"Aku butuh pekerjaan." Stella menaruh cangkir di tangannya ke atas meja.
Kenny yang mendengarnya nyaris tersedak. Ia benar-benar shock dibuatnya ketika mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Stella.
"Apa?"
"Kenapa kau terkejut begitu? Apakah aku salah bicara?"
"Tidak. Hanya saja, bukankah kau sudah memiliki pekerjaan? Jika kau datang kemari untuk meminta pekerjaan dariku, bagaimana dengan pekerjaanmu di laboratorium?"
"Aku berhenti."
"Eh?" Kenny tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Kenapa kau berhenti? Bukannya sejak dulu kau suka bekerja di sana? Apakah ada masalah?"
"Ada seseorang yang ingin aku hindari. Orang itu berkaitan erat dengan laboratorium, maka dari itu aku berhenti. Sudahlah jangan membahas ini. Yang terpenting sekarang berikan aku pekerjaan!"
"Jujur aku penasaran ingin bertanya mengenai siapa yang ingin kau hindari. Tapi sepertinya itu membuatmu tidak nyaman, jadi lebih baik tidak aku tanyakan. Untuk pekerjaan, aku tidak bisa memberikan jabatan yang terlalu tinggi di sini. Seperti yang kau tahu, sahabatmu ini hanya pemilik sebuah restoran kecil, jadi jangan terlalu berharap banyak."
"Aku tidak masalah. Lagipula yang terpenting aku punya pekerjaan. Keuanganku mulai menipis."
"Kenapa kau tidak minta pada Tiger?"
"Jangan bahas lelaki itu! Aku tidak ingin membicarakannya."
"Huh?" Kenny mengerutkan kening, ia tidak mengerti kenapa sikap Stella mendadak berubah ketika mendengar nama lelaki itu disebut-sebut. "Kenapa reaksimu begitu?"
"Aku benci dengannya! Dia lelaki brengsek! Pokoknya jangan bahas dia."
"Okay…"
Sikapnya sejak tadi aneh, tidak seperti Stella yang biasanya. Apakah jangan-jangan Stella dan Tiger bertengkar? Tapi karena apa?
Tunggu. Tadi Stella bilang dia tidak ingin bertemu dengan seseorang di laboratorium 'kan? Apakah itu artinya…
Tiger?
...*...
Bitsy dan Gavi menghampiri Fritz yang sejak tadi termenung di salah satu meja yang ada dengan raut wajah murung.
"Fritz!" Gavi menepuk pundaknya sedikit keras hingga membuat Fritz tersadar dari lamunannya.
"Ya?" Fritz menoleh padanya dengan ekspresi kaget bercampur bingung.
"Kenapa kau melamun? Sejak tadi pagi kerjamu tidak semangat sama sekali. Apakah kau masih kepikiran mengenai kejadian kemarin?" Gavi duduk di salah satu kursi yang ada diikuti Bitsy yang duduk di kursi lain.
"Aku hanya sedang memikirkan cara agar aku bisa mendapatkan uang dengan cepat. Sepertinya aku harus mulai mencari pekerjaan part time lain."
"Ah… semua tabunganmu hilang 'kan?"
"Benar. Selain itu, phoneglass ku juga hilang. Sekarang aku sedang memikirkan cara agar bisa mendapatkan uang secepatnya dan membeli phoneglass baru untuk menggantikan phoneglass ku yang mereka bawa."
"Untuk itu, kau bisa pakai milikku!" Bitsy tiba-tiba saja mengeluarkan phoneglass-nya. Wanita itu menyodorkan benda tersebut ke hadapan Fritz.
"Jika kau meminjamkan phoneglass milikmu padamu, bagaimana denganmu?" tanya Fritz.
"Aku punya dua. Jadi kau pakai saja. Begitu kau sudah mendapatkan phoneglass yang baru, kau bisa mengembalikannya padaku. Lagipula kalau kau tidak memiliki phoneglass akan sangat sulit untuk kami menghubungimu di saat restoran sedang ramai."
"Benar juga apa yang Bitsy katakan. Kau terima saja." Gavi menimpali.
"Baiklah. Terima kasih."
"Bukan masalah."
"Sekarang artinya aku harus mencari pekerjaan part time baru. Apakah kalian memiliki informasi soal ini?" Fritz menatap kedua rekannya bergantian.
...*...
"Sudah aku duga, Stella mengundurkan diri pasti karena kejadian waktu itu."
"Aku benar-benar merasa bersalah jadinya. Coba saja kalau waktu itu aku tidak mabuk, aku tidak mungkin sampai melakukan hal itu padanya."
"Sekarang, kemana aku harus mencarinya?"
Tiger bergumam pelan. Ia benar-benar bingung harus mencari Stella kemana lagi. Wanita itu benar-benar hilang entah kemana.
Perhatian Tiger lalu beralih pada panggilan yang baru saja masuk ke nomornya. Ia segera menekan tombol yang tertera di sana, mengangkat telpon yang baru saja masuk.
"Halo?"
"Tiger, apakah kau bertengkar dengan Stella?" tuding Kenny begitu sambungan telpon mereka terhubung.
"Apa? Kenapa kau bisa bicara seperti itu? Apakah jangan-jangan…"
"Ya, Stella—"
"Aku akan segera ke sana!" potong Tiger cepat. Ia bergegas menjalankan carfly nya meninggalkan laboratorium.
Dengan kecepatan tinggi, ia menjalankan carfly nya menuju restoran milik Kenny.
...*...
"Stella!" Tiger berlari menuju arahnya dan spontan memeluk wanita itu erat.
"Aku benar-benar lega bisa menemukanmu. Aku sangat cemas ketika kau tiba-tiba saja melarikan diri dari ru—"
Plakk!
Stella mendorong tubuh Tiger dan menampar wajahnya keras. Lelaki itu seketika membatu dengan wajah kaget.
"Sedang apa kau di sini?"
"Aku kemari karena aku ingin bertemu denganmu. Aku minta maaf atas kejadian malam itu. Aku tidak sadar karena mabuk."
"Tidak sadar kau bilang? Tapi kenapa kau bisa ingat semuanya?"
"Aku baru sadar setelah efek dari alkoholnya hilang. Aku ingat perbuatanku itu memang salah, tapi aku mohon jangan pergi dari rumah. Kau pulang, ya? Tinggal lagi denganku. Aku cemas jika kau tidak tinggal denganku."
"Jangan harap aku akan tinggal denganmu setelah apa yang coba kau lakukan padaku! Aku benar-benar benci padamu. Tadinya aku kira kau adalah lelaki yang berbeda. Kupikir kau baik, tapi ternyata aku salah. Kau sama brengseknya dengan lelaki lain yang pernah aku kenal!"
"Tidak, ini tidak seperti yang kau kira. Dengarkan aku dulu…" Tiger berusaha menjelaskan segalanya dari sudut pandang dirinya.
Sejak tadi mereka berdebat di depan banyak orang, bahkan kini tanpa sadar mereka telah menjadi tontonan gratis bagi para pengunjung restoran.
Kenny yang mendapatkan laporan dari salah satu Robowait yang bertugas di sana—lantas segera memutuskan untuk turun dan mengecek apa yang terjadi di bawah sana.
"Tiger, Stella!"
Kedua orang yang dipanggilnya itu langsung berubah fokus mereka ke arah datangnya suara.
"Aku mohon jangan bertengkar di sini, okay? Lebih baik kita pergi ke ruanganku dan kita bicara di sana." Kenny mendorong tubuh keduanya menuju liftofast yang ada di ujung jalan.
"Maaf atas kejadian hari ini. Kami akan pastikan hal ini tidak akan terjadi lagi," tutur Kenny pada semua pelanggan yang ada. Tak lama, ia segera menyusul Tiger dan Stella yang sudah berada di dalam liftofast.
"Jelaskan semuanya padaku. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kenny begitu mereka tiba di ruangannya. Ia menatap kedua orang itu secara bergantian.
"Dia berusaha melecehkan ku," gumam Stella dengan wajah tertunduk.
"Apa?!" Kenny tersentak kaget mendengar penuturan wanita itu. Tatapannya beralih pada Tiger yang kini duduk tepat bersebelahan dengannya.
"Aku dalam keadaan mabuk," kata Tiger, menjelaskan.
"Kita harus bicara berdua!" tukas Kenny pada pria itu sambil bangkit dan keluar dari ruangannya.
Tiger berjalan mengikuti dari arah belakang.
Bugh!
Kenny mendaratkan sebuah pukulan.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments