"Dinda" Panggil Juna yang kini berada ditoilet.
Dinda berbalik melihat kearah sumber suara. Melihat ternyata sahabatnya Juna yang ada dibelakangnya.
"Kenapa datangnya terlambat"
"Dinda, kenapa malah ngobrol sama teman anehmu ini?" Tanya Dewa yang kini juga berada ditoilet.
Wajah Juna berubah seketika menjadi masam, mendengar suara orang yang sangat dia hindari keberadaannya, malah kini berdiri tepat disampingnya.
Juna lalu menoleh kearah Dewa "Dinda belum sembuh, kamu tidak lihat wajah Dinda pucat. Kamu mau Dinda pingsan lagi kayak kemarin?" Ucap Juna menatap Dewa dengan tatapan seperti biasa ketika kedua orang itu bertemu ditempat yang sama.
"Biar aku saja yang gantikan Dinda menjalani hukumannya, biar Dinda kekelas dulu sekarang" Ucap Juna lagi kemudian memegang tangan Dinda untuk menuju kekelas.
Dewa merasa tidak suka dengan Juna yang seenaknya saja padahal dirinya lah yang seharusnya memutuskan apakah Dinda boleh pergi atau tidak.
"Tunggu" Panggil Dewa membuat Dinda dan Juna spontan menghentikan langkah mereka.
Dinda dan Juna lalu berbalik menatap kearah Dewa yang kini terlihat mulai marah.
Dewa lalu berjalan kearah mereka berdua. "Siapa yang mengizinkanmu membawa Dinda pergi" Ucap Dewa dengan tatapan tajam membuat Juna tertawa sinis mendengar pertanyaan dari kakak seniornya itu.
"Memangnya kamu mau Dinda pingsan karena membersihkan Toilet ini?" Tanya balik Juna membuat Dewa kini berada dipuncak amarahnya. Karena Juna yang terus saja berbicara lantang tanpa memperdulikan Dewa yang lebih senior darinya.
Rangga yang berada di toilet pria hanya duduk di dalam toilet sambil memainkan ponselnya. Bisa Rangga dengar perdebatan antara Juna dan Dewa, namun dirinya sama sekali tak tertarik untuk keluar menyaksikan perdebatan kedua orang tersebut.
Dalam hati Rangga bahkan ia berharap mereka berdua agar terus berdebat sampai bel istirahat berbunyi, sehingga ia tak perlu membersihkan toilet yang tidak pernah ia lakukan selama hidupnya.
Drrttt... Drrttt...
Ponsel Rangga bergetar, ia melihat panggilan masuk dari Kakek kemudian dengan cepat lalu mengangkat telfon darinya.
"Ada apa Kek?" Tanya Rangga setelah telfon tersambung.
"Kamu dimana?" Ucap Kakek membuat Rangga bingung.
Dalam benak Rangga memikirkan memangnya Kakeknya itu lupa jika dirinya setiap hari bersekolah, tentu saja sekarang ia berada disekolah memangnya dimana lagi?.
"Disekolah Kek" Ucap Rangga sedikit malas menjawab pertanyaan Kakeknya.
"Kakek tau, maksud Kakek kamu dimana? Kakek tidak melihat keberadaanmu didalam kelas tadi" Balas Kakek membuat Rangga semakin bingung, apa yang sebenarnya Kakeknya lakukan disekolah? Gumam Rangga dalam hatinya.
"Aku ditoilet" Ucap Rangga cepat.
"Oh..." Jawab Kakek beroh ria. " Temui Kakek sekarang dipintu masuk, aku sudah meminta izin sama kepala sekolahmu untuk memberiku izin bertemu sebentar denganmu. Cepatlah ada hal penting yang ingin kakek katakan" Ucapnya lalu mematikan telfon, tak memberi kesempatan pada Rangga untuk berbicara lagi.
Rangga kemudian keluar melewati 2 orang yang masih berdebat karena memperebutkan siapa yang akan mengantarkan Dinda kekelas, bahkan Rangga bisa melihat dengan ekor matanya kini tangan Dinda sudah dipegang oleh mereka yang merasa paling berhak atas Dinda.
"Sudah, hentikan tanganku sakit kalian tarik terus" Ucap Dinda dengan suara yang naik beberapa oktaf kemudian melepaskan dengan kasar pegangan dari Juna dan Dewa.
"Kalian pikir aku ini barang yang bisa kalian perebutkan?" Ucap Dinda lagi kemudian berlalu meninggalkan Juna dan Dewa yang kaget mendengar suara Dinda yang marah.
Juna kemudian ingin melangkah menyusul Dinda namun dewa menahannya dengan memegang bahu Juna. Karena merasa tak senang dipegang oleh Dewa, Juna menghempaskan tangga Dewa tanpa rasa takut sedikitpun.
"Mau kemana kau?" Tanya Dewa membuat Juna kini mulai naik pitam. Untung saja Juna masih bisa mengontrol amarah karena mengingat jika dirinya sekarang masih berada dilingkungan sekolah, sehingga mau tidak mau Juna mengurungkan niatnya untuk memberi pelajaran pada seniornya yang belagu itu.
"Be**k" Ucap Juna membuat Dewa tertawa sinis karena jawaban darinya.
"Yah mau menyusul Dinda lah, kamu pikir aku mau berduaan disini sama kamu. Ogah" Ucap Juna kemudian ingin melangkah pergi namun tangannya dipegang oleh Dewa sehingga ia tak bisa kemana-mana.
