Terngiang-ngiang

Malam itu setelah pulang darri rumah sakit Rigel langsung membersihkan dirinya di kamar mandi,setelah itu ia memakai pakaian tidurnya,namum sebelum itu seperti biasa dia selalu membaca buku sebelum dirinya tidur.

Tapi saat dia membuka lembaran-lembaran buku tersebut tiba-tiba terbersit bayangan seorang gadis yang wajahnya berkeringat saat di jendela bus tadi.

"Akh...kenapa aku jadi ingat gadis itu sih?"

Rigel jadi gusar mengingat gadis berkaca mata itu,gadis yang tak menghiarukan keberadaanya saat di depan mesin absen tadi.

"dia itu tadi sadar apa nggak sih ya...ada aku disana?"Rigel jadi penasaran dengan gadis berkaca mata,berambut coklat bergelombang itu.

"Ck untuk apa aku memikirkannya,buang-buang waktu saja"gumamnya kesal sendiri.

Di sisi lain.

Starla masuk kedalam rumahnya bapaknya sudah menunggunya di ruang tivi duduk di kursi rodanya.

"Bapak..."Starla menyalimi tangan bapaknya.

"Macet ?"tanya bapaknya.

Starla hanya tersenyum dan mengangguk.

"Lala ke kamar dulu ya pak ganti baju,oia mas Arif sudah pulang?"tanya Starla.

Mas Arif adalah orang yang merawat bapak bila Starla berkerja,dia membantu Starla merawat bapak yang sakit-sakitan karena sudah tua.

Starla adalah anak bungsu dari lima bersaudara,semua kakaknya tinggal di luar kota dan sudah berumah tangga,hingga kini Starla lah yang mengurus bapaknya yang sakit,dia membayar jasa mas Arif untuk menjaga bapaknya bila dia sedang bekerja.

Waktu Starla memang tak banyak di habiskan untuk bersenang-senang seperti kebanyakan orang di usianya,walau usianya masih cukup muda 20 tahun tapi beban di pundaknya untuk mengurus bapaknya tidak lah ringan,oleh karena itu dia mengerti Prima memutuskan hubungan mereka karena alasan apa,karena Starla tak punya waktu untuknya berjalan bersamanya bersenang-senang layaknya pasangan pada umumnya.

Starla masuk kedalam kamarnya mandi dan berganti pakaian,setelah itu membantu bapaknya untuk tidur di kamar bapaknya,Starla sudah tidak memiliki ibu,ibunya telah tiada saat usianya tiga tahun,dan selama itu bapak dan kakak-kakaknya lah yang mengurus semua keperluannya,dari sekolah hingga ia lulus SMA.

Meski ada terbersit keinginan untuk kuliah,tapi tak bisa di lakukannya karena tiga tahun lalu bapaknya jatuh sakit dan lumpuh,hingga dia tidak bisa membagi waktu dan juga biaya untuk kuliah,berobat bapaknya dan keperluan sehari-hari dengan gaji yang hanya standar upah minimum pegawai.walau kakak-kakaknya kadang mengirimi nya uang untuk berobat bapaknya tapi itu pun tak banyak karena mereka pun susah dan Starla pun faham itu dan tidak mau membebani kakak-kakanya.hingga dia tak pernah menuntut mereka karena saat sekolah dulu Starla di juga sudah cukup membebani mereka.

Setelah membantu bapaknya tidur di tempat tidur,Starla masuk kedalam kamarnya,dia sempat melihat-lihat foto kenangan bersama Prima,seorang pria hitam manis,tinggi semampai,walau masih status mahasiswa.

Starla menghapus semua foto di ponselnya,dia lalu mulai membuka aplikasi novel kesukaannya,dia tertawa sendiri bila membaca novel dengan cerita lucu,untuk menyegarkan fikirannya yang saat ini sedang tak baik.

Starla pun mulai menulis kerjaan sampingannya sebagai penulis selain menyalurkan hobi dia pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari menulis novel online,setiap malam dia habiskan waktu untuk menulis beberapa bab hingga rasa kantuk mendera dan dia pun meletakan ponselnya sebelum dia tertidur.

