Century 9 - Pengunduran diri

Fritz melangkah keluar dari tellevator yang baru saja mengantarkannya pulang. Hari ini dirinya benar-benar memutuskan untuk tidak bekerja.

Setelah dari restoran tempatnya bekerja di pagi hari, ia berkunjung sebentar ke tempat kerja malamnya di Coffee Touch. Ia sebenarnya masih agak ngeri untuk datang ke tempat itu, terlebih kemarin malam dirinya bertemu dengan Dior dan Gio di sana.

Fritz bahkan sampai harus mengambil jalan memutar ke tempat yang lebih jauh dan memakan waktu agar bisa menemukan tellevator untuk mengantarkannya pulang.

Fritz terus berjalan menyusuri lorong sempit menuju rumah tempatnya tinggal. Ia berbelok ke arah kanan di pertigaan jalan yang dilihatnya, lalu tiba di rumahnya yang terletak di ujung gang.

Aku masih tidak percaya, aku baru saja mengalami sebuah penculikan yang tidak pernah aku bayangkan sama sekali.

Ini benar-benar aneh, padahal Cybertrone terkenal sebagai negara yang tidak pernah memiliki kasus kejahatan sama sekali. Tapi kenapa tiba-tiba aku di culik?

Aku harap hal ini tidak terjadi lagi.

Fritz melangkah menghampiri pintu rumahnya. Ia menekan panel hologram yang ada, memasukkan kode akses rumahnya.

Sejurus kemudian, pintu terbuka. Fritz melangkah masuk ke dalam sana.

Rumah Fritz terletak di pinggiran kota. Di dekat dumption dimana robot-robot yang telah rusak mengalami daur ulang.

Ada beberapa pabrik yang mengelola robot-robot yang nyaris menjadi sampah itu. Di daur ulang untuk digunakan kembali sebagai robot dengan model baru.

Walaupun di pinggiran kota, di tempat yang cukup kecil dan sempit. Tapi tempatnya bersih, dan nyaman untuk di tinggali.

Sejak usianya tujuh tahun, Fritz tidak tahu alasan kenapa kakeknya dulu memutuskan untuk pindah dari Holown ke Andro City.

Padahal jika dibandingkan dengan Holown, biaya hidup di Andro City lebih mahal.

Holown merupakan kota tetangga, memang sama-sama kota besar. Tapi Andro City yang notabenenya adalah ibukota, sekaligus menjadi pusat teknologinya dunia, membuat segala kebutuhan meningkat. Bahkan sangat jauh jika dibandingkan dengan Holown.

Beruntung Fritz masih bisa bertahan hingga saat ini. Walaupun kakeknya telah meninggal tepat ketika usianya sepuluh tahun.

Sejak kepergian kakeknya, Fritz berjuang untuk hidup sendiri. Ia bekerja dari satu tempat ke tempat lain. Dari yang bersih hingga yang kotor, pernah dia jalani. Namun setelah semua itu, Fritz memutuskan untuk bekerja di tempat yang sama. Ia lelah terus membagi waktu antara pekerjaan yang satu dengan yang lain.

Lalu tempat yang benar-benar membuatnya nyaman hanyalah dua. Yaitu Five Restaurant, dan Coffee Touch.

Brukk!

Fritz merebahkan tubuhnya di atas flying bed tua keluaran tahun tiga ribu dua ratus delapan puluh dua. Benar-benar flying bed yang tua. Bahkan usianya sudah tujuh belas tahun.

"Seharian kemarin aku mengalami hal yang berat. Hari ini, aku benar-benar ingin beristirahat dan memulihkan tenagaku."

"Phoneglass ku hilang, uangku juga habis."

"Sekarang, aku harus bekerja keras lagi agar bisa membeli semua itu."

"Kenapa hal ini harus terjadi padaku?"

"Siapa mereka sebenarnya, dan apa yang mereka inginkan? Jika mereka memang hanya ingin phoneglass ku, lalu kenapa mereka berusaha mengejarku ketika aku melarikan diri?"

"Ini benar-benar aneh."

...*...

Andro City Laboratory.

Tiger menghentikan carfly nya. Ia segera melangkah keluar dan berjalan menuju pintu masuk.

