Chapter VIII (Naura Khairunnisa)

Pukul 06.05 WITA

Selepas salat subuh, aku sudah mandi serta sarapan. Lalu menghidupkan gawai. Yup, aku memang selalu mematikan gawai sebelum tidur agar nggak keganggu sama notifasi sosial media ataupun telepon yang masuk.

Selang lima menit pasca gawai hidup, satu per satu notifasi bermunculan. Hingga totalnya 115 chat whatsapp, 25 Facebook, 10 Instagram dan dua email. Aku lebih tertarik membaca email terlebih dahulu.

Email pertama dari Mi Bancir Chef Agusta. Jantungku berdegub kencang. Serasa berhadapan saat melihat papan pengumuman kelulusan ujian nasional.

Dear Naura.

Terima kasih telah memasukkan curriculum vitae dan lamaran ke Warung Mi Bancir Chef Agusta. Silakan Anda datang ke warung kami hari ini pukul 09.00 sampai 16.00 untuk melakukan interview.

Sekian pemberitahuan. Terima kasih.

Regards,

Hartini, Admin Mi Bancir Chef Agusta.

Yes. Betapa bahagianya hatiku. Andai aku masih bocah cilik, sudah pasti aku jingkrak-jingkrak di atas kasur. Memang belum sepenuhnya diterima, setidaknya ada harapan tinggal selangkah lagi aku bisa mendapatkan apa yang aku targetkan.

Lanjut baca email kedua dari Athiyah. Nggak tahu kenapa hatiku langsung berfirasat nggak enak. Makhluk satu ini dari awal kerja denganku, nggak pernah kirim lewat email. Ada apa gerangan hari ini jadi kirim email?

Surat Pengunduran Diri

Martapura, 11 September 2020 Kepada Yth. Naura Khoirunnisa

 Yang bertanda tangan di bawah ini: 

Nama: Nurul Athiyah

Alamat: Jln. Martapura lama Rt.02/01 

Jabatan : Manager Kafe

Dengan adanya surat ini, saya bertujuan untuk mengajukan permohonan pengunduran diri dari jabatan di perusahaan Bapak/Ibu terhitung pada tanggal 11 September. 

Sebelumnya saya mengucapkan banyak terimakasih sebesar-besarnya karena sudah diberikan kesempatan untuk belajar dan bekerja dengan profesional pada perusahaan Bapak/Ibu. 

Saya juga mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang selama ini telah diberikan baik secara tidak langsung ataupun secara langsung. Saya memohon maaf sebesar-besarnya karena tidak lagi menjadi bagian dalam perusahaan Bapak/Ibu. Semoga perusahaan yang Bapak/Ibu pimpin dapat semakin berkembang lagi. 

Demikian surat pengunduran diri ini saya buat dengan penuh kesadaran serta atas keinginan sendiri dan tanpa ada paksaan dari siapa pun. 

Hormat saya, 

Nurul Athiyah.

Mataku melotot membaca email ini. Pantas saja firasatku mendadak nggak enak. Lagian Athiyah apa-apaan coba, nggak ada angin nggak ada hujan tahu-tahu mengirimkan surat pengunduran diri. Aku harus minta penjelasan padanya.

...***...

Pukul 09.30.

Aku sudah berada di Warung Mi Bancir Chef Agusta. Ternyata orang yang mewawancarai aku adalah Chef Agusta sendiri. Keringan dingin mulai bercucuran saat berhadapan dengannya. Padahal di ruangan ini, ber-AC. Aku semakin deg-degan. Takut ditanyain aneh-aneh.

Chef Agusta menatapku tajam. Semakin kikuk aku. Buru-buru kutundukkan pandangan agar nggak ketahuan gugup.

"Kamu gugup ya?"

Sial, kok bisa tahu sih?

"I ... ya."

"Nggak usah gugup. Anggep aja ini kita lagi ngobrol biasa. Lagipula aku cuma mau nanya beberapa hal doang kok."

Aku melongo. CEO macam apa mewawancarai calon karyawan sesantai ini?

"Kamu kenapa melamar kerja di warung mi bancir ini? Bukannya kamj udah punya kafe di seberang?"

"Itu sudah bukan punyaku lagi. Aku ditipu sepupuku. Serifikat ruko dia gadaikan ke temannya. Sehingga temannya mengambil kafe. Hiks." Aku mulai mengeluarkan air mata buaya serta mendramatisir keadaan selayaknya peran teraniya di sinetron.

"Turut berduka cita. Kamu yang sabar ya. Kalau emang rezekimu pasti itu kafe akan balik ke kamu," ucapnya disertai ekspresi iba.

Yes. Dramaku berhasil.

"Pertanyaan kedua, kalau kamu diterima jadi manager di kafe ini, inovasi apa yang kamu lakukan dalam memajukan kafe ini?"

Aku mikir dulu. Siapa tahu ini pertanyaan jebakan.

"Saya akan mengkombinasi resep yang saya punya dengan resep yang sudah ada di kafe ini. Agar cita rasanya semakin mantap dan pelanggan nggak bosan."

Chef Agusta hanya manggut-manggut. "Bagus juga idenya. Pertanyaan terakhir, kalau gajimu hanya tiga juta per bulan, apakah kamu keberatan?"

Hello, hari gini gaji manager tiga juta doang per bulan? Pelit banget jadi orang. Athiyah aja aku gaji bisa mencapai lima juta kalau satu bulan kafe ramai pengunjung. Belum lagi bonusa.

"Nggak sama sekali. Tujuan saya melamar kerja di sini karena mengembangkan skill memasak serta menjalin kerjasama dengan sesama alumin ICI season satu."

