11. Apartemen.

Apartemen.

"Ayo kita pergi," Andre memeluk pundak Bella hendak membawa Bella meninggalkan ruangan persemayaman tersebut, namun Bella mengelak.

"Tapi aku belum melihat Jonathan." Pintanya.

"Berhenti bersikap lemah, jika kamu masih disini, kamu tak lagi punya harga diri, padahal harga diri adalah harta termahal yang kamu miliki, ketika kamu bahkan tak lagi memiliki harta benda." Ucapan Andre sangat tegas, begitulah yang di contoh kan mommy Stella, wanita tangguh yang bisa menggunakan fisik nya untuk menghajar preman, tapi ia lebih suka menggunakan kata kata untuk menghajar lawannya, karena mommy tak pernah membiarkan harga dirinya diinjak injak.

Dengan terpaksa Bella menyeret langkahnya mengikuti Andre.

Diiringi tatapan tajam dan sinis hampir seluruh keluarga Jonathan.

Sedikit pun Andre tak melepaskan pelukannya di pundak Bella, tidak setelah berbulan bulan ia gagal mendapatkan maaf dan sedikit perhatian dari Bella, kini Bella kembali padanya, bahkan dengan Status sebagai istri, walau tak bisa menerjemahkan perasaan hatinya, tapi, sedikit rasa bahagia kini menyelinap dan kembali mengintip di balik bilik hatinya yang mulai hampa dan kosong.

Sesekali Isak tangis masih terdengar, tapi tak Andre hiraukan, tujuannya hanya satu, apartemen sang mommy.

Sepanjang perjalanan, lagi lagi mereka menjadi pusat perhatian, karena kostum yang mereka kenakan, sungguh tak biasa.

(Nggak perlu mobil yah, masih pada ingat kan, jarak rumah sakit, hotel dan apartemen?)

Apartemen mommy Stella, kini merupakan tempat singgah siapa saja yang berkunjung ke Singapura, tempat yang juga ditinggali Gadisya selama bekerja di Singapura, dan mungkin saja kini seluruh keluarga Geraldy berada di sana.

Setelah Andre memasukkan kode sandi pintu, barulah Bella tersadar dari lamunannya, lengannya mulai menggeliat ingin di lepaskan. "Lepaskan, aku mau pulang." 

"Kita sudah di rumah, kamu mau pulang kemana lagi?" 

"Kerumah orang tuaku," 

"Tidak, apa harap kamu tidak lupa jika sekarang kamu adalah istri ku, jadi disinilah rumahmu." Andre menekankan kalimatnya.

"What???!!!" Bell berteriak keras.

Seketika Bella meremang, istri?? jangan jangan??? Berbagai macam peringatan mulai muncul di otak nya, termasuk juga kini statusnya yang sudah berbeda, bukan tidak mungkin Andre juga akan meminta hak atas tubuhnya, hanya membayangkannya saja membuat Bella merinding.

"Aku tidak peduli dengan status kita saat ini, jika kamu tak mau mengantarku pulang, aku akan pulang sendiri, kamu pikir aku anak kecil," bantah Bella, kemudian ia kembali menjinjing gaun pengantinnya, bermaksud lari meninggalkan Andre, namun … 

"Aaaaawww …" jerit Bella, kini ia terduduk dilantai memegangi pergelangan kakinya yang beberapa saat lalu terkilir, ia meringis sendiri sambil mengusap area di sekitar pergelangan kakinya.

Andre yang beberapa saat lalu tak sempat menghalangi kepergian Bella, kini berjalan dan berlutut di hadapan Bella, tanpa sungkan apalagi risih, ia memijat tungkai dan pergelangan kaki Bella, "apa kubilang, kakimu bahkan sudah berteriak lelah, tapi kamu masih memaksanya berjalan," gerutunya. "Apa sakit sekali?" Tanya Andre.

"Tidak sama sekali," jawab Bella, karena tadi Bella sempat bergerak reflek, agar kakinya tak sampai terkilir sungguhan.

Andre melepaskan heels dari kedua kaki Bella, "mau berjalan atau ku gendong?" Tanya Andre, sambil menatap kedua manik mata Bella.

"Jalan saja." Jawab Bella dingin.

Dengan sigap Andre membantu Bella berdiri, kemudian memapah nya hingga mereka memasuki apartemen.

Pintu otomatis kembali terkunci, ketika keduanya sudah berada di dalam apartemen.

"Pakailah kamar mommy, di sana pasti masih banyak baju baju Gadisya yang bisa kamu pakai untuk sementara waktu, aku akan memakai kamarku," ujar Andre, kemudian ia meletakkan sepatu Bella di rak yang ada di belakang pintu.

Bella mengangguk paham kemudian berjalan menuju kamar mommy Stella, tentu Bella pun sudah hafal seluk beluk apartemen ini, karena ketika Gadisya masih di Singapura, ia sering menginap di apartemen ini.

Sepasang pengantin dadakan itu berjalan menuju kamar masing masing.

Suasana kembali dingin, dan sunyi.

Klik

Bella bersandar di belakang pintu, setelah mengunci ruangan tersebut, ia menangis dalam diam, setidaknya ini lah yang bisa ia berikan sebagai bentuk penghormatan terakhirnya untuk pria yang sudah sangat baik terhadapnya, menemani hari hari sulitnya, bahkan Bella bisa kembali tertawa bahagia manakala berada di dekat Jonathan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***