Teman satu atap

"Aku adalah lelaki yang setia, dan aku telah memiliki kekasih." Ucap Langit membalas setiap peringatan dari temannya.

"Bro, ingat, kamu harus membuka setiap kemungkinan yang akan terjadi pada kalian berdua. Saat hubungan kalian semakin akrab, saling mendukung satu sama lain, saling curhat, bersenda gurau bersama. Lalu dia mengenakan hot pant, tank top, duduk malas di sofa, kaki selonjoran, kedua tangannya diangkat ditekuk di belakang kepalanya. Kemudian dia mengantuk, memejamkan mata, pakaian tersingkap, bahas tubuh relaks, dan tak ada siapa siap di sana, selain kalian berdua. Kekasihmu sedang menjengkelkan, dan kekasihnya sedang entah ada di mana." Ucap Bimo sambil merangkul pundak Langit.

"Bisa kuatasi!" Jawab Langit sambil menaikkan bahunya.

Bimo dan Bagas bersiul dan menyeringai lebar, seringai khas lelaki.

"Bro, kita sedang membicarakan Bulan.. Ya, Bulan..!" Tukas Bagas.

Langit dan teman temannya merupakan satu lingkaran pertemanan yang luas, bahkan mereka saling mengenal Bulan.

Bukannya kekasih atau teman perempuan mereka ga secantik Bulan. Namun, Bulan mempunyai daya pikat tersendiri.

Bulan merupakan teman yang mudah bergaul, ramah, dan ringan tangan. Bulan juga nyambung dengan obrolan para lelaki itu. Jika ada yang memerlukan bantuan, Bulan dengan sukarela membantu tanpa pamrih. Dan tentu saja, penampilan Bulan yang bisa dibilang cantik.

"Kalian terlalu mendramatisir keadaan!" Dengus Langit pada temannya.

***

Sementara itu di rumah Bulan, ia sedang merapikan rumahnya, dibantu oleh sahabatnya, Maura.

"Apa? Langit? Sudah gila apa kamu, Lan? Dia kan cowok!" Pekik Maura saat Bulan menceritakan bahwa Langit akan tinggal sementara di rumahnya.

"Oh, ya? Cowok ya? Makasih sudah memberi tahu!" Bulan melengos dengan sinis.

"Maksudku, apa ga lebih baik menerima penyewa cewek saja, untuk menghindari tanggapan yang miring atau hal hal yang tak diinginkan. Dan terlebih supaya pacarmu gak mencak mencak!" Maura menasihati Bulan.

Bulan menghempaskan tubuhnya ke sofa, wajahnya cemberut. Dia pun berpikiran yang sama dengan sahabatnya itu. Terlebih menghadapi Mario yang pasti akan sangat marah padanya, jika mengetahui, Langit yang menyewa kamar di rumahnya.

Tak hanya Mario, keluarga besarnya pun akan bereaksi sama, bahkan lebih mengerikan lagi. Tapi, ya sudahlah... Bulan hanya bisa pasrah.

"Langit kemarin datang tiba tiba, lengkap dengan barang barangnya, katanya cuma beberapa bulan saja. Dia gak ada duit, dan hanya padaku dia bisa memohon keringanan masalah pembayaran." Bulan menjelaskan pada Maura.

"Katanya mau cari duit yang banyak, buat stay lama keliling Eropa?" Maura mempertanyakan tujuan awal Bulan menyewakan kamar.

"Iya sih, tapi, kamu kan tau, aku orangnya ga tegaan..!" Bulan pasrah.

"Lalu, Mario sudah tau?" Tanya Maura, Bulan menggeleng lemah.

****

Kamu pulang jam berapa? Aku jemput ya!

Bulan tersenyum membaca whatsapp dari Mario. Kekasihnya sudah gak ngambek lagi. Ini hari ke tiga setelah Mario ngambek padanya.

Bulan cerita ke Mario, jika Langit menyewa kamar di rumahnya. Hanya dua bulan saja, kata Bulan pada Mario.

Mario telah mengetahui Langit. Bulan pernah mengenalkannya pada Mario.

Mario sangat kesal sangat Bulan menceritakan hal tersebut. Bayangkan kekasihnya tinggal satu atap dengan lelaki lain!

Maka, Bulan mengeluarkan jurus beralasan yang logis.

"Dia baru sebulan bekerja, belum ada simpanan untuk pengeluaran tak terduga. Poin yang pertama.

Tidak perlu cemburu, karena dia telah memiliki kekasih. Bahkan mereka telah lebih lama dari kita. Poin yang kedua.

Dia menganut monogami, begitu juga aku. Poin ketiga.

Dan kamu kekasihku, aku mencintaimu. Poin keempat." Ucap Bulan. Poin keempat lumayan menyentuh, membuat Mario melunak.

"Ya, ini kan rumahku, aku bebas mau ngapain saja!" Ucap Bulan dalam hati.

Jujur, reaksi Mario bukan faktor pemberat bagi Bulan mengenai hidup berbagi atas dengan seseorang atau siapa saja. Bukan hanya dengan Langit.

Sejak tahun kedua semasa kuliah, Bulan telah memutuskan untuk keluar dari rumah dan tinggal sendiri, meski pun keluargnya masih satu kota dengannya.

Eyang membelikannya sebuah rumah. Tidak bisa dibilang gratis ya. Karena dia harus meneruskan memegang usaha Area olahraga dan bermain, hingga saat ini ada sebuah kafe di sana. Usaha yang didirikan oleh Eyangnya, dan Bulan harus membantu meneruskan mengelola sebagai imbalannya.

Dulu usaha Kakek kurang menghasilkan, belum terlalu menghasilkan keuntungan yang besar. Papanya Bulan dan Omnya tidak ada yang mau meneruskan usaha itu.

Cucu yang sudah cukup umur adalah Bulan dan Raka. Raka, kakaknya Bulan memilih menjadi pialang saham. Jadilah Bulan yang memegang mandat untuk meneruskan usaha di sana.

Sejak saat itu, Bulan menikmati yang namanya tinggal sendiri, yang dapat diartikan kebebasan privasi yang seluas-luasnya.

Memang para teman, sanak saudara, dan kekasih sering berkunjung, tapi pada akhirnya mereka pulang. Dan Bulan kembali memperoleh waktu pribadinya.

Sekarang, geraknya jadi tidak bebas. Dia tidak bisa semau maunya lagi.

Bulan tidak bisa berkeliaran dengan hanya memakai pakaian dalam sambil bernyanyi tanpa peduli kunci nada, vibrasi, pitch control, dan menari nari, berjingkrak semaunya seperti monyet dari sudut ruangan ke ruangan yang lain. Atau kentut dengan sembarang semaunya.

Terlebih ia tidak bisa lagi bermanja-manja dengan Mario, berpelukan di sofa depan televisi. Ruang gerak jadi sangat terbatas.

Bermanja-manja di rumah Mario, nggak mungkin, karena dia tinggal bersama orang tua dan saudaranya.

"Oke, fine! Aku bisa tetap melakukan semuanya, karena ini adalah rumahku, tapi... Aku harus jaga image ku di depan Langit!" Gumam Bulan.

Sebagai penghiburan diri, berkali kali ia berkomat kamit dalam hati, menyakinkan diri, bahwa semua ini hanya berlangsung selama beberapa bulan saja, tidak lebih!

Selanjutnya, jika penyewanya perempuan, Bulan dapat bertingkat lebih longgar, meskipun untuk adegan bermesraan dengan Mario tetap harus disensor.

Jadilah, Bulan lebih memilih pulang malam. Menghabiskan waktunya di kantor, atau jalan jalan bersama Mario atau dengan teman yang lain. Kecuali saat dirinya sedang sangat lelah dan butuh istirahat.

"Duh, aku kan yang punya rumah, mengapa aku malah yang menghindar dan sengsara?!" Maki Bulan pada dirinya sendiri.

***

Sesampainya di rumah, Bulan tidak langsung masuk ke kamar seperti malam malam sebelumnya. Saat itu sekitar pukul sepuluh lebih, namun, ia belum merasa mengantuk.

Iseng iseng dia melongok ke kamar Langit.

"Tumben jam segini, pintu kamarnya masih kebuka?" Gumam Bulan. Ia mendekati dan menghampiri dan melongok kepala di ambang pintu kamar.

Ada dua plastik besar, entah apa isinya tergeletak di lantai.

"Hai, tumben belum tidur?" Sapa Bulan.

Langit yang tadinya sedang berjongkok membelakangi pintu menoleh.

"Iya, lagi cari celana renang." Jawabnya.

"Besok mau renang?"

"He eh, sama anak anak." Jawabnya sambil meneruskan pencarian celana renangnya.

Bulan menyimpulkan dua tas plastik besar itu pastilah untuk anak anak di sekolah gratis yang diajar oleh Langit.

Mereka adalah anak anak tidak mampu yang menjadi murid Langit dan beberapa teman relawannya.

Langit dan beberapa temannya, baik yang sesama pengajar atau bukan, mengajar anak anak di pemukiman kumuh yang tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah. Mereka belajar dari sore hingga malam.

Biasanya tiap kelompok anak dipegang dua orang, masing masing tiga kali seminggu.

Karena sudah lama dilakukan, jaringan relawan makin tersebar dan di beberapa titik daerah. Seiring dengan bertambahnya relawan dan donatur.

"Perlu bantuan kah?" Bulan beranjak masuk, duduk berselonjor.

"Halah, ga usah. Terima kasih atas basa basinya." Sahut Langit.

"Daripada kamu begadang cuma gara gara celana renang! Lagian aku tau kok celana renangmu itu. Yang garis garis vertikal kuning biru, kayak lapis legit." Balas Bulan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!