Chef Agusta tiba-tiba mengulurkan tangan. Aku bingung. Ngapain mengajak salaman? Dengan ragu, aku jabat tangannya.

"Selamat, mulai detik ini kamu jadi manager di sini. Namun, masuk kerjanya besok aja ya."

Yes. Targetku semakin jelas terlihat bakal terwujud. Spontan aku mencium tangan Chef Agusta. "Makasih, Pak."

...***...

Sepulang dari Warung Mi Bancir Chef Agusta, aku mampir ke Rocket Chicken Tanjung Rema terlebih dahulu. Di sinilah aku ingin minta penjelasan ke Athiyah. Aku kirim WA ke dia.

Oiii, Athiyah. Datangi ke Rocket Chicken Tanjung Rema wahinian jua. Unda andak bepandir empat mata wan nyawa.

Sembari menunggu kedatangan Athiyah, aku memesan ice cream terlebih dahulu. Jika ice cream di McD ukuran lumayan besar, di sini justru sangat kecil. Maklumlah harga cuma goceng.

Tujuh menit kemudian Athiyah datang. Dia langsung duduk di hadapanku.

"Ada apa tadeh pian meminta ulun ke sini?"

Aku mengeluarkan gawai dari tas tangan. Lalu menunjukkan email yang dia kirimkan ke aku.

"Ini maksudnya apa? Kadada angin kadada hujan badai tahu-tahu kirim surat pengunduran diri. Apa gaji nyawa kurang? Atau ada kafe lain yang menjanjikan gaji lebih tinggi?"

"Ini bukan masalah gaji. Ulun itu kecewa, sakit hati dan merasa kadada artinya di hidup pian. Kita berjuang bangun kafe dari titik nol, tapi tahu-tahu dengan gampangnya pian menyerahkan posisi CEO ke orang baru, fatalnya lagi malah melamar kerja jadi manager di rumah lawan. Kelicikan pian sudah membutakan segalanya. Ulun sudah kada mengenali pian lagi."

Skakmat. Aku yang tadinya mau marah ke Athiyah langsung diam. Aku bisa merasakan apa yang dirasakan Athiyah. Aku akui, memang salah. Nggak melibatkan dia dalam keputusan besar. Maka dari itu aku nggak berhak menahannya dari Kafe Naura.

"Maaf, udah mengecewakan nyawa. Jika itu sudah keputusan final, unda kada berhak menahan nyawa. Moga nyawa dapat gawian lebih baik dari Kafe Naura."

"Oke, makasih pengertiannya. Ulun masuk secara baik-baik, maka pamit pun harus baik-baik pula. Moga lain waktu kita bisa kerjasama lagi.

Athiyah beranjak dari tempat duduk, lalu melajukan motornya. Entah mengapa hati ini sakit melihat kepergiannya. Setelah bertahun-tahun bersama, berpisahnya seperti ini saja? Rasanya belum bisa ikhlas dan nggak akan pernah ikhlas.

...***...

Pulang ke rumah disambut ekspresi nggak enak dari Rafly.

"Kak Naura gawat!"

"Gawat kenapa?"

"Athiyah resign!"

"Udah tahu."

Rafly memancarkan kebingungan. "Kok santuy banget sih jawabannya. Ini kondisi gawat loh."

"Terus unda mesti beapa? Ngedrama panik gitu?"

"Terus nasib Kafe Naura ke depannya gimana? Siapa yang jadi manager menggantikan Athiyah? Terus siapa yang membimbing aku jadi CEO?"

"Soal membimbing nyawa itu biar unda aja, tapi nyawa tanya-tanya di rumah aja. Terus nyawa angkat Gina aja jadi manager. Inya tuh sudah tahu menu-menu di kafe, pintar berstrategi dan pintar masak pula. Jadi kada perlu rekrut karyawan baru lagi. Udah beres kan? Unda andak ke kamar dulu. Uyuh."

Aku meninggalkan Rafly yang terbengong-bengong di rumah tamu.

Episodes
1 Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2 Chapter II (Nurul Athiyah)
3 Chapter III (Naura Khairunnisa)
4 Chapter IV (Agusta Wimala)
5 Chapter V (Naura Khairunnisa)
6 Chapter VI (Agusta Wimala)
7 Chapter VII (Nurul Athiyah)
8 Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9 Chapter IX (Nurul Athiyah)
10 Chapter X (Naura Khairunnisa)
11 Chapter XI (Nurul Athiyah)
12 Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13 Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14 Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15 Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16 Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17 Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18 Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19 Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20 Chapter XX (Yoga Pratama)
21 Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22 Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23 Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24 Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25 Chapter XXV (Agusta Wimala)
26 Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27 Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28 Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29 Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30 Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31 Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32 Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33 Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34 Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35 Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36 Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37 Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38 Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39 Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)
Episodes

Updated 39 Episodes

1
Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2
Chapter II (Nurul Athiyah)
3
Chapter III (Naura Khairunnisa)
4
Chapter IV (Agusta Wimala)
5
Chapter V (Naura Khairunnisa)
6
Chapter VI (Agusta Wimala)
7
Chapter VII (Nurul Athiyah)
8
Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9
Chapter IX (Nurul Athiyah)
10
Chapter X (Naura Khairunnisa)
11
Chapter XI (Nurul Athiyah)
12
Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13
Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14
Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15
Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16
Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17
Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18
Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19
Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20
Chapter XX (Yoga Pratama)
21
Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22
Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23
Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24
Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25
Chapter XXV (Agusta Wimala)
26
Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27
Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28
Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29
Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30
Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31
Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32
Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33
Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34
Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35
Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36
Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37
Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38
Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39
Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!