Badan Andara terasa pegal saat bangun tidur, sampai ia selesai mandi pun rasanya tetap sama. Mungkin karena semalam tidurnya tak cukup. Sekitar area mata nya pun sedikit menghitam. Melihat keadaan Andara demikian, Malvino jadi khawatir. Apalagi Malvino termasuk orang yang percaya adanya hal-hal berbau mistis, mengingat dirinya berasal dari pedesaan yang masih kental dengan hal semacam itu. Hingga ia langsung percaya saat Andara mengatakan jika istrinya itu melihat sosok makhluk halus anak kecil.
Sebelum berangkat kerja, ia menelpon seseorang yang bernama Deon. Deon adalah teman satu kantor dengan nya yang di percaya memiliki indera ke enam alias indigo.
" Kayaknya kemaren pas pulang ada yang ngikut sama kami, gak tau dari jalan atau dari mana, soalnya Andara di ganggu sama sosok itu. " Malvino tengah berbicara dengan Deon lewat sambungan telepon seusai ia sarapan.
Andara yang masih sarapan nampak memperhatikan pembicaraan suaminya dengan Deon.
Sementara Sandrina yang juga bersama mereka kini menatap tajam Malvino, tanpa di sadari oleh Malvino dan Andara.
" Hallo, Deon ? " Malvino menautkan kedua alis nya saat tiba-tiba sambungan telepon nya terputus-putus seperti gangguan signal atau hal lain.
" Kenapa Pap? Apa yang Deon bilang? " tanya Andara penasaran.
" Gak tau nih tiba-tiba aja menghubungkan, padahal signal wifi kuat, " jawab Malvino mencoba mengecek signal ponselnya dengan scroll beberapa aplikasi internet.
Tanpa mereka berdua sadari, Sandrina menyeringai melihat mereka.
" Mungkin signal Deon yang jelek ! " kata Andara.
" Bisa jadi. Yaudah nanti pas ketemu dia di kantor aku bicarakan lagi. " Malvino meneguk segelas kopi tanpa ampas yang di sediakan Darmi lalu bangkit dari duduk nya bersiap untuk berangkat ke kantor.
" Ya, nanti kabari aku kalau dapat informasi apapun darinya, " ucap Andara.
" Tentu saja. Aku berangkat duluan ya Mam. " Malvino mengecup kening istrinya setelah Andara mencium punggung tangan nya.
" Iya Pap, hati-hati. " Andara melirik jam tangan, lima menit lagi dia pun akan berangkat. Tentu setelah Sandrina selesai makan.
" Papi berangkat ya sayang, " ucap Malvino mencium pipi Sandrina.
Sandrina hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Dan Malvino pun berlalu dari hadapan mereka.
" Mami juga bentar lagi berangkat. Habisin dulu sarapan nya ya ! " ucap Andara.
" Non Sandrina belum masuk sekolah? " tanya Mbok Darmi sambil membereskan piring bekas makan Malvino dan Andara.
" Senin depan dia masuk, empat hari lagi. Oya Mbok titip Sandrina ya selama aku kerja. Suruh dia tidur siang dan jangan biarkan main keluar. " Andara pun berdiri bersiap untuk berangkat kerja setelah melihat piring Sandrina kosong.
" Baik Bu, " ucap Mbok Darmi.
" Sandrina, Mami pergi dulu. Baik-baik sama Mbok Darmi ya, jangan nakal dan turuti apa kata Mbok Darmi. Nanti Mami telepon kamu pas jam makan siang, " ucap Andara yang kemudian mencium pucuk kepala putrinya.
" Iya Mam, " ucap Sandrina yang kini merasa agak pusing kepalanya tapi ia tak mau mengeluh di depan Andara dengan apa yang di rasakan nya. Apalagi hari ini hari pertama Mami nya masuk kerja lagi, Sandrina tak mau sampai mengganggu jam kerja orang tua nya. Lagipula sakit kepalanya hanya sedikit saja.
Setelah Andara pergi, Sandrina memutuskan untuk menonton televisi sambil merebahkan tubuhnya di sofa ruangan televisi. Sakit di kepalanya lambat laun akan hilang menurutnya setelah ia beristirahat sejenak sambil bersantai di ruangan itu. Kebetulan acara kartun kesukaan Sandrina yang tayang. Sesekali ia tertawa melihat aksi kartun-kartun yang lucu itu.
Mbok Darmi yang sibuk mencuci piring dan beres-beres pun acap kali memastikan Sandrina anteng. Dari dapur ia melongok ke ruang televisi melihat Sandrina yang masih kelihatan seru dan betah menonton acara TV.
Hingga Mbok Darmi pun memutuskan untuk mencuci pakaian sebentar ke belakang. Dia yakin Sandrina gak akan kemana-mana, apalagi acara televisi yang menayangkan kartun itu full time. Jadi pasti Sandrina akan berlama-lama duduk di sofa sambil menonton. Dan Mbok Darmi bisa menyelesaikan satu persatu pekerjaannya.
Saat Mbok Darmi di belakang sibuk mencuci pakaian, tiba-tiba ada suara ketukan pintu namun tak sampai terdengar oleh nya. Kebetulan bel rumah terkadang macet dan tak berbunyi saat di tekan hingga orang yang bertamu pun memutuskan untuk mengetuk pintu saja.
" Mbok !! Ada tamu di luar !! " teriak Sandrina namun tak sampai terdengar oleh Mbok Darmi. Suara air dan pengering mesin cuci membuatnya tak mendengar teriakan Sandrina apalagi ketukan pintu.
Akhirnya Sandrina pun beranjak dari sofa berjalan menuju pintu yang terus di ketuk.
Ceklek !
Seorang pria tersenyum lebar saat melihat Sandrina membuka pintu untuk nya.
Anwar. Dia yang saat ini datang ke rumah dengan membawa kue di tangan. Anwar bermaksud memberikan kue itu untuk Andara. Melihat Sandrina, ia yakin jika gadis kecil itu adalah anak Andara. Tak ada Andara, gadis kecil itu pun bisa ia jadikan untuk mencuri hati Andara.
" Hallo gadis cantik, siapa nama mu? " sapa Anwar masih tersenyum lebar.
" Aku Sandrina. Om siapa? " tanya Sandrina.
" Saya Om Anwar tetangga baru kamu. Mana orang tua mu? "
" Mami dan Papi kerja Om. Kalau mau bertemu mereka nanti sore Om datang lagi kesini. "
" Oh kerja ya ! Kalau gitu kue ini buat kamu saja. Anggap ini adalah tanda perkenalan Om sama kamu sebagai tetangga baru. Oh ya jangan lupa bilang sama mami kamu kalau Om datang dan bawa kue ini, " ucap Anwar dengan menyodorkan kue di tangan nya.
" Baik Om, makasih kue nya. " Sandrina menerima kue tersebut.
" Sama-sama. Om pulang dulu ya, sampai ketemu lagi Sandrina,, " ucap Anwar seraya melambaikan tangan dan pergi dari hadapan Sandrina.
Sulit menutup pintu, Sandrina pun menyimpan dulu kue yang di berikan Anwar di atas meja ruang utama. Tapi saat ia kembali ada sosok anak kecil seumuran nya berdiri tepat di ambang pintu.
" Kamu anak Om Anwar? " tebak Sandrina.
Anak kecil itu mengangguk pelan.
" Ayah mu barusan sudah pulang. Oh ya siapa nama mu? "
" Kaliya, " jawab nya lirih.
Rasanya Sandrina pernah mendengar nama itu, tapi ia lupa kapan. Melihat ada teman sebaya di hadapannya tentu Sandrina senang. Dia bisa bermain bersama Kaliya dan tak akan kesepian lagi. Hingga Sandrina pun mengajaknya masuk ke dalam untuk bermain bersama nya.
Sandrina mengajaknya duduk di sofa, menonton televisi bersama. Sandrina lebih mendominasi percakapan ketimbang Kaliya yang lebih banyak diam, hanya sesekali tersenyum saat Sandrina bercerita, mengangguk dan menggelengkan kepala saat Sandrina mengajukan beberapa pertanyaan pada nya.
Mbok Darmi baru saja selesai mencuci dan menjemur pakaian. Dia melihat Sandrina terlihat makin betah di depan layar televisi tapi kali ini Sandrina tak sendirian, ada beberapa boneka di samping nya termasuk boneka baru Sandrina namun tanpa di sadari Mbok Darmi.
Mbok Darmi pikir Sandrina berceloteh dengan boneka-boneka itu, seperti layaknya anak-anak lain yang sedang bermain dengan boneka mereka. Seolah olah boneka mereka mampu mengerti dan berkomunikasi dengan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2022-12-09
2
Ganuwa Gunawan
awas Sabrina kue nya kya nya. d kasih jampe jampe..biar pda kesemsem m s Anwar
2022-11-26
2
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
hhh... kirain mbok Darmi ngeliat hantu nya.. ga tau nya ngeliat Sandrina main boneka 😅😅
2022-11-26
5