Affair
Terik matahari siang ini begitu menyengat. Seakan membakar setiap inchi tubuh yang terpapar di bawah nya . Dan ternyata tepat pukul 12 siang. Pantas saja! Wajar kalau saat ini sinar mentari begitu bergelora. Membagikan panas tubuhnya kesana kemari. Membabi buta.
Jakarta timur , 12 juni 2022.
Gerak langkah seorang wanita paruh baya itu semakin cepat. Terdengar bunyi ketukan sepatu hak tinggi berdengung berirama. Menyusuri setiap lantai koridor sekolah dengan cepat.
"Ya ampun, ini sudah sangat terlambat." rutuknya sembari melihat arloji yang melingkar ditangan sebelah kirinya. Ternyata kedua jarum panjang dan pendek tepat mengarah ke angka duabelas.
~Tiktuktaktuk ~
Handphone nya berdering sekali lagi .
"Ia mas. Aku hampir sampai ." Ucap wanita itu singkat dan langsung menutup telpon keluaran Samsung terbaru miliknya.
Tok tok tok
Tiara andini mengetuk pintu 3 kali, dan membukanya perlahan.
"Permisi. Maaf saya terlambat."
Kaki jenjang dengan rok sebatas lutut itu melangkah maju memasuki ruangan bertuliskan BK di sebuah sekolah ternama di Jakarta timur.
Perlahan ia menutup pintu dan menghampiri suaminya yang telah sedari tadi duduk di sofa, bersebrangan dengan bu Indri.
"Maaf mas, saya terlambat." ucapnya sedikit berbisik .
"Jadi bu Tiara, saya tegaskan lagi. Seperti yang sudah saya ucapkan kepada pak Aji. Yasmin. Anak perempuan ibu. Ketahuan nganu dengan temannya."
Entah otaknya yang memang kurang pintar atau setelan pabrik otaknya yang ketinggalan. Tapi Tiara sungguh tidak paham arti kata NGANU yang baru saja diucapkan bu Indri, wali murid di sekolah anaknya.
Ia melirik kearah suaminya. Mata belo itu terlihat kebingungan.
"Jadi Mah, yasmin begini begini sama temannya."
Matanya seketika melotot. Memperhatikan tangan suaminya yang saling bertautan. Dengan semua ujung jari berkumpul dan berpagutan.
"Kissing? Yasmin kissing? Papah serius??"
Tiara menghentak seakan kaget.
Wajar saja. Anak gadisnya yang bisa dibilang masih bau kencur sudah berani kissing dengan teman sekolahnya.
Aji langsung mengangguk mengartikan YA untuk pertanyaan istrinya barusan.
"Ibu guru, anak saya Yasmin itu polos bu. Dia itu seperti bulu angsa. Cantik, halus, bersih. Dan tidak akan berbuat hal-hal seperti itu. Mana mungkin dia melakukan hal itu. Itu pasti dia dipaksa bu."
Semangat Tiara seakan berkobar. Tidak kalah dengan semangat caleg yang sedang konfoi memamerkan visi misi saat melakukan kampanye. Tak lupa tangannya yang ikut menjelaskan, refleks bergerak.
"Mah,, Malahan Yasmin yang memaksa teman kelasnya berciuman."
Jelas Aji agak pelan menahan gerak tubuh istrinya yang sedang sibuk ngomel membela anak semata wayangnya.
"Apa!" Sentak tiara menatap mata bu Indri dan suaminya bergantian.
"Iya bu. Malahan teman prianya yang menjadi korban."
"Yang benar saja ibu. Mana mungkin wanita memaksa pria berciuman? Ini bukan acara drama korea bu, ini kenyataan bu Indri!"
Tiara sontak berdiri. Tidak terima. Mana mungkin Yasmin, gadis cantiknya melakukan hal yang tidak pantas, terhadap pria pula. Tidak masuk akal!
"Saya benar-benar tidak percaya perkataan bu Indri. Coba mana. Anak lelaki yang dilecehkan Yasmin . Saya akan tanya dia secara langsung. Saya pastikan dakwaan bu Indri salah."
Kakinya melenggang kesana kemari mencari pria muda yang ingin sekali ia maki.
"Mana coba. Saya ingin pastikan apakah anak saya atau..."
Seketika mulutnya seakan terkunci rapat. Kakinya mendadak kram. Menatap 3 manusia yang sedang duduk dibalik papan pengumuman yang berjejer dipojok ruangan.
"Tiara.." Ucap seorang yang duduk berjejer diantara mereka.
Tiara masih terdiam dalam Minivan miliknya. Pikirannya masih sangat tidak karuan. Bahkan untuk sekedar mengomeli Yasmin yang bertingkah tidak sopan di sekolahnya pun ia enggan. Bibirnya masih terkunci rapat-rapat.
Membuat ayah dan anak yang duduk disamping nya kelimpungan. Tumben-tumbenan mamahnya berhenti mengomel. Biasanya sedikit saja ada yang tidak cocok ngomelnya sepanjang jalan kenangan.
"Pah, mamah kenapa? Kesambet setan sekolah yah?" Yasmin setengah berbisik ke telinga papahnya.
"Hus! Kamu ini. Jangan ngawur. Papah lagi nyetir ini. Nanti gak konsentrasi gara-gara omonganmu itu bagaimana?"
Di sentil jidat Yasmin saking geramnya.
"Ih.. Papah. Ya kan aneh. Masa mamah diem-diem bae. Yasmin takut. Apa mamah marah banget yah sama Yasmin?"
"Yaiyalah! Dasar dudud! Kamu juga, masa kissing doang aja sampai ketahuan wali kelas. Malu-maluin lah. Yang pinter dong jadi anak papah. Pilih suasana yang pas. Jangan asal nyosor aja!"
" Tapi pah, Yasmin juga kan kissing dia terpaksa."
" Apapun alasannya papah ngerti sayang, papah tau Yasmin pasti punya alasan yang jelas. Lagi pula, Yasmin pasti bisa jaga diri. Buat apa papah repot-repot masukin Yasmin ke les pencak silat kalau gak bisa jaga diri."
"Makasih papah udah percaya Yasmin."
Langsung saja tangan Yasmin merangkul papahnya dari belakang. "Pokoknya papah itu ter the best. Best of the best deh. Love papah."
"Love you more Yasmin, anak papah. Tapi..."
Moro-moro diarahkanlah jidat Yasmin mengarah ke mamahnya.
" Sungkem sama mamah sana. Saking keselnya itu mamah sampe diem bae kaya patung Liberty begitu. "
Mulut gadis 15 tahun itu seketika manyun. Memang hal yang sulit adalah membujuk mamahnya yang sedang ngambek. Apalagi kalo lagi diem seribu bahasa begitu. Kalo kata orang jawa itu UANGEL TENAN.
"Mah.. Mah.. Mamah marah banget yah. Yasmin minta maaf yah mah."
Tiara masih diam seribu bahasa. Mulutnya seakan kelu. Benar-benar terkunci. Matanya memandang keluar melewati jendela mobil. Tapi tatapannya kosong. Pikirannya terbang ke awang-awang.
Seakan-akan film itu terus berputar dikepalanya. Adegan-adegan itu. Bersama pria itu. Mengingat kembali bau tubuhnya. Hangat dadanya. Rakus cumbuannya. Sesekali membuat bulu kuduk nya merinding.
Memori yang ia kubur rapat-rapat. Ingatan tentang nafsu, cinta,gelora dan kerakusan kembali terngiang. Kini muncul lagi kepermukaan.
Gunawan Sudrajat. Pria yang menjadi cinta pertamanya. Yang telah lama hilang. Kini muncul didepan matanya lagi.
one year ago.
Sebuah ruangan kini penuh dengan tatapan mata. Mengarah kepada wanita paruh baya yang bisa dibilang masih memiliki paras dan tubuh seperti usia 20 tahunan. Ya! Tiara Andini. Manager kantor pemasaran di sebuah PT yang sangat bonavid di daerah Jakarta Timur. Parasnya yang ayu, dengan mata belo dan bibir kecil, serta kulit tubuhnya yang kuning langsat cenderung ke putih membuatnya terlihat tidak seperti wanita berusia 40 tahunan. Dengan riasan tipis dan setelan rok selututnya ia mondar mandir menjelaskan konsep pembangunan yang akan ia kerjakan dengan para Vendor perusahaan klien.
"Jadi, saya minta Bapak dan ibu jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan emas ini untuk tidak bergabung dengan perusahaan kami. Saya yakinkan anda akan sangat menyesal. Dari konsep kami terbaik, materialnya pilihan, rincian pembiayaannya pun sudah benar-benar terorganisir. So, deal or no?"
Beberapa pria dan wanita didepannya tersenyum dan memandang satu sama lain.
"*Of course yes miss Tiara*."
Tiba-tiba terdengar suara bass itu setelah pintu terbuka dari luar. "Jadi, kapan kita akan tanda tangani kontraknya?"
Pria berkacamata itu tersenyum dan menyodorkan tangannya.
Tiara terkesiap. Tak menyangkan cinta pertamanya akan ada didepan matanya.
"Gunawan..."
Tangan wanita manis itu menjabat tangan pria didepannya.
Dengan sumringah Gunawan mengelus tangan wanita idaman didepannya berkali-kali.
"*Finally i catch you* Tiara sayang."
happy reading ❤
Semoga kalian suka dengan karya keduaku ini.
Setelah beberapa purnama akhirnya bisa upload cerita lagi. soalnya kemarin kemarin fokus kerja.. jadi baru bisa bikin sekarang. maafken banget 🤗
Terima kasih juga buat yang udah baca, like dan komen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Minaa Lee💅
Semangat thor 🤗🤗, alur nya mantap banget thor.
2023-01-02
0
Miss Rida
hai thour
2022-12-15
1
Siti H
semangat..
2022-12-14
1