Century 8 - Iris mata

"Arghh…" Fritz membuka kedua matanya perlahan. Tubuhnya benar-benar terasa nyeri akibat berlari menerobos pagar yang tanpa ia ketahui ternyata memiliki pengaman lain berupa kawat bertenaga listrik yang benar-benar menyengat tubuhnya ketika bersentuhan.

Susah payah dirinya membebaskan diri, dan setelah berjuang keras, akhirnya dia benar-benar bisa melarikan diri walaupun ujung-ujungnya malah tak sadarkan diri di jalanan akibat energinya yang terkuras habis.

Hal pertama yang Fritz lihat ketika membuka mata adalah langit-langit sebuah kamar.

Fritz terdiam. Ia berusaha mencerna apa yang terjadi pada dirinya.

Dimana aku?

Apakah jangan-jangan aku…

Fritz spontan bangun dari posisinya dengan kaget. Hal itu secara tanpa sadar membuat Stella yang sejak tadi tertidur di tepi ranjangnya bangun.

Stella membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya bisa melihat Fritz dengan jelas.

Ini… bukan tempat mereka, pikir Fritz begitu ia menyadari dirinya tidak berada di markas Twister.

Ada tirai yang menutupi seluruh bagian kamar tempatnya terbaring. Tirai itu mengelilingi flying bed yang menjadi tempat Fritz terbaring sejak tadi.

Fritz menoleh ke sisi kiri dan kanannya, ada banyak sekali alat pemeriksaan.

Aku di rumah sakit? Fritz mengerutkan kening, ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya tak sadarkan diri, dan alasan kenapa tiba-tiba dia bisa ada di sini.

"Kau sudah bangun?" kata Stella. Fritz langsung menoleh padanya di sana. "Syukurlah kau sudah sadar. Bagaimana kondisimu? Apakah perlu aku panggilkan dokter?"

"Aku baik-baik saja," gumam Fritz pelan. Kedua netranya saling beradu tatap dengan Stella yang kini tersenyum ke arahnya. Untuk sesaat, Fritz terdiam. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Wanita itu—Stella, yang duduk di tepi flying bed nya. Memiliki iris mata yang benar-benar mirip dengannya.

"E-eh…?" Stella sama-sama terdiam. Ia baru sadar juga kalau Fritz ternyata memiliki mata yang mirip dengannya. "Matamu…"

"Mata kita mirip…" gumam Fritz pelan. Kedua speechless satu sama lain. Mereka sama-sama tidak percaya dengan apa yang kini mereka lihat. Seolah keduanya tengah bercermin lewat pantulan di mata mereka masing-masing.

Bagaimana bisa, mataku mirip dengannya?

Setelah Twister… sekarang dengannya? Bagaimana bisa?

Stella terdiam dalam lamunannya.

"Oh ya, apakah kau yang membawaku kemari?" Fritz mengalihkan pembicaraan. Bertatapan terlalu lama membuat suasana terasa agak canggung, apalagi di ruangan itu hanya ada mereka.

"Ya, aku tidak sengaja melihatmu jatuh pingsan di jalanan. Karena aku tidak tega, jadi aku membawamu kemari. Tapi, sungguh keadaanmu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja. Terima kasih karena sudah membantuku. Tapi aku harus pergi sekarang." Fritz berusaha turun dari flying bed nya. Namun dengan cepat Stella menghentikannya.

"Tidak! Dokter bilang kau harus beristirahat sampai kondisimu lebih baik."

"Tapi, aku sudah merasa lebih baik, lagipula aku buru-buru. Aku harus masuk kerja, dan aku benar-benar terlambat."

"Setidaknya biarkan dokter memeriksamu lebih dulu agar aku lega, okay? Tunggu sebentar di sini!" Stella beranjak dari tempatnya. Wanita itu melangkah keluar dari ruang perawatan guna memanggil dokter untuk memeriksa Fritz.

"Huft~ padahal aku sudah bilang tidak apa-apa, tapi kenapa dia begitu bersikeras? Anehnya aku juga tidak bisa menolak." Fritz menghela napas pelan. Ia merasa tidak enak jika harus menolak kebaikan Stella yang sudah berbaik hati membantunya, bahkan sampai membawanya ke rumah sakit.

