"Mulai hari ini, kita akan melakukan penyisiran pada semua tempat di Andro City," tutur Violet pada rekannya yang lain.
"Melakukan penyisiran?" mengulang kalimatnya.
"Aku sudah membuat rencana. Jadi, kita bagi dua tim yang masing-masing terdiri dari dua sampai tiga orang. Setelah itu, kita akan melakukan penyisiran ke dua tempat berbeda."
Violet menggerakkan tangannya di depan meja hologram di hadapannya. Dalam sekejap, sebuah limap muncul dan bisa dengan mudah mereka melihat seluruh penjuru Andro City.
Violet memperbesar salah satu bagian dari peta yang di lihatnya, mereka bisa dengan mudah melihat tempat tidak di dekat Coffee Touch di mana awal ledakan nya itu terjadi.
"Tim pertama, akan melakukan penyelidikan di tempat ini. Kumpulan segala yang dapat dijadikan dengan informasi dan petunjuk, mengerti?" Violet menatap keempat anggotanya bergantian. Mereka menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti.
"Setelah itu, satu tim lainnya akan melakukan penyelidikan ke tempat-tempat yang biasanya digunakan sebagai pelayanan umum. Seperti rumah sakit atau semacamnya lalu tanyakan mengenai target kita."
"Baik, kami mengerti," sahut Jin mewakili yang lain.
"Kalau begitu, ayo bergerak sekarang juga!"
...*...
"Sepertinya akan lebih baik kalau aku tidak masuk bekerja di Coffee Touch dulu. Aku masih merasa takut untuk pergi ke tempat itu. Jika aku ke sana, orang-orang yang waktu itu pasti akan berubah menangkapku lagi seperti sebelum-sebelumnya." Fritz bergumam pelan sembari membereskan semua meja yang ada.
Bitsy dan Gavi juga sibuk membereskan restoran. Pekerjaan mereka sudah berakhir dan mereka siap untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Hari yang melelahkan, tapi kalian sudah bekerja keras untuk hari ini. Terima kasih!" tutur Bitsy seraya tersenyum ke arah mereka.
"Ya, kau juga," sahut Gavi dan Fritz.
Usai membereskan restoran, mereka segera mengganti pakaian lalu pulang.
...*...
Prang!
Twister terperanjat kaget begitu mendengar suara sesuatu yang pecah. Spontan ia bangun dari tidurnya. Menoleh ke arah datangnya suara, dan dari arah beranda kamarnya, dia melihat sekelompok orang berlari menuju arahnya.
"Kalian…" Twister melangkah turun dari flying bed nya. Lelaki itu hanya mengenakan celana panjang yang berasal dari stelan piyamanya, sedangkan tubuhnya dalam kondisi bertelanjang dada. Memang menjadi kebiasaan orang Twister tidur dalam keadaan seperti ini.
"Lama tak jumpa!" Anderson bergerak cepat ke arah Twister dan menendang tubuhnya kuat hingga membuat lelaki itu jatuh tersungkur.
Jose dan Carmen tidak tinggal diam. Mereka segera memegangi Twister dan mengikatnya.
"Lepaskan! Apa yang kalian lakukan?!" Twister memberontak sekuat tenaga, tapi usahanya sia-sia karena tubuhnya terikat.
Anderson dan yang lainnya segera membawa Twister pergi dari sana. Menyeretnya keluar lewat beranda kamarnya yang berada di lantai atas.
...*...
Brakk!
Theresia mendorong pintu itu kasar. Ia segera masuk ke dalam ruangan di mana dirinya sudah mengumpulkan beberapa penjaga yang dimintanya menjalankan misi menangkap Fritz.
Ekspresi wanita itu tampak resah, tapi berusaha keras ia sembunyikan dari semua orang.
"Dengarkan ini. Kalian harus bisa menangkap Fritz secepatnya! Kalau bisa malam ini juga," tukas Theresia.
"Baik, nona. Kami akan berusaha menangkapnya malam ini juga."
"Bagus. Aku tidak ingin kalian sampai gagal lagi, jadi berusahalah!"
"Kami akan berusaha semampu kami."
"Sekarang, kalian semua boleh pergi."
"Kami permisi, nona."
Dior dan anak buahnya segera pergi meninggalkan ruangan tersebut. Menyisakan Theresia yang kini hanya diam tanpa kata seorang diri.
Hatinya benar-benar sedang dalam kondisi yang amat resah. Apalagi ketika pagi ini dia mengunjungi Twister di kamarnya, tapi sama sekali tidak menemukan keberadaannya.
Theresia menghampiri meja kaca yang ada di sana. Ia segera mengambil duduk di kursi yang tersedia dan jemari lentiknya mulai sibuk mengotak-atik panel hologram yang tampak.
Dengan kemampuannya dalam bidang hacking, Theresia berusaha untuk mengecek apa yang terjadi pada kakaknya lewat rekaman CCTV hotel tempatnya tinggal.
Klik!
Ia menekan tombol yang ada. Tak lama kemudian layar itu memproses sebuah gambar dan menampakkan rekaman CCTV kamar hotel Twister dari gedung sebelah.
Theresia membulatkan kedua matanya begitu melihat apa yang terjadi dalam rekaman tersebut. Beberapa orang menerobos masuk ke dalam kamar kakaknya dan membawa lelaki itu bersama mereka.
"Twister…"
...*...
Twister terdiam tanpa kata. Sekarang ini dirinya berada dalam sebuah ruangan yang hanya diterangi oleh satu cahaya lampu remang-remang.
Kemana sebenarnya mereka membawaku?
Dan lalu, tepat apa ini?
Twister mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ruangannya benar-benar tampak polos dan gelap. Ia bahkan tidak bisa melihat dengan jelas di mana pintu masuk tadi berada.
Krieettt…
Suara pintu besi berkarat yang di dorong itu terdengar mengisi seluruh ruangan. Twister mencari asal suara yang di dengarnya.
Suara itu berasal dari arah depan.
Ia menyipitkan kedua matanya berusaha memperjelas sosok yang baru saja masuk itu.
"Kami sudah membawanya, tuan." Twister dapat mendengar Anderson berucap.
Tak lama, Gino dan Anderson berdiri di bawah cahaya. Membuat Twister bisa dengan jelas melihat sosok mereka.
"Kerja bagus!" Gino tersenyum simpul begitu melihat anak buahnya sudah berhasil menangkapnya.
Tap! Tap!
Gino berjalan menghampiri Twister yang kini duduk dalam posisi tangan terikat ke belakang.
Lelaki itu berhenti di depan Twister lalu membungkukkan tubuhnya, menyejajarkan kepala dengan Twister yang dalam kondisi duduk.
"Jadi… kau orangnya?" Pria itu menatap kedua iris mata Twister lekat. Pria itu memang benar-benar memiliki iris mata yang berbeda dari kebanyakan orang. Warnanya indah bagaikan batu Rubi, tapi dalam saat yang bersamaan memancarkan sebuah aura aneh yang baru saja ia rasakan.
Hanya dalam satu kali menatapnya saja, Gino sudah bisa tahu kalau anak ini adalah orang yang sedang mereka cari.
"Kau bersembunyi di mana selama ini? Apakah kau tidak tahu kalau aku berusaha keras menangkapmu?"
"Apa yang kalian inginkan?" Twister beradu tatap dengan Gino yang kini berdiri dihadapannya. Lelaki itu lantas terkekeh mendengar ucapan Twister barusan.
"Aku? Aku hanya ingin kau ikut dengan kami, karena ada seseorang yang ingin bertemu denganmu?"
"Pembohong! Kalaupun memang ada orang yang ingin bertemu denganku, kenapa tidak bicara baik-baik saja? Kalian malah melakukan hal ini padaku. Cepat lepaskan aku!" Twister memberontak, terus berusaha membebaskan diri. Namun usahanya bisa terbilang sia-sia karena ia dalam keadaan terikat.
"Kami akan melepaskanmu begitu kita sampai di tempat yang kita tuju. Sekarang berhenti bicara! Lebih baik kau diam dengan tenang. Aku akan kembali begitu semuanya sudah siap, okay?"
Gino berlalu meninggalkan Twister yang kini memandanginya dari arah belakang.
Tep!
Gino menghentikan langkahnya sejenak lalu menoleh pada Twister.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments