Anak Tiri yang Tidak Diterima

Jona Yalefa—ayah Liora baru saja kembali dari luar kota untuk menyelesaikan dinas kerjanya. Entah mengapa, ia memilih jalan membelok, tidak segera pulang ke rumah.

Pria itu tengah bersama seorang wanita, namun bukan istrinya di sebuah hotel. Keduanya tampak sangat mesra, berjalan beriringan hingga memasuki kamar yang sama.

“Mas, berapa malam?” tanya wanita itu.

“Kamu maunya berapa malam, Sayang?” balas Jona.

“Aku sih … mau selamanya, Mas,” jawab Helena dengan manja dan sedikit menggoda. Ia memberi pelukan pada lelaki itu dengan sangat erat. “Aku kangen.”

“Hm. Maaf, Sayang.”

Helena segera menjauhkan diri dari lelaki itu. Ia menatap Jona dengan rasa kecewanya. Dan di saat yang bersamaan, pria itu tampak mendapatkan pesan teks setelah tidak menjawab panggilan dari istrinya.

“Apa lagi sekarang?”

“Aku harus pulang. Ada hal penting yang harus aku urus.”

“Apa? Istri kamu?”

“Liora. Aku harus segera pulang. Maaf. Aku mencintaimu, Sayang.” Memberi kecupan singkat di kening wanita itu sebelum akhirnya benar-benar berlalu.

“Apa aku tidak bisa sepenting itu?” gumam Helena kemudian masuk ke dalam kamar yang padahal baru saja dipesan. Harapannya yang ingin melewati malam bersama Jona pupus seketika.

***

Baru saja tiba dan membuka sepatu, Riko telah diberondol oleh suara teriakan Sila yang memekik. Lelaki itu tampak tidak peduli dan melanjutkan aktivitasnya.

“Kamu dengar Mami bicara tidak? Riko!”

Riko berjalan dengan langkahnya yang gontai, melintasi ibunya yang tengah sangat marah. Ia masih tidak peduli, bahkan tidak menoleh sedikit pun.

“Itu pasti ulah kamu, kan? Kamu dan teman-teman kamu kan yang mengeroyok Lehon? Kamu punya otak tidak? Mami tuh sudah benar-benar capek dengan semua ulah kamu.”

Emosi wanita itu benar-benar terkuras. Ia menarik kerah jaket anaknya, hampir mencekiknya. Riko tidak peduli, ia tetap cuek bahkan dengan sengaja membuang pandangannya ke lain arah.

“Dasar anak tidak berguna!”

“Ck! Memangnya dari mana Mami selama ini? Lupa ingatan dalam semalam? Aku kan anak haram yang tidak sengaja mami pungut.”

“Kamu …”

“Ssst … stop! Mami dapat info dari mana tentang Lehon? Dia ngelapor, ya? Cuih … dasar banci!” umpat Riko dengan kesal. Ia bahkan dengan berani, meludah di hadapan ibunya.

“Oh. Jadi tebakan mami benar? Kamu yang telah mengeroyok Lehon?”

Tatkala Sila menuntut pengakuan dari anaknya, lawan bicaranya telah berlalu dari hadapannya dengan langkah cepat kemudian menutup pintu dengan sangat kencang dan menguncinya.

“Ssh … dosa apa yang telah kuperbuat sehingga punya anak dengan sikap yang sangat buruk,” gumam wanita itu kemudian mengangkat tasnya untuk segera berangkat ke rumah sakit.

Roy, suaminya telah menelepon berkali-kali. Jika bagi Riko dirinya adalah seorang ibu yang gagal, namun tidak bagi Lehon.

Riko menatap laju mobil ibunya dengan perasaan marah dan kecewa. Ia berteriak menyebut nama wanita itu dan mengumpatnya berkali-kali.

***

Jona baru saja tiba di rumah. Ia segera mencari keberadaan putri yang sangat ia sayangi itu. Tas yang ia bawa bahkan ia campakkan begitu saja.

“Liora? Di mana kamu, Nak?” panggilnya dengan nada khawatir.

Langkah kakinya mendekat pada Mike yang tengah duduk di depan televisi yang tidak menyala. Kemudian bertanya pada lelaki itu.

“Di mana adik kamu?”

Mike tampak tersenyum datar. Ia merasa kesal pada ayahnya itu.

“Ini nih yang buat anak itu tumbuh menjadi anak yang tidak berguna. Papah selalu memanjakan dia. Apa sih, Pah? Kenapa selalu manjain dia?”

“Mike, dia adik kamu satu-satunya. Itu hal yang wajar.”

“Shit! Bacot! Memangnya di dunia ini, hanya dia satu-satunya adik perempuan?”

“Memang tidak. Tapi itu mungkin karena mereka tidak bisa melakukan dan memberi kasih sayang seperti yang papah berikan. Sekarang cepat kasih tau, di mana dia?”

Mike semakin kesal dibuatnya. Ia mengambil kunci gudang dari saku celananya dan melemparkannya ke hadapan sang ayah.

“Sebelum ketemu dia, temui Mamah dulu. Pastikan bagaimana keadaannya,” ucap pria itu mengingatkan kemudian berlalu dari sana.

Dengan motornya, ia melaju dengan kencang. Sudah bisa dipastikan jika tempat tujuannya adalah basecamp yang sudah dibangun sejak ia duduk di bangku SMA.

“Mely?” panggil Jona mencari-cari istrinya. Sebelum ia masuk ke dalam kamar, ia menetralkan detak jantungnya.

“Mas?” panggil Mely kemudian memeluk suaminya dengan sangat erat. “Anak kita …” Air mata wanita itu mengalir dengan derasnya.

Jas yang dikenakan oleh Jona telah basah sekarang. Ia kemudian mengelus puncak kepala sang istri kemudian bertanya dengan lembut tentang apa yang tengah terjadi di tengah-tengah keluarganya.

“Anak kita, Pah. Anak kita … Liora ha-mil.”

Pria itu terdiam selama beberapa saat. Ia tak bisa berkata-kata. Ia bahkan tak mampu merespon perkataan istrinya.

“Pah, kita harus bagaimana?”

“Di mana dia? Di mana putri kita?” tanya Jona dengan nada suaranya yang melemah, bahkan hampir tak terdengar.

“Pah, berjanjilah untuk tidak pernah melukai dia. Bagaimana pun, ini semua adalah kecelakaan. Tidak ada wanita yang pernah berharap untuk hamil di luar nikah.”

Jona kembali terdiam. Ia sungguh tak mampu untuk menepati janji itu.

“Pa, tolong berjanjilah demi mamah,” pinta Mely membuat Jona akhirnya pasrah dan mengikuti kemauan istrinya.

Ia menengok kunci yang ada di tangannya dan bersama-sama dengan Mely menemui sang putri yang kini masih dengan isak tangisnya.

***

Roy menatap sinis kedatangan istrinya. Ia tak menyambut Sila yang padahal adalah atas dasar kemauan dan keinginannya.

“Papi, gimana keadaan anak kita?” tanya wanita itu dengan nada khawatir.

“Sudah membaik. Di mana anak kamu yang tidak berguna itu?”

Sila terdiam. Ia merasa kaget dengan pertanyaan dan sebutan dari suaminya itu. Ia bingung antara harus membalasnya dengan kemarahan atau terima saja. Pada akhirnya, ia mengalah demi nama baiknya.

“Papi, masih mau ke kantor? Biar aku saja yang jagain Lehon. Kebetulan, kerjaanku juga sudah beres.”

“Hm.” Hanya membalas dengan deheman singkat, Roy berlalu dari tempat itu.

Setelah kepergian ayahnya, Lehon yang sejak tadi hanya berpura-pura tidur, pun memanggil ibunya.

“Mi, di mana Riko? Apa Mami habis marahin dia lagi?”

Sila terdiam. Sesungguhnya, buruknya hubungannya dengan Riko, diakibatkan oleh Lehon walaupun tanpa unsur sengaja.

“Mami, aku kan sudah bilang berkali-kali. Jangan pernah mengaitkan masalahku dengan Riko apapun yang terjadi. Serius, ini tidak ada hubungannya dengan dia. Kalau begini terus, hubungan kalian akan semakin rumit dan sulit untuk diperbaiki.”

Ketegasan Lehon tak dapat diterima oleh Sila begitu saja.

“Iya, menurut kamu itu benar, tapi tidak bagi ayahmu, Lehon. Kamu tau kan, sejak awal dia tidak pernah menerima Riko di keluarga ini. Satu hal yang seharusnya tidak boleh dia lupakan, Riko adalah anak kandungku.”

Sedih berkecamuk dengan kecewa, Lehon segera bangkit dari tidurnya. Ia memeluk wanita itu dengan penuh kehangatan.

“Mami, dengarkan aku sekali ini saja. kita pulang sekarang dan perbaiki segalanya.”

“Apa maksudmu, Lehon? Kamu mau mami kena marah lagi sama Papi? Dia akan sangat marah besar kalau tamu kamu pulang sekarang, keadaan kamu sedang tidak baik.”

Lehon menggeleng.

“Malah kalau aku semakin lama di sini, Papi akan semakin khawatir. Percaya, Mi. kalau Papi marah, aku yang akan tanggung jawab.”

Cukup yakin dan percaya akan perkataan anak itu, Sila memilih setuju. Kini, keduanya tengah bersiap untuk segera pulang.

“Mami, percaya samaku, ya? Ini juga bukan hanya karena Riko. Banyak pekerjaan kampus yang harus aku selesaikan.”

Sila mengangguk setuju dan percaya. Ia cukup senang dengan sikap dewasa yang tertanam dalam diri anak itu sejak dini.

***

Tak jauh dari rumah sakit, keempat teman Riko yang tengah mengawasi Sila pun segera member kabar itu. Mereka adalah satu-satunya harta yang paling setia dan dapat diandalkan oleh Riko.

Entahlah bagaimana ia jika mereka sudah tidak ada bersama-sama dengan dia. Janji untuk selalu bersama telah tertanam dalam benak masing-masing.

“Kalau Lehon masih menjadi masalah untuk Riko, akan aku habisi dia,” ucap Leo dengan nada serius dan segera disahut setuju oleh ketiga temannya yang lain.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!