"Pagi, pak Tiger!" sapa seorang wanita begitu dirinya tiba di dalam.

"Pagi, Callie. Aku ingin tanya, apakah Stella sudah tiba?"

"Bu Stella tidak datang, dan sepertinya beliau tidak akan datang lagi untuk bekerja di sini."

"Apa maksudmu?"

"Beliau mengirimkan surat pengunduran diri lewat surel, dan suratnya sudah di proses oleh pak kepala."

"Pengunduran diri? Stella mengundurkan diri? Kapan?"

"Saya mendapatkan surelnya tadi pagi, dan saya diminta untuk mengirimkannya pada pak kepala secara langsung. Pak kepala sendiri cukup terkejut dengan keputusan beliau yang mendadak, setelah berbicara serius dengan beliau, akhirnya pak kepala setuju untuk memproses pengunduran dirinya."

"Selain itu, apa Stella menitipkan hal lain padamu?"

"Tidak ada."

"Baiklah, terima kasih." Tiger beranjak dari sana. Ia segera menuju ruang kepala laboratorium, mencari pria yang menjadi pimpinan di tempatnya bekerja itu.

Tiger benar-benar tidak bisa tinggal diam. Apalagi begitu mendengar bahwa Stella akan mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Ini, pasti gara-gara kejadian dua hari yang lalu, batin Tiger dengan wajah resah. Ia terus melangkah hingga tiba di liftofast.

Ia masuk ke dalam sana, dan segera menekan tombol bernomor yang tertera di sana. Hanya dalam hitungan detik, dirinya sudah tiba di lorong di lantai gedung paling atas di mana kantor kepala laboratorium berada.

...*...

Stella melangkah memasuki bangunan dihadapannya. Tiba di dalam, ia bisa melihat ada banyak sekali pengunjung yang datang ke restoran milik salah satu sahabatnya semasa kuliah dulu itu.

Stella mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berusaha mencari wanita yang menjadi pemilik restoran tersebut.

"Selamat datang!" Salah satu Robowait menghampirinya.

"Silahkan ikut saya untuk menemukan meja kosong. Akan saya tunjukkan jalannya!" kata Robowait itu padanya. Dari layar LED nya, terlihat ekspresi buatan milik si robot. Kedua garis melengkung ke bawah dengan satu garis melengkung lain yang ukurannya lebih besar dan berlawanan arah dari kedua garis lainnya.

Robot itu tersenyum padanya.

"Maaf, aku kemari bukan untuk makan," kata Stella sampai membuat ekspresi si Robowait berubah dalam sekejap.

"Kalau begitu, ada apa anda kemari?" tanyanya dengan tanda tanya muncul di layar LED tadi.

"Aku kemari untuk bertemu Kenny. Bisakah kau memberitahuku dimana dia berada?"

"Maksud anda Bu manajer?"

"Benar! Aku ingin bertemu dengannya. Aku Stella, sahabatnya."

"Saya bisa menunjukkan jalannya, silahkan anda mengikuti saya." Robowait itu beranjak dari tempatnya. Berjalan di memimpin di depan, mengantarkan Stella untuk bisa bertemu dengan Kenny.

Mereka masuk ke dalam liftofast untuk bisa tiba di lantai dua. Mereka keluar begitu tiba di sana dan segera bergerak menuju ruang pribadi Kenny.

"Terima kasih sudah mengantarkanku. Kau boleh pergi. Sisanya biar aku yang urus sendiri."

"Baik." Robowait lalu kembali menuju lantai bawah hendak melanjutkan pekerjaannya.

Stella mengetuk pintu kaca yang ada dihadapannya beberapa kali. Tak lama terdengar suara Kenny di balik pintu sana dan mempersilahkannya untuk masuk.

"Selamat siang, bu manajer!" sapanya sarkas.

Kenny mengalihkan fokusnya begitu mendengar suara Stella. Wanita itu tampak kaget begitu mendapati Stella tiba di kantornya.

"Stella? Sedang apa kau di sini?"

"Aku ingin bicara empat mata denganmu. Apakah kau memiliki waktu?"

"Tentu." Kenny beranjak dari tempatnya. "Silahkan duduk."

Stella mengambil duduk di sofa yang tersedia di dalam sana.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!