Agenda menghancurkan Warung Mi Bancir Chef Agusta dari dalam.
Mengacak-acak resep yang sudah tersedia agar rasanya tidak enak dan pengunjung berkurang.
Memanasi karyawan agar resign dari mi bancir.
Membuat rumor mistis tentang warung mi bancir.
Keberhasilan sudah di depan mata jika tiga poin yang aku tulis ini terwujud.
...***...
Hari kedua kerja di Mi Bancir Chef Agusta. Aku menjalankan poin nomor satu terlebih dahulu.
Satu per satu pelanggan berdatangan. Ini efek promo di sosial media ada menu baru Mi Bancir Ikan Arsik (khas Medan). Lebih menarik adalah beli satu gratis satu untuk dibawa pulang. Siapa yang nggak mau gratisan coba?
Di antara banyaknya pengunjung, mataku tertuju sama satu orang. Bu Candra. Dia adalah pelanggan tetap Kafe Naura. Ketika Kafe Naura menyajikan menu Mi Bancir Ikan Arsik, dia mengkritik abis-abisan. Aku jadi penasaran, kritikan dia sekarang seperti apa? Aku pun mendekatinya.
"Selamat siang, Bu Canda. Apa kabar?" Aku berbasa-basi terlebih dahulu.
Raut wajah Bu Candra memancarkan kekagetan. "Loh, Mbak Naura kok bisa ada di sini? Bukannya ... " Dia menunjuk kafe seberang. Aku paham maksudnya apa.
"Saya sekarang kerja di warung mi bancir ini, Bu. Boleh saya duduk di sini? Saya mau sekalian survei."
"Boleh aja. Mumpung saya lagi sendirian."
Bu Candra memasukkan makanan ke mulutnya. Ekspresinya berubah seketika. Sedetik kemudian dia melepeh makanan.
"Kenapa, Bu? Nggak enak ya?"
"Sumpah, asin banget. Yang masak siapa sih? Chef Agus ya? Apa dia kebelet nikah?"
Orang-orang mengira yang masak di warung ini Chef Agus, padahal ada kokinya sendiri.
"Lebih enakan mana Bu dengan menu di Kafe Naura?"
"Enakan Kafe Naura ke mana-mana."
"Besok-besok Ibu akan datang ke sini lagi?"
"Nggak ah, kapok. Nanti darah tinggi kalau makan asin mulu. Saya mau setia balik makan di Kafe Naura aja."
Aku tersenyum simpul. Usahaku menjalankan poin nomor satu sukses. Aku berharap besok pengunjung warung mi bancir berkurang.
Tiba-tiba Chef Agus datang.
"Selamat siang, semuanya. Terima kasih sudah datang ke warung ini. Selamat menikmati hidangan kami," ucapnya ramah.
Satu per satu pengunjung meminta foto. Ketika sudah selesai, Chef Agus mendekatiku. "Naura, ke ruangan saya sekarang!"
"Baik, Mas."
Dalam hati bertanya-tanya, ada apa gerangan dia memintaku ke ruangannya? Apakah ada yang mengadu tentang aku tadi kepoin Bu Candra? Gawat nih.
Aku membuntuti langkah Chef Agus. Ruangannya sendiri di lantai dua. Begitu aku masuk, aku terkesima. Nggak gede sih, tapi rapi banget. Dikelilingi rak buku. Koleksi bukunya juga komplit. Ada novel, kumpulan cerpen, puisi Khalil Gibran, novel klasik, nonfiksi, motivasi, dan pasti buku resep. Aku nggak menyangka dia ternyata hobi baca buku.
Astaga, aku sampai lupa tujuan utamaku ke sini.
"Ada apa ya Mas memintaku ke sini?"
"Cuma mau nanyain, gimana menu baru yang kamu ciptakan? Ada komplen nggak?"
"Nggak dong, Mas. Tadi aku nanya ke beberapa pelanggan, katanya enak banget dan pecah di lidah." Tentu aja aku berbohong.
"Bagus. Pertahankan. Kalau bisa besok-besok cari tau lagi masakan Medan yang bisa dikolaborasikan dengan mi bancir. Ya udah, sekarang kamu balik kerja lagi."
Aku melongo. Hah? Gitu doang? Enak banget dia jadi CEO? Aku loh dua tahun lebih pusing sama Athiyah karena tiap hari memikirkan besok inovasi apalagi ya biar tetap laris? Chef Agus dengan entengnya menyerahkan semuanya ke manager. Ah, sudahlah. Fokus ke tujuanku masuk ke warung ini. Sial, aku jadi inget Athiyah lagi.
Cheg Agus mengibaskan telapak tangannya ke mataku. "Hello, kok bengong?"
Seketika aku tersadar dari lamunan. "Maaf, Mas. Baik. Saya permisi dulu."
Aku keluar dari ruangan Chef Agus. Nggak sengaja aku menemukan ruangan di sebelah ruangan Chef Agus. Ruangan apa ini? Aku iseng coba buka, ternyata nggak dikunci. Isinya hanya gudang berisi kotak-kotak bekas beli peralatan dapur.
Aha, aku dapat ide untuk membikin gudang ini menjadi sesuatu spektakuler. Untuk mendukung ideku, aku memesan beberapa barang di toko mistis milik sahabatku. Aku Whatsapp dia dulu.
Sis, aku mesen tengkorak, dupa, kembang 7 rupa, dan semua yang berbau ritual mistis ya. Tolong antar ke Warung Mi Bancir Chef Agusta.
...***...
00
Warung mi bancir sudah sepi. Sudah siap-siap mau tutup juga. Ini kesempatanku melancarkan aksi nomor dua. Aku mendekati karayawan kasir.
"Haur kah? Kawa kita bepandiran setumat?"
"Nggak sih. Lagian udah tuntung juga ngitung pemasukan hari ini. Andak bepandiran apa tadeh?"
"Umpat betakun, biasanya mun warung rame, karyawannya dapat bonus kada?"
"Beuh, jangan harap bonus. Chef Agus tuh pelit. Rugi seribu aja bemamai tu pang."
Oo ... aku menemukan fakta baru. Ternyata Chef Agus juga tukang mengomel. Padahal selama ini citranya Chef yang ramah nan murah senyum. Memang ya publik figur itu mesti memakai topeng pencitraan.
"Terus kenapa ikam masih bertahan di sini?"
"Demi tambahan modal biar online shop-ku besar."
"Kalai misal nih, ada CEO tempat makan ngasih bonus dan gaji lebih tinggi dari sini, ikam bakal pindah kada?"
"Nyataai. Beapa pula unda bertahan sama bos yang pelit."
Tiba-tiba waiters datang. "Unda dangar-dangar tadi nyawa nyambati Chef Agus pelit. Pelit wayahapa pula? Kada ingat kah bulan lalu nyawa kasbon terus dengan gampang Chef Agus mengabulkan kasbonan?"
"Itu karena aku alasannya sakit. Periksa ke dokter. Coba mun kada keitu mana mau sidin mengeluarkan kasbonan."
Mereka pun adu mulut. Betapa bahagianya aku, poin nomor dua berhasil. Dapat bonus berhasil membikin sesama karyawan berantem.
"Paket!" Tiba-tiba datang kurir.
"Paket untuk siapa ya?"
"Di sini tertulis penerimanya Naura."
"Oh, Naura saya sendiri."
"Tolong ditandatangani ya."
Aku tanda tangan di kertas yang diberikan kurir. Yes. Barang pendukung sudah di tangan. Tinggal melancarkan aksi nomor tiga. Harus menunggu seluruh karyawan pulang dahulu. Untung aku manager, memegang kunci warung, jadi bisa pulang belakangan.
...***...
Pukul 00.00
Seluruh karyawan sudah pulang. Aku naik ke lantai dua. Lalu memasuki gudang. Barang-barang yang kubeli aku tata sedemikian rupa. Setelah beres, aku ambil HP. Menekan tombol live Instagram.
Hai, gaesss. Gue kasih tau ya. Kalau misal ada warung atau restoran mi bancir, tapi rasanya enak banget maka patut dicurigai. Tadi gue nggak sengaja makan mi bancir, gue nggak mau sebut nama tempatnya. Nah, nggak sengaja gue nemuin ruangan aneh. Pas gue buka, ternyata isinya kayak gini gaesss. Hiii ... serem banget kan? Itu artinya apa? Make pesugihan. Yup, pesugihan.
Waw, di luar dugaan yang nonton puluhan ribu. Yang komentar pun bejibun. Aku baca satu per satu komentarnya.
Hiii ... ngeri banget.
Masih ada ya pake ilmu gituan? Malu-maluin Banua aja. Banua terkenal kearifan budaya keislamannya.
Kak, kasih tau dong nama warungnya. Biar kita hati-hati nggak makan di sana.
Aku aslinya mau lama-lama live Instagramnya. Namun, aku harus pulang karena sudah larut malam. Takut di pemilik warung tiba-tiba datang. Akhirnya aku menyudahi live Instagram dengan tersenyum puas. Lima menit kemudian, direpost sama beberapa akun gosip. Rasanya nggak sabar viral.
Ting!
Ada notifasi WA dari Athiyah.
Naura, kalau pian andak tahu rahasia sukses Chef Agus, datangi ke Panti Asuhan AT Press seberang Warung Tudungsaji Mama Lita tiap Jumat jam dua siang.
Aku jadi penasaran rahasia sukses Chef Agus yang dimaksud Athiyah. Besok aku tanyakan ke Athiyah langsung. Soalnya menunggu hari Jumat keburu mati penasaran.
...***...
Kamus Bahasa Banjar
Haur \= sibuk
Bepandiran \= mengobrol
Setumat \= sebentar
Umpat betakun \= mau nanya
Bemamai \= mengomel
Sidin \= dia (untuk ke yang lebih tua/dihormati)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments