Chapter IX (Nurul Athiyah)

Tubuhku bersebelahan dengan Zaini, tetapi pikiranku melalang buana di tempat lain. Aku memikirkan, aku harus kerja di mana pasca resign dsri Kafe Naura? Nasib Naura gimana? Semarah-marahnya aku pada Naura, aku nggak berhenti nggak peduli. Berpuluh tahun bersama Naura, sekarang harus menjalani kehidupan masing-masing memang terasa ada yang kurang dalam hidupku.

"Kamu dari tadi diem aja? Kenapa?" Zaini bertanya memecahkan keheningan di antara kami.

"Kada apa-apa. Ulun tu cuma bingung andak bepandir apa lawan pian," jawabku berbohong.

"Bohong. Mata ikam itu terpancar lagi ada masalah yang disembunyikan. Ada apa? Boleh cerita ke aku. Siapa tau bisa memberi solusi."

Sial, dia tahu aku lagi berbohong. Oh iya, aku lupa. Dia zodiac Leo. Lahir 27 Juli. Menurut artikel yang kubaca di internet dan sosial media, pria berzodiac leo itu peka. Sia-sia saja aku menutupi semua dari Zaini.

"Kemarin aku udah resmi resign dari Kafe Naura." Aku menundukkan pandangan.

"Udah istikharah?"

"Udah."

"Lalu kamu mantap dengan keputusan yang diambil."

Aku menggeleng pelan. "Satu sisi mantap, karena aku tak bisa bekerja dengan Rafly. Sisi lainnya membikin aku galau. Pikiranku tiada hentinya memikirkan nasib Naura gimana? Semarah-marahnya aku pada Naura, aku nggak berhenti nggak peduli. Berpuluh tahun bersama Naura, sekarang harus menjalani kehidupan masing-masing memang terasa ada yang kurang dalam hidupku. Belum lagi aku pusing nanti akan melamar kerja di mana? Apa senyaman di Kafe Naura?" Aku mengeluarkan semua kegalauanku.

"Itu artinya ikam orang baik dan sangat setia kawan. Oh iya, aku baru ingat. Sepupuku yang kerja jadi kasir Mi Bancir Chef Agusta, baru buka usaha online shop. Dia butuh admin dan tukang packing. Kalau ikam mau, aku bisa masukakan ikam begawi di sana. Jadi ikam bisa sekalian betakun tentang Naura."

Mataku berbinar mendengar tawaran Zaini. "Mau."

"Ya udah, esok ikam aku jemput dan ke rumah sepupuku ya." Zaini mengangkat tangan kirinya. Lalu memandangi jam yang melingkar di sana. "Udah jam setengah sepuluh. Kayaknya aku harus pamit. Kada nyaman bertamu lawas malam-malam."

"Oh, iyakah. Hati-hati di jalan."

...***...

Sepupunya Zaini namanya Ayu Mareta. Rumahnya di Guntung Payung Banjarbaru. Lumayan besar. Di sekeliling rumah banyak tanaman cabe, bunga dan lain-lain.

"Ikam itu kada salahkah melamar gawian di sini? Masa dari jadi manager kafe mendadak turun drastis jadi admin sosmed dan tukang packing online shop?" Ayu sudah mulai mewawancaraiku.

Aku tersenyum getir. Kedengarannya memang ngenes perihal profesi yang turun drastis. "Itulah roda kehidupan. Kadang di atas, kadang di bawah. Bagiku apa pun kerjaannya, selama halal, kada masalah."

"Tapi aku takut kada kuat gaji ikam."

"Soal gaji kada usah dipikirkan. Aku ikhlas digaji berapa pun. Bagiku yang penting berkah dan nambah pengalaman baru."

"Ya udah, selamat. Mulai detik ini ikam resmi jadi pegawai Ayu Shop. Yuk, masuk. Aku jelasin teknis kerja di sini. Namun, ikam mulai kerjanya besok aja sekalian."

"Alhamdulillah. Makasih banyak."

Betapa senangnya hatiku. Tuhan memang maha baik. DIA nggak membiarkanku lama-lama dalam kegalauan yang bingung melamar kerja di mana. Semoga di Ayu Shop, aku menemukan kenyamanan baru.

"Nah, berhubung ikam sudah beres diterima kerja, aku ke warung mi bancir. Udah jam buka soalnya," sahut Zaini.

"Geh, Kak. Makasih banyak sudah memperkenalkan aku sama Kak Ayu."

Ketika aku masuk ke rumah Ayu, langsung menelan ludah berkali-kali. Di ruang tamunya sangat berantakan dengan barang-barang dari pakaian, tas, aksesoris wanita, aksesoris HP, peralatan make up sampai cemilan ada. Aku merinding disko, semua ini nanti yang urus packing serta mendata aku semua? Atau di sini ada karyawan lain lagi?

"Maaf, berantakan."

"Iya, kada apa-apa. Bisa memaklumi. Namanya juga orang jualan."

"Hadang dulu."

Ayu masuk ke kamar. Lima kemudian kemudian dia membawa tablet nggak tau merk apa. Kira-kira 9 inch.

"Nah, ini adalah media ikam kerja. Mulai dari foto-foto barang, balesin chat, rekap pemasukan serta pengeluaran harian sampai masukan resi. Selain itu tuga ikam tu packing sampai antar barang ke ekspedisi."

Buset, jadi semua yang mengerjakan aku sedangkan dia sibuk kerja di Warung Mi Bancir Chef Agus?

"Maaf, selain aku ada karyawan lain kah di sini?"

"Berhubung Ayu Shop baru dirintis, jadi karyawannya cuma ada ikam doang. Sanggup ngerjain semua?"

Dengan ragu aku ucapkan. "Insya Allah, sanggup."

Sanggup nggak sanggup ya mesti dijalani. Malas kalau harus mencari tempat kerja yang lain.

"Bagus. Bay the way, emang bujuran kah Naura tu ditipu sodaranya sendiri? Sertifikatnya dibawa kabur jar, terus kafenya itu tahu-tahu bukan miliknya lagi. Parahnya dia terusir dari kafe makanya dia jadi masuk ke Mi Bancir Che Agus."

Aku melotot mendengar ucapan Ayu. "Hah? Tau dari mana ikam berita kaitu?"

"Dari Naura sendirilah. Tadi aku nggak sengaja dengar ucapannya saat diwawancarai Chef Agus."

Aku nggak habis pikir dengan Naura, berani benar dia mengarang cerita seperti itu. Apa dia nggak takut kena karma? Ucapan kan doa.

...***...

Sepulang dari Ayu Shop, aku mampir ke Kafe Naura dulu untuk mengambil beberapa barang pribadi dulu.

Kedatanganku disambut dengan pelukan hangat dari Gina dan Siti.

"Athiyah, ikam tu sudah yakin keputusan ninggalin Kafe Naura kada kawa diganggu-gugat lagi?" tanya Gina.

Aku juga berat meninggalkan kafe ini. Namun, gimana lagi semua telah terjadi. Akhirnya aku hanya mengangguk mantap. "Insya Allah yakin."

"Kita sudah dua tahun sama-sama di kafe ini loh. Masa ikam pergi duluan ninggalin kita berdua. Sepi dong kadada ikam. Kada kawa ghibah lagi." Siti menimpali.

Aku jadi cekikikan. Di saat lagi melow-melowan Siti masih menyempatkan melucu. Kebiasaan kami bertiga kalau lagi nggak ada Naura, maka kami mengghibah segala kelakuan buruk Naura.

"Kalian tenang aja. Bentar lagi Rafly pasti akan mencari orang penggantiku yang lebih baik dan asyik dibanding aku. Jadi kada betaha sepi. Kalian tetap punya teman ghibah yang baru."

Berbicara soal Rafly, dia di mana ya? Sedari aku datang nggak kelihatan batang hidungnya. Apa dia sibuk dan belum datang? Aku hanya ingin berpamitan serta titip pesan untuk menjaga kafe baik-baik. Sepertinya hal itu harus ditunda. Bisa lain kali. Toh, rumah Rafly sebelahan sama rumahku.

Mendadak aku kebelet buang air kecil. Aku melangkahkan kaki ke toilet. Ternyata Rafly ada di depan toilet. Dia asyik menelepon seseorang. Entah mengapa aku penasaran dengan obrolan mereka. Akhirnya mencoba menguping.

"Sabar dong, Bro. Gue pasti bayar utang-utang gue ke elu kok. Ini gue udah jadi CEO di kafe kakak sepupu. Bentar lagi gue bakal dapatin sertifikat kafe buat gue gadaikan terus bayar utang ke lu."

Glek!

Aku menelan ludah berkali-kali. Aku nggak menyangka Rafly ternyata punya niat jahat. Aku tahu ucapan adalah doa. Namun, nggak nyangka ucapan Naura yang dibilang Ayu secepat ini terkabul. Naura harus tahu.

Tiba-tiba Rafly membalikkan badan. Dia kaget melihat kehadiranku. "Loh, Athiyah? Ngapain di sini?"

"Aku cuma mau ambil barang-barang yang tertinggal. Sekalian pamitan sama anak-anak yang lain."

"Eh, Athiyah. Kamu tadi denger obrolanku di telepon nggak?"

"Iya. Aku ingetin ya, jangan macam-macam sama Naura dan jangan apa-apain kafe ini."

"Kalau aku mau macam-macam terus kenapa? Mau ngadu ke Naura? Emang dia bakal percaya?" Rafly melempar balik pertanyaan menyebalkan disertai seringai senyuman licik.

Lama-lama berhadapan dengan Rafly, membikin darah tinggi. "Terserah kamu aja deh. Aku mau pamit pulang dulu. Bye."

...***...

Nungging salah. Baring kanan makin salah. Sudah dua jam lebih aku membenarkan posisi tidur yang nyaman, tapi nyatanya mata ini nggak kunjung bisa terpejam. Otakku masih sibuk memikirkan Naura. Gimana kalau Rafly benar-benar menggadaikan sertifikat Kafe Naura? Bahaya. Aku harus memperingatkan Naura. Nggak peduli dia percaya atau nggak dengan ucapanku.

Aku bangkit dari tempat tidur. Lalu mengambil gawai. Jari-jari tanganku menari lincah memencet tuts keypad untuk mengetik WA ke Naura.

Naura, pian harus hati-hati sama Rafly. Jangan percaya penuh ke dia. Tolong jaga sertifikat kafe baik-baik karena tadi ulun mendangar Rafly bepandir di telepon, dia ingin menggadaikan sertifikat kafe biar bayar utang-utangnya.

Jaga-jaga Naura nggak percaya ucapanku, besok aku juga akan berbicara ke orang tua Naura perihal niat jahat Rafly. Semoga mereka bisa percaya.

...***...

Kamus Bahasa Banjar :

Ikam \= Kamu (untuk bahasa seumuran)

Trr

Gawian \= kerjaan

Episodes
1 Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2 Chapter II (Nurul Athiyah)
3 Chapter III (Naura Khairunnisa)
4 Chapter IV (Agusta Wimala)
5 Chapter V (Naura Khairunnisa)
6 Chapter VI (Agusta Wimala)
7 Chapter VII (Nurul Athiyah)
8 Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9 Chapter IX (Nurul Athiyah)
10 Chapter X (Naura Khairunnisa)
11 Chapter XI (Nurul Athiyah)
12 Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13 Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14 Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15 Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16 Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17 Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18 Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19 Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20 Chapter XX (Yoga Pratama)
21 Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22 Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23 Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24 Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25 Chapter XXV (Agusta Wimala)
26 Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27 Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28 Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29 Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30 Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31 Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32 Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33 Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34 Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35 Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36 Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37 Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38 Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39 Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)
Episodes

Updated 39 Episodes

1
Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2
Chapter II (Nurul Athiyah)
3
Chapter III (Naura Khairunnisa)
4
Chapter IV (Agusta Wimala)
5
Chapter V (Naura Khairunnisa)
6
Chapter VI (Agusta Wimala)
7
Chapter VII (Nurul Athiyah)
8
Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9
Chapter IX (Nurul Athiyah)
10
Chapter X (Naura Khairunnisa)
11
Chapter XI (Nurul Athiyah)
12
Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13
Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14
Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15
Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16
Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17
Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18
Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19
Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20
Chapter XX (Yoga Pratama)
21
Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22
Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23
Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24
Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25
Chapter XXV (Agusta Wimala)
26
Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27
Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28
Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29
Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30
Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31
Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32
Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33
Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34
Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35
Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36
Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37
Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38
Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39
Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!