Chapter XIII (Naura Khairunnisa)

22.00

Aku sudah sampai rumah. Betapa kagetnya aku ketika memasuki kamar. Lemari terbuka lebar. Semua pakaianku keluar dan berantakan di sana sini. Mendadak teringat sertifikat kafe. Aku cari nggak ada. Pikiranku langsung tertuju le Rafly sesuai perkataan Athiyah di WA.

"Mamaaaaa ... Abah!" Teriakku sekencang-kencangnya.

Mereka pun datang dengan ekspresi bingung. "Loh, kok berantakan?"

"Rafly mana?"

"Tadi sore dia pulang bentar terus pergi lagi. Kenapa emang?"

"Sertifikat kafe hilang pasti Rafly yang nyolong." 

"Jangan suuzon dulu. Siapa tahu sertifikatnya nyelip." Mama nggak percaya ucapanku.

Agar Mama percaya, aku menunjukkan WA peringatan dari Athiyah.

Mama menepuk pundakku. "Astaga, kada nyangka unda Rafly kaitu sekalinya. Nyawa tenang dulu. Kita tunggu Rafly pulang."

Nyatanya Rafly nggak kunjung pulang sampai jam satu dini hari. Ke mana anak itu? Sialnya lagi anak itu ditelepon nggak diangkat. Aku semakin panik. Mondar-mandir nggak jelas. Takut sertifikatku beneran digadaikan untuk membayar utang-utangnya.

"Itu sudah bukan punyaku lagi. Aku ditipu sepupuku. Sertifikat ruko dia gadaikan ke temannya. Sehingga temannya mengambil kafe. Hiks."

Seketika aku teringat ucapanku saat wawancara di Mi Bancir Chef Agus. Kini aku percaya bahwa ucapan adalah doa dan karma itu ada. Aku nggak menyangka secepat ini datang.

Mama mendekatiku. "Nyawa istirahat dulu aja gin. Esok mun Rafly kada bulik jua, unda akan minta pertanggungjawaban lawan kedua orang tuanya."

Aku berdoa kalau benar sertifikat kafeku dibawa kabur Rafly, kedua orang tuanya mau bertanggung jawab.

Athiyah. Mendadak aku ingat dia. Berbicara soal Athiyah aku jadi merasa bersalah nggak menuruti ucapannya untuk hati-hati dengan Rafly.

Aku coba nelepon Athiyah. Nggak diangkat. Ya iyalah. Pasti sudah molor. Aku WA dia aja biar esok hari dibacanya.

Berbicara soal Athiyah aku jadi merasa bersalah nggak menuruti ucapannya untuk hati-hati dengan Rafly.

Aku WA Athiyah agar dibaca esok hari.

Athiyah, ucapan nyawa soal Rafly tu bujur. Inya jahat bawa kabur sertifikat Naura. Awalnya unda andak mengetes Rafly bujuran jahat kada. Unda kasih sertifikat palsu, sekalinya inya dapat carii sertifikat asli. Nyesal unda kada menuruti ucapan nyawa. Langkah unda selanjutnya apa yo? Asli, unda galau akut. Hiks.

***

Rebahan salah, nungging makin salah. Aku melirik jam dinding menempel sudut kanan. Jarum pendek di angka dua. Itu artinya sudah dua jam nggak bisa tidur. Siapa yang bisa tidur jika satu-satunya barang berharga hilang?

Aku mencoba mencari tahu tentang Rafly. Penasaran apa yang membikin dia banyak hutang dan tega mengambil sertifikat milikku?

Pertama-tama buka Instagramnya dulu @rafliannur1993. Di foto kedua dia berangkulan dengan seorang cowok. Dia menandai akun cowok itu @ariantomuaniz. Aku coba klik akunnya, ternyata orang Sekumpul. Jadi makin penasaran dari mana dia mengenal Rafly? 

Aku DM dia.

Hello, kamu temannya Rafly.

Beruntung lagi online. Dia langsung membalas pesanku.

Dia : Inggih. Pian siapa?

Aku : Aku Naura. Kakak sepupunya Rafly. Kita bisa ketemu? Ada sesuatu yang mau aku tanyakan sama kamu tentang Rafly.

Dia : Bisa. Mumpung ulun lagi di Pasar Martapura nah. Lagi cari makan. Mendadak lapar jam kaini.

Aku : Oke. Aku ke sana. Hadangi aku lah.

Buru-buru aku siap-siap menghampiri cowok itu. Semoga nggak ketahuan Mama Abah aku pegi dini hari buta.

...***...

Beruntung tengah malam, jadi aku bisa lebih menemukan sosok Arianto. Dia lagi asyik makan rawon. Ciri-ciri fisiknya berkulit hitam, rambut keriting, agak panjang dan berkacamata.

"Andak betakun apa tadeh soal Rafly?"

"Ikam sudah berapa lama kenal Rafly."

"Pertama kenal waktu ulun kuliah di Semarang. Sekitar lima tahun lalu lah."

"Ikam tahu kada Rafly banyak utang?"

"Tahu banar ulun. Inya tuh rancak curhat. Malah beberapa kali mau ngutang lawan ulun, tapi berhubung ulun kada beduit jua jadi inya beutang ke orang lain."

"Ikam tahulah kenapa Rafly bisa sampao berhutang banyak ke orang?"

"Inya tuh dulu pacaran lawan binian matre. Si binian ini selalu minta barang branded dan mahal-mahal. Kalau kada dituruti inya ngancem putus. Nah, saking sayangnya lawan binian itu Rafly rela sampai berhutang. Sekalinya si binian itu tahu-tahu menghilang tanpa jejak setelah puas melorotin Rafly.

Astaga, Rafly kok bego banget sih jadi orang. Bucinnya nggak tanggung-tanggung. Kayak nggak ada cewek lain aja. Gara-gara kebegoannya, aku yang menanggung apesnya dia.

Setelah mendapatkam informasi tentang Rafly aku pulang. "Makasih banyak lah udah ngasih tau soal Rafly. Aku pamit pulang dulu."

"Sama-sama. Hati-hati di jalan lah."

...***...

Pukul 07.00

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silakan coba beberapa saat lagi."

Entah ke berapa kalinya aku mencoba menelepon Rafly. Sialnya, sampai detik ini nomornya belum aktif juga. Aku melempar HP sembarang arah.

"Rafly, nyawa di mana sih bawa kabur sertifikat unda? Unda sumpahi nyawa ketabrak truk!" teriakku sekencang-kencang.

Aku keluar kamar dengan rambut berantakan, lemah, letih, lesu dan mata sembab.

"Arrrrgghhh ... hantu!" teriak Mama.

"Ma, ini ulun, Naura."

Mama menepuk-nepuk pipiku. "Ini bujuran Naura kah?"

"Iyalah."

"Astaga, nyawa nih kaya mayat hidup. Pasti semalaman kada guring nih."

"Ya gimana mau guring coba, harta satu-satunya hilang dicolong sepupu sendiri. Mama udah nelepon ortu Rafly?"

"Udah dari semalam. Masalahnya Om Amat sama bininya dua-duanya kada aktif nomornya."

Aku tersentak. Semakin panik. "Terus gimana dong? Sertifikat kafeku hilang dan kadada yang bisa dimintai pertanggungjawaban?"

Abah keluar dari kamar. "Ikam tu tenang aja. Kalau sampe tiga hari Rafly kada kabar, kami berdua ke Semarang datangi orang tua Rafly minta pertanggungjawaban."

"Nah, bujur jar Abah nyawa. Daripada nyawa galau terus, mending siap-siap begawi ke Warung Chef Agus. Jangan sampai udah kehilangan tempat usaha, eh kehilangan kerjaan jua."

Hmmm ... apa yang dikatakan Mama ada benarnya juga. Aku pun menuruti perintahnya untuk siap-siap kerja.

...***...

Ketika mau sampai di tempat kerja, aku melihat lima orang asing di Kafe Naura. Mereka sibuk menempeli kertas tertulis 'Kafe ini telah disita perusahaan kami.'

Aku langsung menghentikan laju motor dan menghampiri mereka.

"Apa-apaan ini, make tempelin beginian di kafeku. Aku nggak terima!"

"Maaf, Mbak kafe ini sudah bukan milik Mbak lagi. Sudah jadi milik perusahaan kami," ujar Orang yang berkepala botak dan lengan berotot.

"Bohong. Mana buktinya kalau kafe ini milik perusahaan kalian?"

Pria di depanku ini membuka tasnya. Lalu menyerahkan sertifikat Kafe Naura dan bukti serah terima dari Rafly.

Tangan kananku gemetar. Nggak mungkin ini sertifikat asli Kafe Naura. Mendadak kepalaku terasa super berat. Pandangan mata mulai mengabur. Dalam sekejap gelap.

...***...

Kamus Bahasa Banjar

Guring \= tidur

Episodes
1 Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2 Chapter II (Nurul Athiyah)
3 Chapter III (Naura Khairunnisa)
4 Chapter IV (Agusta Wimala)
5 Chapter V (Naura Khairunnisa)
6 Chapter VI (Agusta Wimala)
7 Chapter VII (Nurul Athiyah)
8 Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9 Chapter IX (Nurul Athiyah)
10 Chapter X (Naura Khairunnisa)
11 Chapter XI (Nurul Athiyah)
12 Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13 Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14 Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15 Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16 Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17 Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18 Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19 Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20 Chapter XX (Yoga Pratama)
21 Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22 Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23 Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24 Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25 Chapter XXV (Agusta Wimala)
26 Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27 Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28 Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29 Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30 Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31 Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32 Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33 Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34 Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35 Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36 Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37 Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38 Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39 Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)
Episodes

Updated 39 Episodes

1
Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2
Chapter II (Nurul Athiyah)
3
Chapter III (Naura Khairunnisa)
4
Chapter IV (Agusta Wimala)
5
Chapter V (Naura Khairunnisa)
6
Chapter VI (Agusta Wimala)
7
Chapter VII (Nurul Athiyah)
8
Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9
Chapter IX (Nurul Athiyah)
10
Chapter X (Naura Khairunnisa)
11
Chapter XI (Nurul Athiyah)
12
Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13
Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14
Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15
Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16
Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17
Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18
Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19
Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20
Chapter XX (Yoga Pratama)
21
Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22
Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23
Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24
Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25
Chapter XXV (Agusta Wimala)
26
Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27
Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28
Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29
Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30
Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31
Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32
Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33
Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34
Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35
Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36
Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37
Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38
Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39
Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!