17.

"Dan juga, aku tak ingin lagi Bella bekerja," pungkas Andre, ia tetiba posesif seperti Kevin, ia ingin menjaga Bella di rumah mereka, tak akan lagi membiarkan wanitanya kesulitan karena memikirkan pekerjaan.

"Apa?!!!" Tiba tiba terdengar suara pekik an Bella.

Bella berjalan cepat dengan tatapan penuh ancaman, namun mommy Felicia bergerak cepat menahan tubuh Bella, senyum bijak tergambar di wajahnya, "sepertinya kalian belum banyak bicara, jangan buru buru emosi," tutut mommy Felicia, "setelah ini bicarakan baik baik, pasti akan ada jalan tengah."

Sedikit banyak, penuturan mommy Felicia membuat Bella kembali tenang, sebisa mungkin ia menahan amarah nya, agar tidak terjadi keributan.

Bella tak habis pikir, bisa bisa nya Andre memutuskan sendiri urusan pekerjaan nya, padahal bekerja di Jewelry Star adalah impiannya sejak lama, Bella menyukai pekerjaan nya, sejak dulu ia suka mendesain model perhiasan.

Sementara Andre pun sibuk berkutat dengan pemikiran nya, ia sudah berkeinginan membuat Bella kembali mencintai nya, ia tak rela istrinya masih menyimpan cinta untuk pria lain selain dirinya, karena itulah Andre hendak membawa Bell tinggal di Jakarta dan meninggalkan pekerjaannya.

Tapi penolakan Bella sesaat yang lalu, membuatnya kembali harus memutar otak, sepertinya kali ini ia akan perlu bantuan dari Bima.

Suasana makan malam kali ini terbilang mencekam, sunyi, tak ada pembicaraan, padahal, ini bukan kali pertama bagi Andre makan malam bersama keluarga Bella, bahkan Andre kerap membawa Bima berkunjung ke rumah ini, ketika kebetulan mereka berada di Singapura untuk urusan pekerjaan tentunya.

Usai makan malam, daddy Brandon masih mengajak Andre berbincang di taman, sementara Bella, seperti biasa membantu mommy Felicia membereskan dapur dan meja makan.

"Mom, aku kembali ke kamar yah," pamit Bella usai menyelesaikan pekerjaannya membantu sang mommy.

"Istirahat lah, ingat pesan mommy, bicarakan rencana masa depan kalian dengan kepala dingin, cari solusi agar kedepannya, tak ada lagi ganjalan di hati kalian masing masing, mommy senang sekali karena Andre yang jadi suami mu, bukan berarti mommy tak menyukai Jo, mommy hanya tidak suka melihat bagaimana keluarga Jo memperlakukan mu, mommy tak tahu ada apa di antara kamu dan Andre, hingga kamu terlihat sangat memusuhi nya padahal kalian berteman baik sejak lama," mommy Felicia mengusap rambut Bella, "tapi satu hal yang mommy yakini, suamimu adalah pria yang baik, bahkan kedua orang tuanya menerima mu seperti anak kandung mereka sendiri, itu saja sudah membuat mommy sangat bahagia."

Bella mengangguk mendengar penuturan mommy Felicia, kemudian ia kembali ke kamarnya, Bella masih membiarkan jendela kamarnya terbuka, ia duduk di sofa sambil memeluk kedua lututnya, dua hari ini adalah dua hari terpanjang selama hidupnya, kejutan demi kejutan datang silih berganti, dan di saat seperti ini ia sangat merindukan Pelukan hangat Jonathan.

Bagi Bella yang kala itu patah hati dan kecewa, kehadiran Jonathan adalah segalanya, sosoknya sangat dewasa, ia selalu menghadiahkan ketulusan di balik senyumannya, ia juga tak pernah bertanya siapa pria yang menjadi cinta pertamanya, karena itulah Bella nyaman berada di sisi Jonathan, bahkan semula Bella berpikir tak akan bisa mencintai pria lain, nyatanya dengan mudah ia bisa mencintai Jonathan, saat itu penghalang mereka hanyalah restu dari keluarga Jonathan.

Jam 10 malam obrolan Andre dan daddy Brandon berakhir, walau tak bisa menahan debaran jantungnya, Andre memberanikan diri menuju kamar Bella, dan ini akan menjadi kali pertama, mereka tidur dalam satu ruangan yang sama, tangannya berkeringat dingin, dieratkannya genggaman tangannya pada gagang koper berisi pakaian yang ia bawa dari hotel, ia tahu jika sekarang ia harus bersiap menghadapi Bella yang dingin dan acuh, karena itulah tadi ia sempatkan mampir ke hotel mengambil baju, aksesoris, dan perlengkapan lainnya.

hal pertama yang ia lihat ketika pintu terbuka adalah, rak buku, Kamar Bella cukup luas, walau tak sebesar kamarnya, dinding ruangan di dominasi warna pastel, dan ada banyak ornamen dan pernak pernik khas seorang gadis, nyaman dan tenang, sunyi, kemanakah si pemilik ruangan, Andre mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar, mencari sang pemilik ruangan.

Pandangan Andre terhenti ketika menatap Bella yang tengah melamun sedih di depan pintu balkon, hingga Bella tak menyadari kedatangannya.

Andre berjalan mendekati sofa, kemudian ia mendudukkan tubuhnya tepat di sisi Bella.

Bella yang baru menyadari kehadirannya tampak terkejut, kemudian bergeser kembali membuat jarak, “Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke kamarku?”

Andre mengerutkan kedua alisnya, “apa kamu lupa, sekarang aku adalah suamimu,”

“Aku ingat, kamu tak perlu mengulanginya,”

“Kalau begitu wajar, jika aku ada disini,”

"Ruangan ini sempit, pergilah, kamu bisa menginap di hotel milik keluargamu.”

“Jika aku mau, sudah kulakukan sejak tadi, tapi sayang nya aku sedang ingin bermalam dengan istriku.” Andre menjawab seenaknya.

Bella tiba tiba berdiri, “jangan macam macam, hubungan kita tidak seperti suami istri pada umum nya,”

Menyadari Bella tengah panik membuat Andre makin bersemangat menggodanya, ia pun ikut berdiri, posturnya yang tinggi menjulang membuat Bella harus mendongak, kala menatap kedua matanya.