Berantem

Ceritanya, dulu, Langit membeli "lapis legit" itu saat sedang berjalan-jalan dengan teman teman, termasuk Bulan.

Bulan yang memilihkan celana renang corak aneh itu, dan teman temannya dengan kompak mengiyakan. Mereka sengaja mengerjai Langit. Untuk memilih celana renang yang norak dan motif aneh, dengan harga yang relatif mahal.

Saat itu mereka memasang muka serius dan penuh perhatian, membuat Langit yakin untuk membelinya.

"Iya, kalian benar-benar teman yang menyesatkan waktu itu!" Sungut Langit, saat mengingat kejadian waktu itu.

"Ye... Salah sendiri gampang terpengaruh!" Balas Bulan, sambil celingukan menajamkan pandangannya, siapa tahu menemukan si lapis legit itu.

"Lan, minta alamat lengkap rumahmu ini dong! Aku mau suruh Mama mengirim surat kelengkapan administrasi untuk personalia." Ucap Langit sambil menyodorkan selembar kertas dan bolpoin pada Bulan.

"Orang tuamu tau kamu tinggal di rumahku? Lalu Rani? Apakah dia sudah tau kamu tinggal di sini?" Tanya Bulan langsung pada intinya.

Rani adalah kekasih Langit.

"Aduh, jangan sampai tau deh! Ibarat nyamuk minta disemprot pake Baygon. Itu sama saja mencari mati! Aku Bilang padanya pindah ke rumah temanku. Titik!" Jawab Langit sambil membalikkan tubuhnya ke arah Bulan.

"Lalu Mario gimana?" Langit tanya balik.

"Sejauh ini Mario baik baik saja. Dia tak masalah. Jadi, santai saja." Jawab Bulan berbohong.

"Selama di sini, biar aku yang bersih bersih rumah ya, kamu ga usah bayar orang lagi." Ucap Langit.

"Astaga, Langit. Apaan sih, ga usah kali." Tolak Bulan.

"Ga apa apa Lan. Aku rela kok. Hitung hitung setengahnya dibayar dengan jasa." Jawab Langit dengan sungguh-sungguh.

"Iya, aku tahu niat baikmu. Tapi, kasihan Mbak tukang bersih-bersih, nanti penghasilannya bakal berkurang, cuma cuci baju, setrika, dan masak doang. Lagian, masa teman sendiri disuruh bersih bersih rumah." Bulan menolak kembali permintaan Langit.

"Lan, jangan sampai terlintas di pikiranmu, bahwa aku hanya ingin memanfaatkan kamu saja." Ucap Langit dengan bersungguh-sungguh sambil menatap Bulan.

"Santai saja, Bro. Aku tahu resiko berteman dengan orang susah seperti yang satu ini..." Sahut Bulan sambil terkekeh. Langit menanggapi dengan mencibir Bulan.

Mereka melanjutkan mengobrol hingga pukul dua pagi.

Ternyata punya teman satu rumah seperti ini, ada serunya juga, pikir Bulan.

Tapi, pikiran itu berubah kembali, begitu Bulan terbangun pada pukul enam pagi. Menikmati enaknya menggeliatkan badan di sofa dengan kaos tipis dan celana pendek berenda.

Lalu mengundang Mario untuk datang. Pada akhir pekan seperti ini. Bulan ingin menikmati hari liburnya di rumah saja. Malas rasanya jika harus keluar rumah hanya untuk bertemu dengan kekasih.

Tapi.. pakaiannya ga bisa seperti ini lagi.

Bulan menguap, lalu memaksa dirinya untuk berjalan ke kamar mandi, meskipun matanya masih terasa lengket dan kepalanya masih terasa berat. Ia takut Mario keburu datang.

Ekor matanya menangkap sesuatu di meja makan yang terletak di dapur. Ia bergegas mendekati.

Isinya nasi goreng dengan omelette di atasnya.

Bulan menoleh pada catatan pesan yang tertempel di pintu kulkas. Kebiasaan dari rumah orang tua yang dibawanya.

'Nasi gorengnya dihabiskan ya! Semoga kamu suka. Sampai jumpa nanti'

Bulan tersenyum membaca catatan yang ditulis oleh Langit, sambil menikmati nasi goreng buatan Langit.

"Jam berapa dia bangun? Sempat sempatnya membuat nasi goreng dan omelette untuk sarapan." Bulan bermonolog bertanya pada dirinya sendiri.

Satu jam kemudian terdengar suara deru mobil berhenti di depan rumah.

"Sayang, aku bawa nasi goreng nih! Aku sendiri loh yang masak, spesial buat kamu. Yang tubuhnya sedang tidak fit." Seru Mario sambil mengacungkan kedua tangannya, yang kanan memegang kotak makan berisi nasi goreng lengkap dengan telur dadarnya, dan tangan kirinya membawa plastik berisi jeruk Medan.

Bulan tertegun sejenak. Ada apa dengan para lelaki hari ini? Apakah ada himbauan memasak menu nasi goreng dengan toping telur dadar pagi ini?

"Terima kasih, sayang. Aku makan nanti ya. Masih kenyang, barusan makan nasi goreng juga." Bulan mengambil kotak makan dan bungkusan dari tangan Mario.

"Beli apa buat?" Tanya Mario mengerutkan keningnya.

"Tadi Langit yang membuatkannya untukku." Jawab Bulan sambil tersenyum manis.

"Oh... Langit ya.." Balas Mario sambil manyun. Ia kecewa karena keduluan dengan lelaki teman satu rumah kekasihnya itu.

Lalu kini, sang kekasih jadi tidak antusias lagi menikmati nasi goreng buatannya.

Bulan meletakkan kotak makan di meja makan, lalu kembali lagi mendekati Mario.

"Sayang, kita nonton Netflix aja yuk, kamu yang pilih filmnya." Rayu Bulan sambil duduk di sofa.

Namun, Mario seolah tak menggubrisnya.

"Buatan Langit kamu makan sampai habis, lalu punyaku sama sekali ga kamu sentuh!" Mario masih memprotes urusan nasi goreng.

"Mana aku tau kamu bakal bawain aku nasi goreng, cintaku. Nanti pasti aku makan kok, beneran!" Ucap Bulan bersungguh sungguh.

Mario mendengus kesal sambil menghempaskan tubuhnya di samping Bulan, sambil menyulut sebatang rokok.

"Duh, lelaki ini sedang ngambek!" Batin Bulan.

Ia merapatkan tubuhnya pada Mario, lalu berbisik.

"Nanti kita makan berdua ya, sayang." Rayu Bulan sambil mencium bibir Mario. Selanjutnya Mario akhirnya luluh, dan melupakan ngambeknya pada Bulan.

****

Siang itu Langit kembali ke rumah Bulan.

Betapa terkejutnya ia menyaksikan pemandangan yang ia saksikan di ruang tengah.

Bulan dan Mario dalam posisi tiduran bersempit ria pada sofa, sambil menyaksikan film di televisi. Bulan dengan posisi dalam pelukan Mario, sambil menghisap rokok bergantian. Lalu satu tangan Mario berada di atas dada Bulan.

Sontak melihat pemandangan tersebut membuat Langit berhenti, diam di tempat, bukannya langsung masuk ke kamarnya.

"Oh, hai! Kamu sudah pulang ya!" Bulan langsung menyingkirkan tangan Mario dari tubuhnya, dan mencari posisi yang aman untuk dilihat orang lain.

"Iya, nanti malam ada janji sama Rani. Jadi ini pulang mau mandi dulu sana ganti baju." Jawab Langit.

"Hai Mario!" Sapa Langit sambil membuka tangannya ke atas.

Langit tersenyum geli melihat Bulan yang terlihat salah tingkah.

"Hai." Jawab Mario singkat, dan tak bergerak sedikitpun dari posisinya.

"Sini saja Lan, ngapain pake acara bangun segala."

Pipi Bulan merah merona, Langit menahan senyum dan segera permisi.

Bulan lantas terduduk di sofa, pandangannya kembali ke layar televisi mengikuti acara film yang diputar.

"Kenapa sih, pake acara jaim segala? Menyebalkan!" Gerutu Mario sambil menatap Bukan dengan kesal.

Bulan menatap Mario dengan tatapan tajam tak kalah kesalnya.

"Kamu kan tahu, aku nggak bisa bermesraan di depan orang lain!" Ucapnya dengan nada sedikit tinggi.

"Dia kan cuma lewat!" Balas Mario.

"Lagian yang punya rumah siapa, yang salah tingkah siapa!" Sambung Mario dengan ketus.

Bulan mendengus kesal. Suasana damai dan tenteram mulai terusik lagi.

Kini, kalo menyangkut Langit, apa apa diributkan.

"Capek..!" Gerutu Bulan, sambil menghela napas panjang.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

GAYA PACARAN GAK SEHAT NI BULAN & MARIO, KASIAN BANGET AYAH,, SDR LKI2 ADIK ATAU ABANG BULAN, SETENGAH KAKI MREKA TELAH DICELUPK BULAN KE NERAKA, KRN ANAK GADIS MREKA BRPACARAN, CIUM2AN, PELUK2AN, SALING REMAS SALING BELAI.. 22AN LAGI..

2023-08-10

0

dee Irma

dee Irma

terima kasih sudah mampir kak 🙏

2022-12-08

0

Friasta

Friasta

Mulai, deh ... biang-biang problematika hidup 😅🥲

2022-12-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!