5. Rekaman CCTV Part 2.

Rekaman CCTV Part 2.

Marah, bukan lagi marah yang ia berikan, tapi Andre melakukan hal yang bahkan tak pernah ia lakukan seumur hidupnya, yakni menampar seorang gadis, sejak saat itu Bella menghilang, lebih tepatnya Ia memblokir no Andre, bahkan sekali waktu Andre sengaja menguntit nya ke tempat kerja bella, namun gadis itu sudah benar benar enggan berurusan dengan pria bernama Andre, padahal mereka bersahabat sudah sejak tingkat awal di Junior High School, dan kini seakan musnah, seakan akan mereka tak pernah saling kenal.

"Sepertinya kamu harus melihat ini?" Suara Bima membuyarkan lamunan Andre.

Kemudian pria itu memutar Layar laptop nya agar Andre bisa melihat apa yang tengah ia lihat dan periksa.

Bima tak mengatakan apapun, khawatir apa yang dia katakan akan membuat Andre marah.

Andre mengerutkan kedua alisnya, ia kini seperti melihat sebuah video cabul, sepasang lelaki dan perempuan berciuman di lorong hotel, sebelum akhirnya mereka masuk kekamar. "Lalu apa yang aneh, bukankah kita memang biasa melihat pemandangan cabul semacam ini," jawab Andre santai.

"Coba kamu putar ulang, tidakkah kamu mengenali wanita itu?" Imbuh Bima.

Andre melakukan apa yang Bima perintahkan, ia memutar ulang rekaman CCTV tersebut, bagi Bima Dan Andre, ini sudah hal biasa, sesekali mereka memeriksa rekaman CCTV demi memastikan keamanan para pengunjung, karena itulah melihat pemandangan cabul pun sudah menjadi pemandangan biasa.

Sekali lagi Andre mengamati gambar bergerak yang kini ada di hadapannya, benar kata Bima, semakin lama semakin diawasi, ia semakin mengenali si pemeran wanita dalam video cabul tersebut.

Yah tak salah lagi, itu adalah Mely kekasihnya sendiri.

Nafas Andre memburu, tangannya terkepal, otot wajahnya mengeras menahan amarah, rasanya ia seperti mendapat pukulan telak tepat di atas kepalanya.

Bagaimana bisa, bagaimana mungkin, apa yang sudah ia lewatkan hingga ia sama sekali tak mengetahui semua ini? apakah kurang perhatian dan cinta nya selama ini, bahkan kemewahan pun ia persembahkan untuknya, tapi Mely seakan akan melemparkan kotoran ke wajahnya.

Brak !!!

Dengan kasar ia berdiri hingga kursi yang semula ia duduki kini terhempas ke belakang.

"Cari penerbangan tercepat dalam satu jam kedepan, dan hubungi pihak keamanan, minta mereka mengumpulkan semua rekaman CCTV di dalam gedung pada hari yang sama, aku akan menyelesaikan urusanku dengan si j4l4ng itu.

Bima terdiam seribu bahasa, sebenarnya bukan sekali dua kali ia mendengar pertengkaran Bella dengan Andre, dan penyebabnya selalu sama, yakni Bella mengatakan, ia tak menyukai Mely, atau Bella mengatakan Mely sama sekali tak cocok untuk di jadikan kekasih, apalagi istri, sementara Andre yang sudah dibuat mabuk kepayang pada kecantikan Mely, tak pernah sedikitpun mempercayai ucapan Bella, hingga ia memberikan kebebasan pada kekasihnya yang juga berprofesi sebagai model tersebut.

Jadi ketika kali ini ia melihat sendiri, Bima tak lagi terkejut, rupanya secara tidak langsung, hal inilah yang hendak Bella ungkapkan selama ini, tapi entah kenapa Bella tidak pernah mengatakan secara gamblang.

Tiga Puluh menit setelah berjibaku dengan semua sumber daya yang ia miliki, Bima belum juga ada tanda tanda mendapatkan apa yang diinginkan Andre.

Sementara itu di kamar, Andre masih sibuk membereskan barang barangnya, bersiap untuk kemungkinan terburuk, Bima tak bisa kembali bersamanya, tapi 45 menit kemudian Bima kembali menemuinya.

"Kita berangkat satu jam ke depan,"

"Good, segeralah bersiap." Jawab Andre.

Andre merasa kepalanya sudah hampir meledak, amarahnya kini seperti gunung berapi yang kapan pun siap memuntahkan laharnya.

Sepanjang hidupnya, ia sudah sering memiliki hubungan dengan banyak gadis, hanya sebatas kekasih, tidak pernah berlebihan, peringatan keras dari kedua orang tuanya, membuat Andre tidak tergiur dengan pergaulan bebas atau free ***, walau tak dipungkiri, tawaran itu selalu ada, mengingat ia juga sering berhubungan dengan para rekan bisnisnya, selain alkohol tentu suguhan lain sebagai pemanis pembicaraan bisnis adalah wanita, dirinya masih memiliki darah kental masyarakat Indonesia, yang menghargai norma norma dan tatanan sosial yang berlaku di masyarakat.