"Lepaskan, kita tidak sedang syuting adegan film india yah. Ini juga ngapain pegang-pegang, kalo ada yang lihat gimana. Nanti mereka kira kita ngapa-ngapain lagi" Ucap Juna kemudian melepaskan tangannya yang dipegang oleh Dewa.
Dewa lalu menyilangkan kedua tangannya tepat didepan dada kemudian menatap tajam kearah Juna. "Sudah puas bicaranya? sekarang bersihkan toilet ini sampai bersih" Ucap Dewa yang membuat ekspresi wajah Juna terkejut dengan apa yang Dewa katakan.
"Kau sendirikan yang bilang akan menggantikan Dinda, sekarang bersihkan toilet ini sampai benar-benar bersih" Ucap Dewa kemudian meninggalkan Juna yang masih diam terpaku ditempatnya.
Baru beberapa langkah, Dewa kemudian menghentikan langkahnya kemudian berbalik lagi kearah Juna. "Oh iya satu lagi, karena kau sudah kurang ajar pada seniormu, maka hukumannya ditambah sampai jam pulang sekolah" Ucap Dewa lagi kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Juna menarik nafas kemudian menghembuskannya dengan kasar.
"Dia pikir dia itu siapa, aku akan membalas perbuatannya kepadaku. Lihat saja nanti dasar senior belagu" omel Juna kemudian beranjak mulai membersihkan toilet, walaupun sebenarnya ia sangat tak ingin melakukan perintah dari Dewa, tetapi mau tidak mau ia harus melakukannya demi Dinda.
Rangga yang kini sudah berada didalam mobil bersama dengan Kakeknya, hanya diam saja tidak mengeluarkan sepatah katapun dari bibirnya sejak ia masuk ke dalam mobil tadi. Bahkan sekedar menyapa Kakeknya saja sepertinya dia tak mau. Gengsi Rangga sangat tinggi. Bahkan dengan keluarganya sekalipun Rangga jarang sekali bertegur sapa. Ditambah lagi setelah Rangga yang memutuskan untuk tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya membuat mereka menjadi jarang berkomumikasi. Seperti bukan keluarga saja.
"Kamu apa kabar?" Tanya Kakek memulai percakapan setelah beberapa saat hanya diam menatap cucunya yang sedingin kutub utara itu.
"Aku baik" Ucap Rangga singkat. Namun Kakek yang mendengar jawaban dari cucunya itu merasa sangat senang. Walaupun jawaban cucunya seperti lauk makanan yang ala kadarnya.
"Kembalilah kerumah. Kakek ingin kau tinggal bersama Kakek seperti dulu lagi" Ucap Kakek spontan membuat Rangga menoleh kearahnya.
"Kakek kan tau kalo aku dari dulu tak ingin tinggal bersama kalian. Jadi stop, jangan paksa aku untuk kembali tinggal dirumah Kakek lagi" Ucap Rangga menolak secara langsung apa yang Kakeknya inginkan.
"Kalo kau tidak ingin tinggal dengan Kakek lagi, maka kau harus menikah dengan calon yang sudah Kakek siapkan untukmu"
"Apa? Menikah? Aku tidak mau" Lagi lagi Rangga menolak keinginan Kakeknya itu.
"Keputusan Kakek sudah bulat, minggu depan kalian harus segera menikah"
"Apa? Aku tidak salah dengar kan?" Untuk kedua kalinya Rangga kembali kaget dengan apa yang Kakeknya katakan.
Rangga semakin emosi karena Kakeknya yang tiba-tiba muncul sudah membuat dirinya tidak senang karena hal itu, apalagi kini Kakeknya itu menyuruh dirinya agar segera menikah. Semakin membuat Rangga tidak senang karena tak tanggung-tanggung Kakeknya itu akan menikahkan dirinya minggu depan. "Mimpi apa aku semalam?" Gumam Rangga dalam hatinya.
"Pokoknya aku tidak mau" Ucap Rangga lagi kemudian turun dari mobil meninggal Kakek yang menatap kepergian cucu kesayangannya itu.
"Dasar keras kepala" Ucap Kakek masih memandang kepergian Rangga hingga hilang tak terlihat lagi.
*
*
*
*
"Dinda kok kamu sendiri, Juna mana?" Tanya Sindi yang melihat kedatangan Dinda.
"Juna ditoilet sama Dewa" Jawab Dinda kemudian duduk ditempat duduknya lalu menyandarkan wajahnya diatas meja.
"Kenapa kamu tinggalin mereka berdua?" Tanya Sindi lagi karena khawatir akan terjadi sesuatu mengingat Juna dan Dewa yang tak pernah akur.
"Aku males dengar perdebatan mereka Sin, Tanganku juga sakit gara-gara ditarik sama mereka" Jawab Dinda sambil mempraktikkan bagaimana tadi tangannya ditarik oleh Juna dan juga Dewa. Membuat Sindi yang mendengarnya menjadi tertawa.
"Kok kamu malah ketawa?" Tanya Balik Dinda yang merasa heran karena Sindi yang tertawa.
"Soalnya kamu lucu, coba aja kamu terima cinta salah satu diantara mereka pasti gak akan terjadi tarik-tarikan. Iya kan Mon?" Ucap Sindi kemudian memandang kearah Remon yang sedang melihat kearah mereka berdua sambil menaikkan kedua alisnya untuk mendapatkan dukungan dari Remon.
"Emangnya kamu gak patah hati kalo Kak Dewa jadian sama Dinda?" Tanya Remon membuat Sindi membulatkan kedua matanya kearah Remon karena tak suka dengan apa yang dia katakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments