabrik sudah ia tutup karena karyawan sudah pulang sejak jam empat sore tadi. Di pabrik tak banyak pekerja karena ini area perkebunan jadi lebih banyak pekerja adalah butuh pemetik teh yang banyak bekerja di kebun langsung.
Pabrik di Bandung pun hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan teh saja karena untuk pengolahan, pengemasan hingga produk jadi berada di Jakarta dekat dengan kantor pusat. Ketika akan berbalik badan setelah menutup gerbang utama pabrik, Revan dikejutkan dengan sang Nyonya bos yang bernama Imelda biasa dipanggil Imel.
Tadi pagi sang nyonya bos berpakaian cukup rapi karena datang ke pabrik saat jam kerja. Namun alangkah terkejutnya saat ini dengan mulut menganga Revan menatap istri bosnya yang kini ada di hadapannya dengan berpakaian daster motif bunga-bunga cantik. Akan tetapi masalahnya bukan sembarang daster seperti yang biasa istrinya pakai di rumah. Istri bosnya itu tengah memakai daster motif bunga dengan warna dasar kain yang putih tipis dengan tali spagheti di bahu kanan kiri tipis tanpa penutup kedua lengan atasnya.
Secara otomatis mata lelaki yang memandangnya tentu akan berdesir bahkan bisa menimbulkan gejolak hawa panas di dalamnya. Revan mendadak menelan salivanya karena jelas sekali bahwa wanita di hadapannya ini sedang tak memakai kain penutup untuk menyangga buah semangkanya yang berwarna merah jambu itu.
"Eh Mam Imel ngagetin saya saja, ini kuncinya. Saya pamit pulang dulu" ucap Revan seraya menyerahkan kunci pabrik pada istri bosnya itu.
"Kamu sudah mau pulang? Apa gak mampir makan dulu di rumah, kan kamu anak kos. Apa ada orang yang menyiapkan makanmu di kosan?" tanya Imel.
"Pucuk di cinta ulam pun tiba. Tak baik menolak rejeki kan sekalian hemat uang maklum belum gajian" ucap Revan dalam hati.
"Apa tak masalah Mam saya makan di rumahnya, takutnya nanti jadi bahan gosip tak enak di sini kan ada mertua dan anak Mam Imel" ucap Revan.
"Tak apa kok, di rumah hanya saya sendiri saat ini karena mertua saya sedang pergi keluar kota dan putri saya baru saja berangkat bimbel sama teman-temannya di rumah guru mereka di desa seberang. Nanti jam sembilan malam baru pulang biasanya" ucap Imel.
"Wah, kita hanya berdua saja nih Mam di rumah? Apa Mam gak takut sama saya kan saya lelaki normal lho" ucap Revan menggoda.
"Ah kamu dasar suka ngerayu dan godain wanita mulu. Yuk masuk sudah malam juga dan aku sudah lapar" ucap Imel.
"Iya Mam let's go keburu nanti Mam yang ganti aku makan, ups" ucap Revan keceplosan seraya menutup mulutnya. Imel yang mendengar ucapan Revan hanya bisa tersenyum penuh makna dan hanya dirinya yang tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Hulatus Sundusiyah
wadauuuh....
2024-08-27
1
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sama-sama gatel
2024-04-17
2
nobita
uuuh dasar Revan... ngegombal melulu...
2024-02-08
2