PENJARA HATI SANG CEO
Di sebuah rumah megah dan mewah, seorang pria muda yang memiliki tinggi 185 cm berbadan atletis itu sedang duduk di sisi tempat tidur sambil memegang selembar foto yang tidak berbingkai. Raut wajahnya begitu sedih, saat bayang-bayang masa lalu itu kembali terbesit, silih berganti seperti kumpulan film yang di putar di kepalanya. Semakin dia berusaha untuk melupakannya, justru bayangan itu semakin jelas seakan mengajaknya kembali ke masa lalu.
Dia mengusap wajahnya dengan kasar saat cairan bening itu meleleh dan membasahi pipinya. Dia tidak ingin di pandang lemah oleh orang lain, biarlah rasa sakit itu dia sendiri yang merasakan.
"Daren." Seorang wanita berusia 26 tahunan tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya membuat Daren menoleh karena kedatangannya yang tiba-tiba. Wanita yang ternyata tantenya itu tersenyum sambil melangkah berjalan mendekati pria yang biasa di sapa Daren itu, atau lebih tepatnya Garendra Daren Alexander, putra bungsu dari keluarga Brata Kharisma Alexander.
Dengan gerakan cepat Daren langsung menyembunyikan foto itu di bawah bantal lalu membalas senyum tantenya yang membuatnya terlihat begitu tampan.
"Kenapa?" tanya wanita yang memiliki nama lengkap Aura Suci Prasetyani Alexander itu seakan tahu apa yang sedang keponakannya rasakan.
Daren mengerjapkan matanya beberapa kali lalu kembali memberikan senyuman yang lebih manis dari sebelumnya.
"tidak apa-apa." jawab Daren menyakinkan.
"ada apa tante kesini?" tanya Daren kemudian.
Aura menatap iris mata keponakannya, dia mendengkus saat melihat sorot mata itu terlihat sendu.
"kamu sangat payah dalam urusan berbohong." katanya dalam hati.
"segera bersiap-siap, 20 menit lagi kita berangkat." ucap Aura sambil menepuk pelan pundak kanan ponakannya. Daren mengangguk tanda mengiyakan perintah dari tantenya itu.
Kini mereka telah sampai di tempat yang di tuju, kediaman keluarga Desquita.
Daren menoleh ke arah tantenya yang terlihat gelisah. Di tepuklah punggung tangan tantenya sambil memberikan senyuman manisnya.
"Semua akan baik-baik saja." ucapnya menyakinkan.
"Dafi, Daren, ayo!" panggil Aura yang sudah terlebih dulu turun dari mobil bersama Maminya.
Pria bernama Dafi atau lebih tepatnya Dafi Putra Pratama Alexander itu menoleh ke arah tantenya yang usianya hanya terpaut dua tahun saja dengannya, lalu mengangguk dan melepaskan sabuk pengamannya serta turun dari mobil mengikuti Aura dan Maminya.
Setelah Dafi kakaknya turun, Daren menatap rumah besar itu sambil menghela napas panjang dan sedetik kemudian mulai melepaskan sabuk pengamannya dan ikut turun menyusul keluarganya.
Maminya sedang memegang erat tangan Dafi sedangkan Aura sedang menatap kagum rumah besar bergaya Eropa modern itu.
"Ketuk pintunya, Aura." perintah kakaknya pada Aura.
Setelah pintu besar dan mewah itu di ketuk, tidak perlu waktu lama untuk menunggu pemilik rumah keluar. Mereka langsung di sambut hangat keluarga Desquita.
Maminya, Aura dan Dafi sudah masuk bersama pemilik rumah besar dan megah itu, sedangkan pria itu masih saja berdiri mematung menatap pintu utama yang masih terbuka lebar.
Aura kembali lagi ketika melihat keponakannya itu malah berdiri mematung di luar sana.
"Hei! kenapa melamun?" tanya Aura menyadarkan Daren dari pikirannya yang berkelana.
Daren mengerjapkan matanya beberapa kali dan lagi-lagi hanya memberikan senyuman sambil menarik tangan tantenya untuk masuk ke dalam.
"tunggu." Aura menahannya dan menarik Daren agar dia bisa melihat kejujuran di mata keponakannya itu.
"apa ada yang tante tidak tahu?" tanya Aura kembali, meski dia sangat yakin keponakannya akan kembali berbohong seperti biasanya.
Dan ya, tepat apa yang dipikirkan Aura keponakannya kembali mengatakan tidak ada masalah apa-apa, tapi tetap saja meski begitu matanya tidak dapat berbohong.
Wanita itu hanya tersenyum tipis sambil merapikan jas keponakannya dan juga rambut yang sebenarnya sudah rapi itu. Daren sedikit mendengkus saat tantenya memperlakukannya seperti anak kecil padahal usianya kini sudah menginjak 22 tahun.
"tante, berhenti melakukan itu." protes Daren sambil mengerucutkan bibir membuat Aura semakin ingin mencubit kedua pipinya karena gemas.
walaupun orang lain menilai Daren pria dewasa pekerja keras, dingin dan tegas, tetapi dalam kacamata Aura dia tetaplah keponakan yang menggemaskan. Sikap Daren ketika bersama dengan orang lain berbeda saat bersamanya.
Saat bersamanya sifatnya hangat dan menyenangkan atau bisa dikatakan sedikit manja. Hanya saja beban yang keponakannya pikul selama ini yang membuatnya terlihat berbeda.
Aura ingin sekali membantunya, tapi bagaimana lagi dia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Aura hanya bisa mendoakan agar keponakannya selalu bahagia.
"kalian dari mana saja?" tanya Zora berbisik.
"maaf, Mi." ucap Daren menundukkan kepalanya.
Zora hanya melirik putra bungsunya itu sekilas lalu kembali menatap dua orang dewasa di depannya untuk mengutarakan maksud tujuan kedatangan mereka ke kediaman keluarga Desquita.
Wanita bernama Paquita itu tersenyum saat mengetahui maksud kedatangan keluarga Alexander adalah untuk melamar putri satu-satunya mereka. Namun, senyuman itu memudar bersamaan ketika Zora mengatakan bahwa dia akan melamar putri mereka untuk putra pertamanya bukan si bungsu.
Sebenarnya tidak masalah siapapun yang akan menjadi calon suami putrinya, hanya saja mereka sedikit terkejut mengingat sang putri lebih dekat dengan Daren di banding dengan Dafi.
"bagaimana Linsay, apa kamu menerimanya?" tanya Paquita pada putrinya dengan lembut. Bagaimanapun keputusan tetap ada pada wanita itu. Wanita bernama Linsay Nuridayanti Desquita itu hanya menganggukkan kepalanya pelan lalu kembali menatap ke bawah.
Semua orang yang berada di sana tersenyum bahagia, terlebih Dafi. Daren dapat melihat dengan jelas raut kebahagiaan yang terpancar di wajah kakaknya.
"Selamat, Kak." ucap Daren berbisik sambil memberikan senyuman tulusnya.
"terima kasih, Linsay. Secepatnya kita akan membicarakan tanggal pernikahan Linsay dan Dafi. bagaimana Mba Paquita dan Mas Robert setuju, kan?" tanya Zora.
"Ya, kami setuju, Mbak. Lebih cepat, lebih baik." jawab Paquita di ikuti anggukan dari suaminya.
Setelah lamaran di terima, keluarga Alexander kembali ke kediamannya. Bahkan si bungsu sudah siap dengan tas kantornya. Aura hanya bisa Menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Daren yang sudah siap berangkat kerja.
"Bisakah sehari saja tidak bekerja?" tanya Aura. Bukan apa-apa dia hanya peduli pada kesehatan keponakannya.
Baru tadi pagi keponakannya itu pulang dari Inggris untuk menandatangani kontrak dengan perusahaan yang ingin bekerjasama dengan perusahaannya. apa dia tidak merasa lelah? sesehat apapun tubuh manusia, tetap saja ada batasnya bukan?
"masih banyak berkas yang harus di periksa dan di tanda tangani." balas Daren tanpa menatap tantenya karena kedua mata dan jarinya fokus dengan ponsel yang dari tadi terus berbunyi.
"CEO super sibuk." cibir Aura mengerucutkan bibirnya.
"aku berangkat." pamit Daren tanpa mempedulikan protes dari tantenya. langkahnya begitu tergesa-gesa seperti ada sesuatu yang terjadi di kantor.
Aura hanya menatap punggung keponakannya yang semakin jauh. Dia hanya bisa menghela napasnya saat melihat keponakannya itu bekerja tanpa mengenal lelah. Bahkan terkadang dia sering bertanya-tanya apa keponakannya itu benar-benar seorang manusia atau bukan?
Konyol! namun, dia benar-benar tidak mengerti. Krisna suaminya juga seorang CEO di perusahaannya, tapi dia tidak sesibuk keponakannya. Dia masih memiliki waktu bersama keluarga, pulang tidak larut malam, bahkan di akhir pekan selalu mengajaknya liburan meski
hanya berjalan-jalan di taman atau sekedar melakukan olahraga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Dhennie_tary73
ketemu lagi author Dewi...selalu semangat untuk menunjukan karya"mu😍💪
2022-11-23
2
Authophille09
holla kak Dewi🧏 neng cala mampir bawain paket lengkap nih, kuy kenalan sama neng cal dkk di "Cinta karena Perjodohan"
2022-11-22
1
Dewi_risman25
kepoin terus ya, jangan sampai terlewati bab baru yang selalu update setiap hari 😉🥰
2022-11-22
1