...*...

"Kemana kau pergi? Kau benar-benar membuatku cemas." Tiger bergumam pelan. Ia terus melajukan carfly nya menyusuri jalanan yang kemungkinan di lewati Stella. Wanita itu benar-benar berhasil melarikan diri darinya.

Setelah kejadian semalam, Tiger berusaha mengejar Stella walaupun dalam keadaan setengah sadar. Karena mengemudi dalam keadaan setengah sadar, dirinya bahkan sampai tersesat dan kehilangan jejak Stella.

Paginya ketika ia sadar, dirinya tiba di hutan kota yang jauhnya luar biasa dari tempat tinggalnya.

Setelah tersesat, Tiger memutuskan untuk pulang dan mengganti pakaiannya dulu serta menghilangkan pengar yang menghadang kepalanya akibat mabuk berat semalaman.

Usai mengatasi semua itu, dia baru benar-benar bisa mencari Stella. Tapi setelah kehilangan jejaknya seperti ini, tampaknya akan sangat mustahil untuknya bisa menemukan wanita itu.

"Dimana kau sebenarnya?" Tiger tak henti-hentinya menoleh ke kiri dan kanan, berharap bisa menemukan Stella di antara beberapa taxurbo yang melintas di sekitarnya.

Perhatiannya seketika tersita oleh suara notifikasi dari phoneglass-nya. Tiger meraih benda pipih itu lalu menghubungkannya dengan panel hologram disetirnya. Membaca pesan yang baru saja masuk ke phoneglass-nya.

Tiger membelalakkan mata begitu membaca pesan yang baru saja dia terima.

Masalah apa lagi ini?!

...*...

"Fritz!" Bitsy dan Gavi berlari menghampiri lelaki yang baru saja keluar dari tellevator itu.

"Bitsy, Gavi…"

"Apa yang terjadi padamu? Kau baik-baik saja 'kan?" Bitsy menatap lelaki itu dengan raut wajah cemas.

Setelah di periksa dokter, Fritz meminta bantuan pada Stella. Meminjam phoneglass-nya untuk menghubungi Bitsy dan mengabari kalau dirinya tidak bisa datang tepat waktu ke tempat kerja.

"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu cemas." Fritz berusaha membuat wanita itu tenang.

"Apa yang kau alami? Kenapa kami tidak bisa menghubungimu sejak tadi, dan kenapa kau bisa datang terlambat datang kemari?" Kali ini giliran Gavi yang bertanya.

"Biar aku jelaskan di dalam. Lebih baik kita masuk dulu."

"Baiklah, ayo masuk!" Bitsy menarik tangan Fritz dan membawanya masuk ke dalam restoran tempat mereka bekerja. Gavi berjalan mengikuti keduanya dari arah belakang.

...*...

Aku masih tidak percaya, kenapa lelaki itu bisa punya iris mata yang sama denganku?

Ini kedua kalinya aku melihat iris mataku mirip dengan orang yang tidak memiliki hubungan darah apapun denganku.

Pertama adalah ketika pertama kali aku bertemu dengan Twister di rumah sakit, dan kedua adalah ketika aku bertemu dengan lelaki tadi.

Ini benar-benar aneh! Kenapa aku bisa memiliki iris mata yang sama dengan mereka? Padahal kami tidak memiliki hubungan apapun.

Apakah jangan-jangan iris mataku ini pasaran?

"Haha, aku ini berpikir apa? Sungguh konyol!" Stella tiba-tiba terkekeh sendiri. Segala pemikiran dalam dirinya terasa menggelikan dan tidak masuk akal sama sekali.

"Huft~ lebih baik sekarang aku fokus pada urusanku dan berhenti memikirkan hal lain. Lagipula kalau diingat-ingat lagi, aku dan lelaki tadi tidak akan bertemu lagi 'kan? Jadi untuk apa kau ambil pusing soal matanya yang sama denganku?"

Stella mengalihkan fokusnya pada hal lain. Saat ini, dirinya sedang berada di dalam taxurbo. Pergi menuju penginapan.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!