Chapter VI (Agusta Wimala)

08.00

Saya sudah stand by di warung Mi Bancir. Saya sengaja datang lebih awal dari karyawan. Soalnya mau mengecek serta memikirkan apa yang kurang dari warung ini. 

Warung ini memiliki 10 karyawan. 3 di bagian memasak di dapur, 2 waiters, 2 kasir, 2 kurir dan 1 admin sosial media. Seketika saya teringat di sini belum ada manager yang mengatur semuanya.

Tiba-tiba Hartini, admin sosial media datang.

"Hartini, kebetulan banget kamu sudah datang."

"Iya, Pak. Ada apa ya?"

"Tolong buat banner lowongan kerja posisi manager dan posting di sosmed Mi Bancir ya."

"Syarat dan ketentuannya apa ya, Pak?"

"Tulis aja minimal SMK jurusan Tata Boga, kreatif, jujur, bertanggung jawab, bisa bekerja dengan deadline dan tim."

"Oke, Pak. Siap."

Mendadak perut saya lapar. Ingat tadi belum sempat sarapan di rumah. Saya menoleh ke kafe seberang. Sudah buka. Namun, hanya karyawannya yang datang. Makan di sana enak kali ya? Mau mencoba menu baru di Kafe Naura.

***

Mata karyawan Naura tak berkedip ketika melihat kedatangan saya. 

"Hallo, Mbak. Makanan di sini sudah siap?"

"Udah, Chef. Ya ampun, nggak nyangka pelanggan pertama ternyata Chef Agus. Ngimpi apa semalam bisa ketemu langsung lawan pian? Ternyata emang lebih bungas dari di televisi."

"Ah, Mbak bisa aja. Oh ya, saya pesan menu gangan asam patin bebanam. Ada?"

"Ada, Chef. Tunggu bentar ya."

"Mbak, tunggu." Saya menahannya sebelum dia ke dapur. 

Dia menghentikan langkah. "Ada apa lagi ya, Chef? Mau pesan menu tambahan?"

"Mau nanya aja, selama kamu kerja di sini, menurutmu Chef Naura gimana sih?"

Karyawan itu menatap saya heran seraya menggaruk kepala. "Gimana ya? Dia kayak bos pada umumnya. Cerewet, suka ngomel kalau karyawan ada salah, tapu dia baik banget. Setiap karyawan butuh uang gercep ngasih pinjaman tanpa bunga."

"Oh gitu, makasih ya infonya."

"Saya mau nanya lagi, jam segini kok Chef Naura belum datang ya?"

"Biasanya Bos Naura emang datang jam sepuluh ke atas. Paginya belanja atau bantuin mamanya masak dulu. Mamanya kan juga buka katering."

"Oh, gitu."

"Ada lagi Chef yang bisa saya bantu?"

"Cukup itu aja."

Dia pun pamit ke dapur buat menyiapkan menu pesananku.

Saya senyum-senyum sendiri. Ternyata hati tak salah untuk mencintai Naura.

***

Selepas makan masakan Naura, saya kembali kerja. Saya membuka email, melihat-lihat CV pelamar yang akan kerja di warung ini. Namun, email teratas menarik perhatian saya. Email dari Naura. Dia mengirimkan lamaran kerja di sini. Panjang umur dia. Baru dibatinin eh muncul.

Yang jadi pertanyaan saya adalah untuk apa dia kerja di sini? Bukankah dia sudah punya kafe sendiri? Apa ada niat terselubung? Saya galau, antara menerima atau menolak lamarannya.

Tiba-tiba Zaini lewat. Muncul ide untuk kepo ke Zaini. Yang saya tahu, Zaini pacaran sama Athiyah, manager Naura. Siapa tahu Zaini dapat informasi menarik dari pacarnya itu. 

"Zaini, tunggu!"

Langkah Zaini terhenti. "Iya, Kak. Ada apa ya?"

"Saya boleh kepo sesuatu nggak?"

"Kepo apa ya?"

"Kamu tahu apa alasan Naura melamar kerja di sini?"

Zaini menggaruk kepalanya. "Hah? Jadi Naura ikutan kirim lamaran kerja di sini?" 

Saya mendengkus kesal. Ternyata dia malah balik nanya. "Lah, kok malah balik nanya? Kan kamu pacar sahabatnya Naura. Emang pacarmu tidakk ngasih tau bosnya melamar kerja di sini?"

"Nggak tuh. Dia belum bilang apa-apa. Apa dia juga belum tahu ya? Nanti saya tanya deh."

 "Ya sudah deh kalau kamu nggak tau."

Zaini undur diri dan kembali kerja.

Ting!

Ada pesan Whatsapp. Dari mantan manager yang kini memutuskan untuk berbisnis kuliner juga.

Hello, Agus. Sibuk nggak? Gini, aku mau undang ikam datang ke acara grand opening Kopi Janji Cinta hari ini jam 17.00. Bisa?

Saya membalas pesannya.

Insyaallah. Saya usahakan datang. Sukses ya, Bro bisnis kopinya. 

Saya menutup laptop dan bersiap pulang. Sebab tinggal dua jam lagi ke acara Grand Opening Kopi mantan manager saya itu.

...***...

Suasana Kopi Janji Cinta enak juga. Tempatnya bersih, dekorasi cakep dengan dipenuhi wallpaper Bunga Lavender, ber-ac, wangi aroma therapy lavender dan paling pending ada WiFi. Membuat anak muda betah nongkrong di sini.

"Hey, Bro. Makasih ya udah nyempetin datang."

"Sama-sama. Makasih juga undangannya. Tempat kopinya cakep nih. Bikin betah nongkrong di sini."

"Ah, bisa aja. Aku ke sana dulu ya. Kalau mau kopi tinggal pesen saja di sana." Mantan manajer saya itu menunjuk bartender. 

"Pasti."

Setelah kami berbasa basi, si mantan manager saya itu kembali menyapa tamu yang lain.

Di antara banyaknya pengunjung di sini, ada 1 orang yang nampak familier di mata saya. Saya coba memicingkan mata untuk memastikan. Itu Rafly bukan ya?

Saya dulu sebelum ikut kompetisi ICI kuliah tata boga di Malang. Bahkan sampai sekarang saya masih bolak balik ke kampus itu. Saya diminta mengajar di sana. Nah, di Malang saya mengenal Rafly yang ternyata Kakak dari murid saya.

Daripada saya bete di sini, ada baiknya menyapa Rafly. Saya berjalan ke arah dia.

"Hei, kamu Rafly bukan?"

Dia membalikkan badan. "Chef Agus? Apa kabar?"

"Alhamdulillah baik."

"Kamu dan Caca apa kabar? Kamu di sini ngapain?"

"Caca baik. Saya lagi liburan aja ke rumah Tante sekalian nyari pengalaman kerja. Eh, disuruh Tante kerja di Kafe anaknya."

"Oh, berarti tinggal di sini dong? Di mananya?"

"Martapura. Tapi kerja di deket sini kok."

"Hah? Di mananya? Siapa tahu bisa main ke tempat kerjamu."

"Kafe Naura."

"Jadi Naura itu..." 

"Yup, dia sepupu saya."

Mata saya terbelalak kaget. Jadi Naura itu sepupunya Rafly? Oh, Tuhan. Sesempit inikah dunia? Namun, satu sisi saya senang. Dengan begitu saya bisa mencari tahu informasi tentang Naura lewat Rafly.

"Raf, saya boleh nanya sesuatu tentang Naura?" 

"Mau nanya apa, Bro?"

"Kamu tau Naura ngelamar jadi manajer di warung mi Bancir saya?"

"Tau dong. Kemarin dia bilang. Makanya aku diminta sama dia jadi CEO sementara."

"Nah, kamu tau alasannya kenapa ngelamar jadi manajer di warung saya?"

"Katanya sih mau nambah pengalaman. Sebenarnya nggak percaya. Kayak ada udang di balik bakwan lah. Secara logika di sudah punya kafe sendiri, kenapa harus ngelamar jadi bawahan di warung makan orang lain? Apalagi warung mi bancirmu menunya hampir sama. 

Saudara sendiri aja tidak percaya, apalagi saya. 

"Nah, itu yang bikin saya bingung harus berbuat apa. Menurutmu baiknya Naura aku terima atau nggak?"

"Terima aja sih. Dengan gitu kita jadi tau tujuan Naura apa gabung di warung mi bancirmu. Kalau sudah tau tujuannya Naura, jangan lupa spoiler ke aku. "

Ucapan Rafly barusan membuat saya tahu mengambil keputusan apa. 

Episodes
1 Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2 Chapter II (Nurul Athiyah)
3 Chapter III (Naura Khairunnisa)
4 Chapter IV (Agusta Wimala)
5 Chapter V (Naura Khairunnisa)
6 Chapter VI (Agusta Wimala)
7 Chapter VII (Nurul Athiyah)
8 Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9 Chapter IX (Nurul Athiyah)
10 Chapter X (Naura Khairunnisa)
11 Chapter XI (Nurul Athiyah)
12 Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13 Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14 Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15 Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16 Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17 Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18 Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19 Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20 Chapter XX (Yoga Pratama)
21 Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22 Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23 Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24 Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25 Chapter XXV (Agusta Wimala)
26 Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27 Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28 Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29 Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30 Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31 Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32 Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33 Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34 Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35 Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36 Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37 Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38 Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39 Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)
Episodes

Updated 39 Episodes

1
Babak I: Masa Kini. Chapter I (Naura Khairunnisa)
2
Chapter II (Nurul Athiyah)
3
Chapter III (Naura Khairunnisa)
4
Chapter IV (Agusta Wimala)
5
Chapter V (Naura Khairunnisa)
6
Chapter VI (Agusta Wimala)
7
Chapter VII (Nurul Athiyah)
8
Chapter VIII (Naura Khairunnisa)
9
Chapter IX (Nurul Athiyah)
10
Chapter X (Naura Khairunnisa)
11
Chapter XI (Nurul Athiyah)
12
Chapter XII (Naura Khairunnisa)
13
Chapter XIII (Naura Khairunnisa)
14
Chapter XIV (Nurul Athiyah)
15
Chapter XV (Naura Khairunnisa)
16
Babak II: Masa lalu Chapter XVI (Kinta Adriana Agatha)
17
Chapter XVII (Kinta Adriana Agatha)
18
Chapter XVIII (Agusta Wimala)
19
Chapter XIX (Adeena Sasikirana Arundati)
20
Chapter XX (Yoga Pratama)
21
Chapter XXI (Kinta Adriana Agatha)
22
Chapter XXII (Kinta Adriana Agatha)
23
Chapter XXIII (Adeena Sasikirana Arundati)
24
Chapter XXIV (Yoga Pratama)
25
Chapter XXV (Agusta Wimala)
26
Chapter XXVI (Adeena Sasikirana Arundati)
27
Chapter XXVII (Kinta Adriana Agatha)
28
Chapter XXVIII (Agusta Wimala)
29
Chapter XXIX (Yoga Pratama)
30
Chapter XXX (Adeena Sasikirana Arundati)
31
Babak III: Otw Menikah Chapter XXXI (Naura Khairunnisa)
32
Chapter XXXII (Nurul Athiyah)
33
Chapter XXXIII (Naura Khairunnisa)
34
Chapter XXXIV (Agusta Wimala)
35
Chapter XXXV (Naura Khairunnisa)
36
Chapter XXXVI (Agusta Wimala)
37
Chapter XXXVII (Adeena Sasikirana Arundati)
38
Chapter XXXVIII (Nurul Athiyah)
39
Chapter XXXIX (Naura Khairunnisa)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!