Chapter XX (Yoga Pratama)

Aku tak heran jika akhir-akhir ini fans Chef Agusta Wimala semakin bertambah banyak. Followers di instagramnya saja sudah mencapai 100K, padahal baru membuat akun instagram enam bulan yang lalu. Dia memang sosok yang patut diidolakan. Memiliki sifat rajin beramal, tak pernah lupa bersyukur, sopan santun tinggi, ramah ke semua orang dan yang paling kukagumi darinya adalah dia begitu mencintai tanah kelahiran. 

Aku mengenal Chef Agusta sekitar tahun 2008, saat pertama kali dia kuliah di universitas Malang. Ya, kami satu kampus bahkan tinggal satu kos. Orang-orang dulu menyebut kami dengan ‘kembar siam’ itu karena dimana ada Chef Agusta pasti selalu ada aku. Aku senyum-senyum sendiri ketika mengenang masa indah tersebut.  

Tadinya aku pikir begitu dia dinobatkan sebagai runner up ajang kompetisi terbesar di Indonesia yang diadakan oleh salah satu televisi swasta dia akan melupakanku. Aku hanyalah butiran debu bagi masyarakat. Bayangkan saja 2 tahun lulus kuliah tak kunjung mendapat pekerjaan tetap. Aku selalu berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup di warung dekat kos. Hal itu membuat ibu-ibu melempar tatapan sinis begitu aku lewat depan rumahnya. 

Siapa yang sangka di tahun 2012 dewi fortuna menghampiriku. Chef Agusta menawarkan kerjaan kepadaku sebagai managernya. Waw, aku sama sekali tak pernah bermimpi jadi manager artis. Tentu saja tawaran tersebut langsung kuterima tanpa pikir panjang. Satu sisi aku merasa tak enak sama Chef Agus karena sempat berpikir negatif kepadanya.

Menjadi manager artis tak semudah yang kubayangkan. Tahun 2012 jadwal Chef Agusta sedang padat-padatnya sehingga dari pagi sampai pagi lagi aku harus mengikuti kemana pun dia pergi. Jam tidurku waktu itu hanya berkisar antara 2-3 jam saja. Namun usaha tak akan mengkhianati hasil. Tiga bulan lalu tepatnya awal Januari 2017 aku berhasil mendirikan rumah idaman di tanah kelahiranku yakni Yogyakarta. 

Rumah idaman yang kubangun itu berbentuk Joglo. Apa itu Joglo? Hakekatnya Joglo adalah sebutan bagi rumah adat Jawa Tengah. Seperti sifat cinta tanah kelahiran Chef Agusta menular di diriku. Tak banyak yang tahu rumah adat Jawa Tengah ini bersinggungan langsung dengan nilai-nilai luhur. Jadi, Joglo bukan sekadar hunian. Lebih dari itu, ia adalah simbol. Kerangka rumahku berupa soko guru. Ada empat pilar utama yang menjadi penyangga utama rumah. Tiang utama ini masing-masing, barat-utara-selatan dan timur.

Jika rumahku ini dijabarkan secara detail lagi maka dalamnya terdiri dari beberapa bagian yakni pendhopo, pringgitan, dan juga omah dalem/omah njero. Yang dimaksud pendhopo adalah bagian Joglo yang lazim untuk menjamu tetamu. Pringgitan sendiri merupakan bagian dari ruang tengah yang umum dipakai menerima tamu lebih dekat. Sementara itu, omah dalem/omah djero ruang dimana keluarga biasanya bercengkrama.

Keren kan rumahku? Asal tahu saja meski rumah Joglo diakui sebagai rumah adat Jawa Tengah, tapi tidak semua rakyat Jawa Tengah memiliki rumah ini. Mengapa? Sebab meski tampilannya cukup sederhana, namun kerumitan bahan baku serta pembuatan menjadikan proses pembangungan Jogja memakan waktu juga biaya yang melimpah.

Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia

 Aku punya ragamu tapi tidak hatimu

Kau tak perlu berbohong, kau menginginkannya.

Kurela kau dengannya asal kau bahagia

Indera pendengaranku menangkap alunan merdu lagu Armada – Asal Kau Bahagia. Aku ingat betul, lagu itu kusetting untuk nada dering panggilan telepon di HP. HP mana HP? Kurogoh saku kemeja sampai saku celana tak kunjung kutemukan keberadan benda itu. Pandanganku beralih ke meja makan. Benda yang kucari ada di sana. Bergegaslah ke meja makan.

Dilayarnya tertulis nomor tak dikenal. Firasatku mengatakan nomor itu merupakan nomor orang yang akan memberi job Chef Agusta di bulan April. Untuk memastikannya aku menggeser icon telepon warna hijau ke warna merah pertanda menjawab panggilan tersebut.

“Assalamualaikum. Saya Yoga Pratama, manager Agusta Wimala. Ada yang bisa saya bantu?” Ini merupakan kalimat andalanku jika menerima telepon.

“Waalaikumsalam, Pak Yoga. Perkenalkan nama saya Irene. Niat saya menelepon anda dengan maksud tujuan ingin mengundang Chef Agus menjadi juri di acara yang diadakan oleh kantor saya pada 5 April. Bisa kan?”

 Deg!

Dugaanku benar. Aku harus jawab apa? Aku mengacak rambut frustasi. Gara-gara ide konyol bertukar profesi, akulah yang harus menanggung pusing. 

 “Sebenarnya ada cara sih biar bisa menggagalkan ide konyol mereka bertukar profesi.”

Mendadak ucapan gadis mata belo, rambut blonde keriting bergelombang bagian bawah, dua minggu lalu kembali terngiang di telingaku. Apa aku terima saja tawaran dari ibu di telepon ini? Tapi kalau aku terima ternyata rencana Adeena gagal siapa yang ganti rugi? Uangku sudah habis buat bangun rumah Joglo.

“Halo, Pak Yoga. Kok diem? Bisa kan  Chef Agus menjadi juri di acara yang diadakan oleh kantor saya pada 5 April?”

Pertanyaan dari ibu di seberang telepon menyadarkanku dari lamunan lumayan panjang. “Ibu, nanti saya tanyakan ke Chef Agusnya dulu? Jika dia sudah memberikan jawaban, nanti saya kabari anda lagi.”

Klik. Aku memutuskan sambungan telepon. Sedikit kurang sopan memang, tapi daripada telinga panas mendengarkan ocehannya?

Adeena oh Adeena kamu ke mana? Sudah jam dua belas siang dia tak kunjung menampakan batang hidungnya, padahal dia sudah janji ke rumahku jam sembilan tepat. Tujuannya datang ke rumah ingin menyerahkan beberapa novel Agatha sekaligus mengambil buku resep Chef Agus. Yang membuatku menunggu kedatangannya adalah aku mau menanyakan sudah berapa jauh dia menjalankan rencananya untuk menggagalkan ide konyol bertukar profesi Agatha dan chef Agusta.

Teng... teng ... teng

Rumahku ini tidak ada bel pada rumah umumnya. Yang ada hanya lonceng seperti di sekolah SD zaman dulu. Biar anti mainstream. Aku bergegas menuju pintu utama, memastikan siapa yang datang?

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sosok wanita yang sedaritadi kutunggu kini ada di depan mata. “Adeena, kamu ke mana sih jam segini baru datang? Kamu kan janjinya datang ke rumahku jam sembilan pagi.” Aku mengomelinya panjangxlebarxtinggi.

“Sorry, tadi aku ada urusan dulu. Kenapa? Udah kangen banget ya sama aku?” dia bertanya seraya menyunggingkan senyuman manisnya. Aku membalas senyumannya itu dengan muka masam. Dia menjengkelkan. Di saat seperti ini dia masih bisa melontarkan candaan.

“Ya udah yuk masuk.”

