Banyak orang yang ingin sukses tetapi banyak juga yang belum tahu kuncinya orang ksukses. Sukses itu letaknya di hati. Kadang-kadang kita terlalu fokus ingin menjadi orang sukses, tapi lupa memainkan hati.
Hati yang seperti apa? Gunakan hati untuk menolong orang lain, dan untuk memberikan solusi dengan lingkungan sekitar. Ketika hati bisa melakukan perbuatan yang baik, maka hal baik pun akan kembali kepada kita. Kesuksesan akan lebih mudah diraih, bahkan ia datang sendirinya menghampiri kita.
Saya bersyukur di usia genap kepala tiga, segala bentuk kesuksesan sudah berhasil saya genggam. Mulai dari sukses menekuni lima profesi berbeda yakni Chef, guru, desainer fashion, wirausaha kuliner dan entertainner. Sukses melunasi cicilan rumah pribadi, mobil dan apartemen di Jakarta. Paling penting sukses membawa orangtua menginjakkan kaki ke tanah suci Mekkah. Walaupun masih umroh. Satu-satunya kesuksesan yang belum bisa saya raih adalah sukses jadi imam rumah tangga yang baik. Bagaimana bisa jadi imam rumah tangga yang baik jika calon istri saja belum ada? Mungkin benar apa yang dikatakan orang sekitar saya bahwa saya terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga melupakan cari jodoh. Sudut hati saya terdalam meyakini tulang rusuk akan datang dengan sendirinya di waktu yang tepat. Buat apa susah payah mencarinya?
Drrrtttt ... drrrrttt
Dada saya bergetar hebat bukan lantaran ada cewek cantik lewat, melainkan smartphone di saku kemeja. Aku meraih benda itu untuk memastikan apa yang membuat bergetar? Ada telepon, sms atau notifasi sosial media? Ternyata dilayar smarphone tertulis ‘Anwar Calling’.
Saya mengenal Anwar dari tahun 2011. Dia sahabat sekaligus rival terberat waktu mengikuti ajang memasak di stasiun tivi swasta. Kepribadian yang kocak, tingkah laku konyol, mudah tersentuh penderitaan orang lain, dan menjunjung tinggi kesopanan membuat saya betah bersahabat dengannya.
Dua tahun lalu, ketika mendirikan Mie Bancir cabang Yogyakarta, saya langsung mengajaknya ikut serta. Saya memposisikannya sebagai manager. Sempat pesimis, firasat saya dia akan menolak. Sejak ajang memasak selesai dia menjelma jadi selebriti chef dan host acara kuliner di tivi swasta. Namun, siapa yang sangka kenyataan justru kebalikan dari dugaan? Dia bersedia bergabung di Mie Bancir Yogyakarta.
Saya menggeser icon telepon warna hijau ke warna merah pertanda menjawab panggilan Anwar.
“Hallo, Chef Agus. Sekarang juga anda ke Jogja. Ada kejadian gawat darurat, ada 1 preman mengacak-acak Mie Bancir Jogja.”
Mata saya melotot mendengar ucapan Anwar. “Loh, kok bisa? Mana satpam di sana? Apakah kalian pernah melakukan kesalahan terhadap preman-preman itu?”
“Ceritanya panjang. Yang penting Chef Agus sekarang datang ke sini!”
“Oke, sekarang juga saya booking tiket terbang ke Jogja.”
Klik. Anwar memutuskan sambungan telepon.
“Yoga!” panggilku.
Sama seperti Anwar Yoga juga manager. Bedanya Yoga manager pribadi yang tugasnya mengatur jadwal saya.
Terpogoh-pogoh dia menghampiriku. “Ada apa, Chef?”
“Sekarang juga booking tiket terbang ke Jogja. Mie Bancir cabang Jogja diacak-acak preman.”
Ekspresi Yoga berubah jadi murah. “Hah? Serius? Tapi lima belas menit lagi Chef Agus ada jadwal jadi juri pada UKK-Ujian kompetensi kejuruan tata boga SMK Negeri 4 Banjarmasin. Apa Chef mau membatalkan jadi juri di sana?”
Saya berpikir sejenak. Bisa saja saya membatalkan jadi juri UKK, tapi bagi saya membatalkan job sama saja seperti melepas tanggung jawab. Pria sejati takkan melepas tanggung jawab sekecil apapun. “Jangan. Ya udah, kamu booking tiket terbang ke Jogja di jam tiga sore aja.”
“Oke. Siap, Bos!”
Berhubung waktunya mepet, saya bergegas packing barang-barang untuk terbang ke Yogya nanti sore. Ketika selesai menjalankan tanggung jawab, bisa langsung berangkat ke Bandara Syamsuddin Noor.
***
Gara-gara keberangkatan pesawat jurusan Banjarmasin-Yogyakarta sempat tertunda, saya tiba di Mie Bancir Yogyakarta tepat pukul tujuh malam. Kau tahu apa yang terjadi? Kondisi usaha yang saya bangun selama 2 tahun lebih sungguh memprihatinkan. Meja, bangku semua patah, piring, gelas, mangkuk hancur berkeping-keping, lebih mengenaskan lagi bahan-bahan pembuatan mie bancir berserakan di lantai. Oh Tuhan, melihat pemandangan seperti ini mendadak hati saya nyeri. Jauh lebih nyeri dibandingkan dengan saat berpisah dengan gadis bibir seksi.
Gadis bibir seksi adalah julukan saya untuk Naura Khairunnisa. Pertemuan kami pada saat menjalani kompetisi memasak di stasiun tivi swasta. Tiga bulan di karantina hubungan kami semakin dekat. Walau dia selalu ketus setiap saya dekati. Memang seperti itulah keadaannya. Sayang, begitu kompetisi berakhir kami sama-sama sibuk menjalankan aktivitas masing-masing.
Oke, lupakan masa lalu. Terpenting sekarang mencari solusi masalah penghancuran mie bancir cabang Yogya. Aku memanggil seluruh karyawan ingin mendengar kronologis kejadiannya. Mereka berbondong-bondong menghampiriku sambil menundukkan kepala. Terlihat jelas ekspresi rasa bersalah di wajah mereka.
“Ada yang mau menjelaskan kronologis kenapa bisa mie bancir jadi seperti ini?” tanya saya.
Karyawan bukannya menjawab pertanyaan saya, mereka justru saling berpandangan ke Anwar. Pandangan mereka seolah-olah mengatakan, “War, kamu aja deh yang jelasin kronologisnya.”
“Begini Chef, tadi siang pas kafe lagi rame-ramenya tiba-tiba datang 10 preman badan gede-gede. Mereka langsung menghancurkan isi kafe ini.” Anwar lah yang maju menjelaskan kronologis kejadian yang sebenarnya.
“Pak Mugi ke mana? Kok diem aja saat mereka menghancurkan kafe?”
“Pak Mugi sudah berusaha menghentikan mereka, saya jumlah mereka lebih banyak. Akhirnya Pak Mugi dikeroyok rame-rame. Sekarang beliau dilarikan ke rumah sakit terdekat.”
“Kalian tahu siapa preman-preman itu? Apa jangan-jangan kalian pernah masalah dengan mereka?”
“Saya sudah menginterogasi karyawan, tapi mereka tidak ada yang pernah membuat ke preman-preman itu. Tadi salah satu preman menyerahkan surat ini ke saya, kata dia surat ini untuk Chef Agus.”
Saya menerima surat yang diberikan Anwar. “Ya sudah, lebih baik kalian pulang saja. Biar saya masih ingin sendiri dulu.”
Satu per satu karyawan mie bancir meninggalkan kafe. Kini tinggal saya yang terduduk di meja kasir sambil membaca surat yang diberikan Anwar.
Ini baru permulaan. Kalau lu masih jadi saingan gue, gue bakal memberikan kejutan lebih parah dari ini.
Saya mengacak rambut frustasi. Oh Tuhan apa yang harus saya lakukan? Lapor polisi? Saya saja tidak tahu siapa pelakunya. Selama ini saya tidak pernah merasa bersaing dengan siapapun. Rekan-rekan pengusaha lainnya saya anggap sebagai sahabat. Haruskah saya menutup usaha ini? Jika tetap dipertahankan saya takut ancaman di surat ini akan terjadi.
Tba-tiba saja saya merasakan pundak disentuh lembut oleh seorang wanita. Pasti salah satu karyawati belum pulang. “Sudah saya bilang, kamu pulang duluan aja. Saya masih ingin sendiri dulu.”
“Maaf, Chef. Saya bukan karyawati di sini.”
Deg!
Dugaan saya salah. Kalau bukan karyawati terus siapa lagi? Namun, ditilik dari suara cemprengnya saya kenal. Suara itu pernah saya dengar sebulan yang lalu. Untuk memastikan benar atau tidaknya, saya membalikkan badan.
Di depan saya berdiri tegak seorang wanita cantik, tingginya sekitar 150 cm. Tidak kurus tapi juga tidak juga gemuk. Kata lagu dangdut, sedang-sedang saja. Dia juga memiliki gigi gingsul sebelah kanan, rambut berponi dan tahi lalat di atas bibir sebelah kiri. Entah hanya penglihatan saya saja atau dia memang mirip Tania di sinetron Berkah Cinta?
“Kinta, kamu ngapain di sini?”
“Tadinya aku mau beli mie bancir eh mie bancir kondisi memprihatinkan. Apa yang terjadi sebenarnya, Chef?”
“Kamu duduk dulu biar enak ngobrolnya.”
Usai dia duduk di sebelah saya, saya menyerahkan surat yang diberikan Anwar padanya.
“Keterlaluan. Ini bukan ancaman main-main, Chef harus lapor polisi.”
“Saya nggak mau ada ribut-ribut. Ntar yang ada wartawan pada berdatangan. Menurutmu apa yang harus saya lakukan selain lapor polisi?”
“Hmmm ... apa ya?” Gadis di sebelah saya menopang tangan kanan di dagu. Dilihat dari ekspresinya terlihat berpikir keras. Sesaat kemudian wajahnya berubah jadi cerah. “Gimana kalau Mas Agus liburan kemana gitu. Otak kamu itu butuh piknik. Siapa tahu setelah pulang dari piknik kamu menemukan solusi terbaik. Atau bisa juga kamu mencoba profesi baru.”
Usulan Kinta yang terakhir menarik perhatian saya. Tiba-tiba sekilas muncul ide konyol di kepalaku. “Gimana kalau kita bertukar profesi?”
“Hah? Bertukar profesi? Piye ceritane? Ora mudeng aku.”
“Jadi gini, selama satu bulan full aku akan meninggalkan segala aktivitasku lalu belajar menekuni profesimu. Misalnya menulis novel. Saya ingin mendalami dunia literasi lebih jauh.”
“Bertukar profesi? Kayaknya seru juga. Okelah, aku setuju. Kapan kita mulai bertukar profesi?”
“Gimana kalau mulai bulan depan? Bulan ini aku mau menuntaskan tanggung jawab dulu sebagai juri dan moderator seminar.”
“Oke, nggak masalah.”
Saya semakin mengagumi wanita di sebelah saya ini. Dia bukan hanya cantik, tapi juga cerdas memberikan ide kreatif. Terbukti mampu memberikan solusi di tengah kekalutan saya. Wanita seperti itulah yang saya cari selama ini.
----------------------
1 \= Gimana ceritanya? Gak ngerti aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments