Dia Adalah Benihmu

Dia Adalah Benihmu

Rencana Hawa

Senyuman mengembang kala manik mata Bulan menatap kepergian sang suami pagi itu. Betapa bahagia tanpa ada rasa bosan rutinitas setiap pagi selalu sama. Bangun, membersihkan wajah, memasak, membantu suami bersiap dan mandi. Lalu mengantarkan kepergian suami ke kantor.

Mungkin banyak orang yang memandang itu adalah hal yang membosankan, namun tidak untuk Bulan. Ia benar-benar tulus menjadi istri yang baik untuk suami tercinta. Meski kini usia pernikahan mereka bahkan sudah memasuki tahun kedua.

“Aku akan selalu mencintaimu, Mas Pram.” tutur Bulan membalikkan tubuh memasuki rumah.

Pandangannya pun mengedar ke setiap sudut rumah. Sangat sunyi, dalam hati kecil, Bulan begitu sangat menantikan kehadiran sang buah hati yang tak kunjung ada.

Tring tring tring

Ponsel yang ia letakkan di meja makan pun menyita perhatian Bunga. Segera ia melangkah mendekati meja makan.

“Ada telepon, Nyonya.” Suara pelayan membuat Bulan tersenyum dan melihat benda pipih itu.

Keningnya mengernyit heran. “Kak Hawa.” gumamnya heran.

Tak biasanya wanita yang berstatus kakak iparnya itu menelpon dirinya. Lantas apa yang membuat Hawa mau menghubunginya?

“Iya halo, Kak. Ada apa?” tanya Bulan lembut meski ia tahu jawaban dari seberang sana pasti akan kasar.

“Bulan, Pram dimana? Kenapa aku telepon nggak di angkat-angkat juga?” Benar dugaan Bulan. Secepat kilat Bulan menjauhkan sejenak ponsel itu dari telinganya.

Bahkan dari sudut lain, pelayan dapat melihat bagaimana wajah Bulan yang terpekik kaget. Sudah bisa di duga. Pasti orang di telepon itu sudah berteriak.

“Mas Pram sudah berangkat, Kak ke kantor baru saja.” jawab Bulan lagi.

“Sampaikan padanya, malam ini datang ke acara keluarga di hotel Xx. Ingat, hanya Pram. Ini khusus keluarga besar kami saja. Kau tahu artinya kan?” Dengan cepat Bulan pun menganggukkan kepala lalu menjawab.

“Baik, Kak. Saya tahu itu.” ujar Bulan.

Panggilan pun seketika terputus tanpa ada kata terimakasih atau pun salam. Bulan tentu tak lagi kaget. Ia pun hanya mengusap dadanya pelan. Sungguh rasanya sangat menyakitkan memasuki dua tahun pernikahan, ia masih belum mendapatkan perlakuan baik dari kakak iparnya.

Jika dulu bayangan Bulan memiliki kakak ipar wanita pasti akan sangat menyenangkan. Bisa memiliki teman curhan bahkan ada yang membelanya ketika suami melakukan kesalahan pada istri. Nyatanya Bulan salah besar. Memiliki ipar wanita membuatnya seperti memiliki malaikat pencabut nyawa yang siap kapan pun mencabut nyawa pernikahannya.

“Yasudahlah siang nanti biar aku sampaikan pada Mas Pram. Semoga saja Mas Pram tidak memaksaku untuk ikut. Aku lebih baik di rumah saja.” Bulan pun menuju kamar untuk sekedar merapikan lebih detail tempat tidur mereka.

“Bi, istirahat saja kalau sudah beres. Saya juga mau istirahat.” pintah Bulan penuh perhatian pada pelayan.

“Baik, Nyonya.”

Keadaan rumah pun kembali hening.

Berbeda halnya dengan perusahaan periklanan yang di miliki Pram. Pagi ini menjadi pagi yang sangat produktif. Sebab, pria itu akan menyambut beberapa klien yang akan memakai jasa perusahaannya dalam pemasaran produk.

“Dewi, bagaimana semua persiapannya? Sudah kamu siapkan? Tolong beberapa contoh kamu tampilan juga yah dan hasil penjualannya dari iklan itu di perlihatkan. Setidaknya mereka akan butuh banyak hasil nyata.” pintah Pram pada sang sekertaris.

“Baik, Pak Pram. Semua sudah sesuai dengan rincian email yang Bapak kirim semalam pada saya.” jawab wanita dengan penampilan formal.

Pagi yang begitu padat tanpa terasa telah usai. Kini Pram tampak keluar dari ruang kerja bersama beberapa klien yang baru saja mengesahkan kontrak dengan perusahaan milik Pram.

“Mas Pram,” suara Bulan terdengar sukses menghentikan beberapa pria yang berjalan bersama Pramudya.

Pram menoleh, ia melihat sosok Bulan di sana.

“Em kalau begitu kami permisi, Tuan Pram.” Tiga pria dengan setelan formal tampak undur diri setelah tersenyum pada Bulan. Bahkan mereka menundukkan sedikit kepalanya.

“Sayang, baru sampai?” tanya Pram mengusap rambut panjang istrinya. Bulan pun mengangguk cepat.

“Mas, tadi Kak Hawa nelepon aku.” aku Bulan sembari meletakkan beberapa makana di atas meja.

Kening Pram pun mengernyit heran. “Iya tadi memang Kak Hawa menelpon Mas. Mas lagi sibuk. Dia ngomong apa, Bulan?” tanya Pram penasaran.

“Katanya nanti malam ada acara keluarga di hotel Xx. Mas di suruh datang.” Bulan pun memilih jujur.

Pram menganggukkan kepalanya pelan. “Yasudah kalau begitu kamu nggak usah pulang setelah kita makan. Biar Mas pulang lebih cepat hari ini. Nanti kita terlambat kalau perginya terlalu sore.” tutur Pram yang mendapatkan gelengan kepala dari Bulan.

“Mas saja yang pergi yah?” ujarnya memohon.

Terpopuler

Comments

Resia Almaira

Resia Almaira

makin seruuuuu thor 🤩 semangat thor lanjut 💪💪💪❤️👍

2022-11-23

2

Muzie㊍㊍💋👻ᴸᴷ

Muzie㊍㊍💋👻ᴸᴷ

Kasihan bulan,,,udah jadi bagian dari keluarga pram tapi keberadaan tetep aja gak di anggap ada😭

2022-11-23

5

Irnaningsih

Irnaningsih

certa nya bulan meniggl nnti thor sad ending tu awal nya sdh nyesek n8h

2022-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!