Karena tak kunjung berhenti akhirnya Darandra menarik tangan Tasya.
"Tunggu..! kau, mau kemana,?" Darandra berusaha mencekal tangan Tasya.
"Lepaskan aku, aku bilang lepaskan, jangan ganggu aku, biarkan aku sendiri,!" Cicit Tasya terus berusaha menghempaskan tangan Darandra yang mencekalnya.
"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu, kau tanggung jawabku, kau kira, aku juga tidak tersiksa dengan semua ini, aku juga tersiksa dengan hubungan ini Tasya, aku juga tersiksa, tapi jika aku melepaskannya sekarang itu saudah tidak mungkin."
"Apa maksudmu,?"
apa kau tahu apa yang akan terjadi denganku Dad, Anthony pasti akan membunuhku, lagi pula aku sudah melakukannya dan aku tidak sejahat itu untuk membuangnya begitu saja,"
"Melakukannya? apa maksudmu dengan melakukannya, jawab aku bodoh!" teriak Tasya menunjuk pada dada Darandra.
la menangis tersedu-sedu karena mengerti dengan apa yang di maksudkan Darandra.
"Maafkan aku...," Darandra ingin sekali memeluk tubuh wanita yang sangat di cintai nya itu, namun entah kenapa ia begitu takut melakukannya.
"Kau jahat..! padaku Andra, kau jahat, kau sama saja, di saat aku berusaha membuka hati untuk mencintaimu, kau malah mencampakkanku, sedang aku kini terjebak hidup bersama orang yang sangat aku benci itu, aku benci kalian semua," Tasya terus saja meraung dalam tangis kesedihannya itu, ia juga merasa merasa kecewa melihat kediaman Darandra memilih untuk segera pergi.
"Kau mau kemana, Jangan pergi!" Darandra menahan langkah Tasya dengan menarik tangannya hingga membuat Tasya masuk ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku, selama ini aku tak pernah melihatmu menangis, jadi diamlah, kau tau sendirikan? aku orang yang paling benci melihat wanita menangis karena aku tak tahu cara menghiburnya, atau apa perlu aku nyanyikan lagu selamat tidur kekasih gelap ku."
"Kau,! apa kau mengagapku sebagai kekasih gelapmu sekarang ini,?" Tanyanya sambil mendongak menatap lelaki yang di cintainya itu.
"Tentu saja tidak, kau adalah kekasih sejatiku, hubungan inilah yang membuatnya gelap, maafkan aku jika semua tak sesuai yang kita rencanakan, bagaimana perasaanmu sekarang, apa kau merasa jauh lebih baik?," Tasya hanya mengangguk sebagai sebuah jawaban.
"Ayo kita ke mobil, aku takut Amara akan bangun, dan dia melihat kita berdua di sini lagi pula nanti kita terlambat," Ajaknya, Tasya pun kembali hanya memberikan sebuah anggukan tanda mengiyakan.
"Syukurlah Amara masih tidur,"
"Apa perlu kalau kita membangunkan nya sekarang,?" tanya Tasya melirik Amara.
"Apa perlu kita memberi tahunya, semua rencana kita,"
"Aku rasa tidak perlu, lebih baik ia mengetahuinya disaat semuanya sudah berakhir,"
Baiklah jika itu keinginanmu Darandra kembali melajukan mobilnya menuju sebuah tempat kawasan elit di kota itu, karena ia sudah membuat janji pertemuan dengan seseorang, sementara itu Tanpa mereka sadari semenjak tadi Amara sebenarnya tidak tertidur dan ia mendengar semua percakapan keduanya walau samar-samar dari dalam mobil, Amara terus berusaha menahan sesak yang menghantam perasaan nya, namun dia berusaha untuk tidak sampai menangis.
"Kita sudah sampai ayo turun,! kau jalanlah duluan, aku akan membangunkan Amara terlebih dulu," ujar Darandra.
"Baiklah, jangan lama-lama, kau tau kan Dokter James tidak suka menunggu lama."
"Iya,, jangan khawatirkan itu, aku mengerti kok,"
Jika Tasya kini sudah berlalu, maka lain halanya dengan Darandra, ia berusaha untuk membangunkan Amara yang tengah nampak tertidur pulas di kursi belakang.
"Ra...Ra...apa kau akan tinggal di mobil ayolah bangun kita sudah sampai, Haaah...benar kata Tasya seharusnya aku tidak membawanya, kalau aku tahu jadi bakal seperti ini."
Tidak ada pergerakan dari Amara membuat Darandra beberapa kali mendesah kesal.
"Ck, kalau aku tau kau akan menyusahkan seperti ini aku tidak akan mengajak mu," Gerutunya.
"Dan aku tidak pernah minta untuk di ajak, apa kau tau aku sengaja tidur agar tidak mengganggu ke romantis kalian," ucap Amara bangkit dan keluar dari mobil namun beberapa langkah ia berjalan ia sudah jatuh pingsan.
"Amara, Amara, Amara, bangun kau kenapa? kau jangan pura-pura pingsan lagi Amara,! apa kau kira aku akan percaya sandiwaramu ini,!" Sergah Darandra sambil mengguncang tubuh Amara. Namun tetap saja tidak ada respon.
"****...!" umpatnya lalu menghubungi seseorang,"
"Batalkan pertemuan, dan makan malam hari ini, maaf Amara jatuh pingsan,"
"Apa,? tap-tapi aku sudah masuk Andra,"
"Terserah kau saja, kalau kau mau menemaninya sendiri tanpa aku, juga tidak Apa-apa."
"Hal..."
Tut... tut... tut...
"Sial, kenapa jadi seperti ini,?" umpat Tasya.
"Ada apa? kemana pasanganmu itu anak muda, apa dia selalu seperti ini jika berjanji? dan selalu tidak tepat waktu, apa orang seperti dia yang akan diajak bekerja sama? dia masih muda, tapi tidak punya tanggung jawab sendiri," protes lelaki tua yang duduk di depan Tasya.
"Beruntung aku segera menyadarinya dia tidak cocok untuk di percaya, buktinya dia seperti pecundang saja, hanya menyuruhmu datang dan dia juga yang membatalkan semuanya, Jika seperti ini jangan mencoba untuk datang kemari,"
"B-bukan seperti itu, Tadi dia datang bersamaku tapi tiba-tiba saja ada pasiennya yang mendadak darurat,?" terang Renata berusaha memberikan penjelasan dan alasan yang tepat, agar lelaki tua itu tidak menolaknya.
"Benarkah seperti itu?" tanya lelaki tua yang tak lain adalah dokter James, seorang dokter sekaligus pengusaha yang terkaya yang baru-baru ini ingin menetap tinggal di negara istrinya itu, karena selama ini ia hidup di luar negeri bersama keluarga tercintanya, karena istrinya kini sakit-sakitan setelah kehilangan putri mereka akibat sebuah insiden kecelakaan, membuat istrinya mengalami depresi berat.
Mau tidak mau membuat Dokter James, harus berhenti mengurus tampuk kekuasaan nya karena harus fokus mengurus sang istri yang jauh lebih butuh perhatiannya, ia mempunyai seorang Putra tapi Putranya sendiri memilih untuk bekerja pada orang lain daripada menggantikan sang Papa.
Untuk itulah Dokter James harus mencari seseorang yang bisa melanjutkan tugasnya sebagai dokter, dan yang bisa melanjutkan mengurus rumah sakitnya itu.
"Benar tuan, Anda boleh mengeceknya sendiri kalau anda tidak percaya dengan omongan saya," Balas Tasya kembali berusaha meyakinkan, sejenak lelaki tua itu terdiam sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja, dengan wajah yang nampak serius, ia pun kembali menatap Tasya.
"Baiklah, Aku akan mencoba percaya kepada apa yang kau katakan itu, tapi aku tidak ingin hal seperti ini terjadi lain kali, karena aku juga sedang sibuk, hanya ingin bertemu kalian aku meluangkan waktu ku tapi apa hasilnya sangat mengecewakan."
"Baiklah, Tuan terima kasih atas pengertian Anda, dan sekali lagi saya minta maaf, Atas kejadian ini, kalau begitu saya juga pamit pulang Tuan."
"Baiklah, silakan,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Lina Anna
jgn amara anak dokter james
2023-04-22
0
fifid dwi ariani
trus semangat
2023-03-20
0