Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)

Berapa lama lagi aku harus menunggu? Jika telat hanya 10 sampai tiga puluh menit, aku masih bisa memaklumi. Lah, ini sudah keterlaluan. Telat dua jam. Sebenarnya mereka niat jemput atau tidak? Jangan-jangan acaranya batal. Untuk memastikan dugaanku benar atau tidak, aku menelepon pihak Yogya televisi. 

Terdengar Ring back tone lagu Utopia ost. 7 Manusia Harimau. 

“Hallo, Mbak Kinta. Maaf banget kami telat jemput, soalnya sopir khusus jemput bintang tamu ada acara keluarga.”

“Terus gimana dong? Aku nggak jadi dijemput?” tanyaku dengan nada tinggi.

“Mbak tenang ya, kami sudah menemukan sopir baru. Ini lagi di jalan menuju rumah Mbak Kinta.”

Klik. Aku memutuskan sambungan telepon. Fyuh ... menyebalkan. Kubuka blezzer sasirangan warna puschia. Panas. Setelah itu aku membuka laptop. Jarak antara Yogyakarta dan Solo itu 1,5 jam, masih sempat jika aku gunakan untuk menghitung biaya cetak orderan hari ini. 

 Namaku Kinta Adriana Agatha, biasa dipanggil Kinta atau Tata. Aku suka dengan nama pemberian Eyang. Kata Eyang, namaku itu maknanya jalan penghidupan yang tentram, merdeka, bahagia, makmur, berani, dan sempurna. Karierku pun seindah nama. Tahun ini bisnis penerbitan dan percetakanku meraih 3 penghargaan. Salah satunya kategori ‘Perusahaan menjalin relasi terbanyak.’ 

Ada 77 restoran/rumah makan di seluruh Indonesia menjalin kerjasama dengan penerbitku. Bukan hanya itu saja aku menjalin kerjasama dengan desainer ternama, pengusaha kain, accessoris, elektronik dan lain-lain. Jadi setiap orang cetak buku minimal 100 eksemplar di penerbitku akan dapat kebebasan memilih bonus antara gratis ongkos kirim, voucher makan gratis di restoran terdekat, atau elektronik. Tak heran jika sebulan yang lalu tepatnya 11 Agustus 2016 aku diundang ke acara Hitam Putih, talkshow inspiratif bergengsi di tanah air. Sejak aku diundang ke acara Hitam Putih, aku jadi kebanjiran job acara talk show di televisi ataupun radio. 

  “Tathaaaa ... tuh mobil jemputan Yogya TV udah dateng!” teriak Adena Sasikirana Arundati. Dia tak lain dan tak bukan adalah sahabat sekaligus asisten pribadiku yang paling setia. 

 Aku bernapas lega. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Bergegaslah aku mematikan laptop dan kembali mengenakan blezeer.

...***...

Sepertinya tema hari ini adalah MENUNGGU. Tadi tiga jam menunggu jemputan, begitu sampai di studio Yogya TV acara belum mulai. Padahal di undangan tertulis acara mulai pukul 20.00. Sekarang sudah pukul 20.30. Andai aku tahu seperti ini, lebih baik bawa laptop biar bisa sambil mengurus orderan buku.

Di tengah rasa bosanku tiba-tiba muncul seorang ibu berusia sekitar 40-50 tahun. Ibu itu masih cantik dan berisi. Dilihat dari penampilannya, seperti istri pejabat atau ibu artis. “Maaf, apa benar kamu Kinta Adriana Agatha?” tanya ibu itu.

 “Iya, anda siapa ya?” Aku bertanya balik pada ibu itu.

  “Perkenalkan nama saya Umi Kulsum, biasa dipanggil Umi. Saya liat kamu di Hitam Putih. Jujur saya kagum sama kamu, masih muda tapi sudah sukses jadi pengusaha.” Berbagai pujian lain terlontar dari mulut ibu itu. Sedangkan aku hanya menanggapi pujian dengan senyum manis. 

 Selang beberapa aku mengobrol dengan Umi, muncullah pria di hadapanku. Dia mengenakan kemeja sasirangan warna biru. Mataku tak berkedip melihatnya. Walaupun tak setampan aktor favoritku, Ammar Zoni, tapi aura kharismanya keluar. Berulang kali aku mengerjap mata, lagi-lagi pandanganku tetap sama.

    Deg!

  Dia adalah Agusta Wimala, chef asal Banjarmasin yang lagi naik daun. Kabar yang beredar dia bukan hanya sukses jadi chef, namun juga sukses di bidang wirausaha. Kesuksesanya itu berawal ketika dia dinobatkan sebagai runner up ajang memasak diselenggarakan stasiun TV swasta ternama di tanah air. Ternyata jika dilihat secara langsung lebih tampan daripada yang aku lihat selama ini di layar kaca. 

 Lebih mengejutkan lagi dia duduk di sebelahku. Seketar suhu AC di studio ini meningkat drastis membuat tangan dan kakiku dingin seolah-olah berada di kutub utara. Bukan hanya itu saja, aku juga mendadak susah napas. Oh Tuhan, kenapa hal ini terjadi lagi? Terakhir aku mengalami seperti ini ketika bertemu dengan Ariendra Yusuf Pratama. Itupun sudah 8 tahun yang lalu. Hubunganku dengan Ariendra sudah berakhir sejak 5 tahun yang lalu.

  Benar kata orang, ‘selalu ada hikmah di balik semua kejadian.’ Pria di sebalahku  menjadi hikmah dan berkah tak ternilai mengusir kebosananku dalam menunggu. Jika sudah seperti ini, aku rela acara TV-nya tak jadi mulai biar isa mengobrol lebih lama dengannya. 

...***...

Balik ke kanan, ke kiri, tengkurap, sampai nungging tak kunjung membuat mataku tertidur. Mungkin otakku terlalu sibuk memikirkan acara di Yogya TV tadi. Acaranya memang sedikit tak sesuai harapan. Harapanku adalah acara tak jadi mulai biar bisa mengobrol panjang lebar dengan Mas Manis. Mulai detik ini aku memutuskan memanggil Chef Agusta Wimala dengan ‘Mas Manis’ Sebab pria itu jika tersenyum super manis dan meneduhkan hati. Tapi ternyata acara mulai pukul 20.45 WIB. Untungnya semua kekecewaanku hari ini terbayar kebahagiaan. Ada kejutan untukku melalui acara tersebut. 

Daripada bengong efek tak bisa tidur, ada baiknya aku posting tulisan di blog saja. Siapa tahu tulisanku itu menginspirasi banyak orang.

Tuhan itu baik banget. Awal September lalu aku sempat kecewa. Pasalnya aku kena nipu. Loh, kok bisa? 

Jadi gini, ada cewek mau nerbitin buku dan cetak 100 eks dengan total tiga juta. Dia bayar DP 1,5 juta, sisanya dilunasi ketika buku selesai cetak. Ketika permintaannya sudah kupenuhi cewek itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Aku rugi 1,5 juta. 

  Nyesek pasti. Harapan ngerayain ultah meriah make keuntungan cetak dari cewek itu lenyap. Aku coba nyembunyiin nyesek itu dengan curhat ma Mbak Rina, sahabatku di facebook. Dia juga sama sepertiku memiliki penerbit indie dan percetakan buku Dia nasehatin aku bahwa apa yang kita dapat sesuai niat. Jika kau mengejar dunia, maka dunia akan kau dapat tapi jika mengejar akhirat maka dunia dan akhirat akan mengikuti.

            Coba mengikuti  saran Mbak Rina, mengikhlaskan apa yang dilakukan cewek itu dijadikan sedekah hanya mengharap Ridho Tuhan. Keajaiban pun muncul. Begitu cepat Tuhan mengganti kekecewaanku dengan rezeki berlipat ganda. Tanggal 14 September 2016 aku diundang ke acara Yogya TV “Panggung Prestasi Wong Yogya.”  

   Di acara itu bapak wakil kepala daerah Yogya menerbitkan buku dan cetak sebanyak 1000 eksemplar. Beliau membayar DP 5 juta. Waw, banget. Lebih besar dari uang cetak dari cewek penipu itu. Lebih membahagiakan lagi aku ketemu mas Agus, runner up master chef season 1. Asli dia ganteng, bersih, putih, baik, ramah, murah senyum, sukses pula. Aku banyak ngobrol ma dia. Mama angkatnya mas Agus juga baik banget ma aku.

  Hoammm!

Aku menguap lebar. Mata ini sepertinya sudah tinggal 5 watt. Buru-buru aku klik ‘publikasikan’ begitu tulisanku sudah terposting, aku mematikan laptop. Berharap kali ini bisa tertidur nyenyak dan esok menjempurku dengan lebih baik dari hari ini.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***