Ke esokan paginya Rigel bangun tidur setelah mendengar alarm ponselnya berdering di atas nakas,di lihatnya dengan matanya yang masih berat di lihatnya pukul 06 pagi dan dia pun beranjak menuju kamar mandi di kamarnya,dia lalu membasahi dirinya dengan air hangat di pagi ini,selesai mandi dia pun mempersiapkan dirinya mengenakan pakaian formal kantornya tapi dia tak memakai dasi dan jas hanya kemeja saja dan celana kerjanya.

Tiba-tiba dia teringat ucapan ibunya.

"Kapan kau menikah Rigel,usia mu sudah 30 tahun,bila kau menikah kan ada yang mengurus segala kebutuhan mu,seperti menyiapkan baju dan menyiapakan makanan untuk mu"oceh ibunya.

Rigel terngiang ucapan ibunya pagi ini,entah kenapa.

"Huft...menikah ya..."gumamnya.

Rigel bukannya tidak ingin menikah hanya saja ya itu dia sangat pemilih dan sampai saat ini belum ada yang mengusik hati ya karena dia selalu sibuk belajar dan bekerja hingga tak ada waktu meladeni teman-teman wanitanya yang selalu mendekatinya.

Bahkan beberapa dokter wanita dan perawat di rumah sakitnya pun suka curi-curi pandang padanya mereka menganggumi sosok Rigel yang tampan tapi dingin,sikapnya selalu cuek tak menghiraukan siapa pun yang mencari perhatian padanya terlebih itu wanita.

Dia hanya mengenal sosok wanita di dunia ini hanya dua orang ibunya dan adik perempuannya yang umurnya pun berbeda jauh dengannya perbedaan umur mereka 12 tahun dan kini adiknya pun masih kuliah kedokteran juga.

Setelah dia bersiap dan sudah berpakaian lengkap dirinya keluar kamar dan menuruni tangga menuju meja makan,disana sudah tersedia sarapan yang sudah di persiapkan oleh asisten rumah tangganya.

"Tanpa menikah pun aku bisa kok hanya memakai pakaian saja masa iya harus di bantu ck...ibu ada-ada saja"gerutunya.

Tiba-tiba terngiang lagi suara ibunya saat dirinya menyuap roti lapis.

"Memangnya kamu tidak ingin punya keturunan?nanti siapa yang akan mewarisi rumah sakit bila kamu tidak punya pewaris Rigel"

"Heeehhh ibu...kenapa cerewet sekali ya..."keluhnya.

Bagaimana tidak cerewet setiap ibunya ingin memperkenalkannya pada anak gadis temannya atau rekan bisnis ayahnya Rigel pasti menolak,dan tak akan datang bila pertemuan sudah di atur,bahkan ibunya sempat menjebaknya untuk bertemu dengan perempuan tapi Rigel masih tak tergerak hatinya.

"Rigellll kamu ini kenapa sih nak...apa kamu nggak suka perempauan?atau kamu pernah patah hati?"ucapan ibunya terngiang lagi.

Rigel itu laki-laki normal tapi dia belum pernah patah hati karena bagaimana mau patah hati jatuh cinta saja belum pernah.

Rigel menghabiskan roti lapisnya dan meneguk jus alpukat dengan madu,tak lama Ben datang dan langsung duduk di depannya.

"Nanti ada oprasi dok jam 10 pagi ini"ucap Ben mengingatkan.

"Hemmm operasi usus buntu anak kemarin kan?"ucap Rigel setelah menghabiskan jusnya.

"Iya dok"

"Baiklah cepatlah habiskan sarapan mu setelah itu kita berangkat"

Begitulah Rigel dia tipe orang yang serius,tak banyak bicara walau begitu sebenarnya dia pria yang sangat hangat hatinya,tapi entah kenapa bila belum mengenalnya orang menganggapnya pria yang dingin sedingin salju.

Ben telah selesai sarapan kini dirinya siap mengantarkan bosnya ke rumah sakit,Ben bukan seorang dokter hanya saja dia pintar managemen bisnis oleh karena itu Ben menjadi asisten Rigel agar dia bisa membantu Rigel dalam mengelola bisnis rumah sakit ayahnya itu,bukan asisten sebagai seorang dokter.

Rigel dan Ben pun berangkat merayap di keramain kota.karena mereka berangkat bersamaan dengan jam orang berangkat bekerja maka kemacetan sudah di pastikan menyambut mereka.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

fee2

fee2

sepertinya menarik jalan ceritanya...

2023-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!