Setelah dia masuk ke rumahku, kupersilakan dia duduk di kursi rotan terbaru. Matanya jelalatan memandangi seluruh sudut rumah Jogloku. “Wuih, rumahmu keren banget. Pasti ngabisin kocek banyak buat bangun model gini.”

“Alhamdulillah, hasil kerja keras jadi manager Chef selama enam tahun.”

“Kamu enak ya, jadi anak tunggal. Nggak kayak aku, lima tahun jadi manager Tatha boro-boro deh bisa bangun rumah, beli mobil aja nggak sanggup.” Raut wajahnya berubah jadi mendung.

“Eh, gimana usahamu dalam  menggagalkan ide konyol bertukar profesi Agatha dan chef Agusta?”

“Sejauh ini aku sudah melaksanakan 80%.”

“Loh, kok baru 80%? Harusnya itu sudah 100%.”

“Kamu mau aku melaksanakan 20% nya sekarang juga?”

“Yaiyalah. Kapan lagi coba? Besok mereka sudah resmi bertukar profesi.”

“Okelah, bentar.”

Adeena terlihat membuka tas slempang warna biru muda yang dipakainya. Tak lama kemudian dia mengeluarkan smartphone perfect selfie. Smartphone itu ditempelnya di telinga. “Halo, Mbak Inu. Tadi saya diberitahu Agatha bahwa mulai besok percetakan libur selama satu bulan. Tapi tenang saja, gaji Mbak Inu selama satu bulan tetep dibayar kok. Nanti saya transfer ya.”

Selang dua menit Adeena mengakhiri percakapannya lewat telepon.

“Den, kamu tadi nelepon siapa?” tanyaku heran.

“Mbak Inu, salah satu karyawan penting di percetakan Agatha. Kalau Mbak Inu libur Tatha yang biasa menggantikan kerjaan Mbak Inu. Otomatis dia akan  membatalkan ide konyol bertukar profesi dengan chef Agusta.”

Aku tersenyum puas mendengar ucapan Adeena barusan. Mendadak rasa kagum menjalar di sudut hatiku. Dia sosok wanita cekatan dan banyak akal, cocok untuk dijadikan calon istri. Eits, aku jadi mikir melantur. Selama enam bulan ini sudah memiliki satu nama wanita yang cocok jadi istriku. Sayangnya wanita itu bukan Adeena. 

Itu artinya mulai besok aku tak perlu repot memikirkan jawaban untuk orang-orang yang memberikan job ke Chef Agusta di bulan April.

Episodes
1 Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2 Chapter II (Nurul Athiyah)
3 Chapter III (Naura Khairunnisa)
4 Chapter IV (Agusta Wimala)
5 Chapter V (Naura Khairunnisa)
6 Chapter VI (Agusta Wimala)
7 Chapter VII (Nurul Athiyah)
8 Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9 Chapter IX (Nurul Athiyah)
10 Chapter X (Naura Khairunnisa)
11 Chapter XI (Nurul Athiyah)
12 Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13 Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14 Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15 Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16 Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17 Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18 Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19 Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20 Chapter XX (Yoga Pratama)
21 Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22 Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23 Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24 Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25 Chapter XXV (Agusta Wimala)
26 Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27 Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28 Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29 Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30 Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31 Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32 Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33 Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34 Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35 Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36 Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37 Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38 Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39 Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)
Episodes

Updated 39 Episodes

1
Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2
Chapter II (Nurul Athiyah)
3
Chapter III (Naura Khairunnisa)
4
Chapter IV (Agusta Wimala)
5
Chapter V (Naura Khairunnisa)
6
Chapter VI (Agusta Wimala)
7
Chapter VII (Nurul Athiyah)
8
Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9
Chapter IX (Nurul Athiyah)
10
Chapter X (Naura Khairunnisa)
11
Chapter XI (Nurul Athiyah)
12
Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13
Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14
Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15
Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16
Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17
Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18
Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19
Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20
Chapter XX (Yoga Pratama)
21
Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22
Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23
Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24
Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25
Chapter XXV (Agusta Wimala)
26
Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27
Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28
Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29
Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30
Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31
Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32
Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33
Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34
Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35
Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36
Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37
Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38
Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39
Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!