" Pap, barusan aku ketemu sama tetangga baru kita. Nama nya Anwar. " Andara duduk di samping suaminya.
" Bagus dong kalau kamu udah kenal tetangga baru kita. " Malvino melirik sekilas pada istrinya kemudian kembali sibuk dengan laptopnya.
" Tapi kok aku ngerasa orang itu kurang sopan ya. " Andara masih kesal mengingat tatapan nakal Anwar terhadapnya.
" Maksud Mami? " Malvino menutup layar laptop, menoleh ke arah istrinya dengan tatapan heran.
" Tadi dia lihat Mami kayak gitu, gak enak banget pokoknya, cara dia natap mami terkesan nakal, " jujur Andara.
" He,,he,," Malvino terkekeh.
Mata Andara membulat melihat reaksi Malvino yang malah menertawakan nya padahal saat ini Andara sedang sebal.
" Loh Papi kok malah ketawa sih? " Andara mencubit sedikit paha suami nya hingga Malvino meringis.
" Abisnya mami tuh ge-er banget. Eh nggak becanda kok ! Mungkin dia kagum lihat bidadari nya Papi, " ucap Malvino.
" Jadi Papi suka gitu kalau ada orang yang curi-curi pandang sama Mami? Papi gak cemburu? " Andara melipat kedua tangan sambil cemberut.
" Bukan gitu Mam. Papi cuma merasa beruntung saja memiliki Mami, sementara di luar sana pasti banyak pria yang terpesona dengan kecantikan mu. Papi gak bakal cemburu selama hati Mami cuma buat Papi, " ucap Malvino dengan menatap lembut istrinya.
" Udah ah, nyesel ngomong sama kamu. Orang lagi sebel malah di gombalin. " Andara pun beranjak pergi meninggalkan Malvino di taman belakang.
" Loh kok malah marah sih? Mam, Papi bicara serius gak gombalin kamu ! " kata Malvino sedikit berteriak, kemudian dia geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya itu.
" Perempuan emang suka aneh, orang lagi bicara jujur di bilang gombal ! " gumam Malvino dengan tawa kecil di bibirnya.
***
Malam hari nya Andara membacakan dongeng untuk Sandrina, mengantarkan putri kecil nya itu ke alam mimpi.
" Saat Sang putri bertemu dengan sang pangeran,,, " Andara menghentikan kalimatnya saat melihat Sandrina sudah terlelap.
" Hoam ! " Andara menutup mulut, rasa kantuk tak tertahankan setelah ia membacakan dongeng untuk Sandrina.
Biasanya setelah menidurkan Sandrina, Andara kembali ke kamar. Tapi kali ini mata nya begitu berat, dan tubuh nya terasa enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Hingga Andara pun ketiduran di samping Sandrina.
Jam menunjukan pukul 23.54. Andara masih terlelap dengan tangan masih memegang buku cerita yang sempat ia baca.
Dalam tidurnya ia bermimpi. Ada seorang anak kecil dengan darah mengucur deras di bagian perutnya. Entah siapa anak itu, Andara tak pernah melihat apalagi mengenalnya. Anak berwajah pucat pasi itu terlihat seumuran Sandrina.
Dalam mimpi Andara, anak berwajah pucat dan berlumuran darah itu menangis lirih. Seakan ia tengah meratapi nasibnya. Tangisannya pilu dan menyayat hati, namun suaranya terdengar menyeramkan di telinga Andara.
Hingga Andara pun segera membuka mata. Napas Andara tak beraturan terlebih saat dia bangun, rungu nya mendengar suara tangisan itu lagi. Tentu saja kali ini bukan di alam mimpi, tapi kenyataan.
Posisi tidur Andara saat ini menyamping, membelakangi rak boneka. Dan suara tangisan itu terdengar jelas di belakang nya. Tangisan pilu dan sedikit merintih. Mata Andara terbuka lebar-lebar, memasang telinga nya baik-baik meyakinkan apa yang tertangkap oleh indera pendengarannya. Merasa cukup yakin jika yang di dengarnya itu nyata, akhirnya Andara memberanikan diri untuk menoleh ke belakang secara pelan-pelan.
Tapi tak ada siapapun di belakang nya bahkan suara tangis itupun seketika lenyap tak terdengar lagi.
Hembusan angin malam seakan menerobos masuk ke sela-sela jendela, membuat tirai berwarna putih itu bergerak kesana kemari.
Andara pun bangkit dari ranjang, mengenakan alas kaki lalu ia berjalan ke arah jendela yang kaca nya tampak bergetar terkena angin. Di rapikan nya tirai yang berantakan akibat tiupan angin, kemudian ia berbalik hendak pergi ke kamarnya. Tapi entah kenapa perasaannya seakan mengatakan jika ada sesuatu di belakang nya. Sesuatu yang bersembunyi di balik tirai yang baru ia rapikan tadi.
Andara memutar tubuh, memperhatikan tirai yang kini diam tak lagi tertiup angin. Namun kembali ia di kejutkan oleh telapak kaki berwarna putih pucat dan kaku berada di balik tirai yang tinggi nya tak sampai menutupi lantai.
Andara menutup mulut dengan kedua telapak tangan, tak percaya dengan apa yang di lihat nya saat ini. Ada anak kecil bersembunyi di balik tirai tersebut, bahkan dengan jelas bayangan anak itu di balik tirai berwarna putih. Ruang kamar Sandrina saat ini hanya menggunakan lampu tidur yang redup, sorot cahaya dari luar memperjelas keberadaan anak kecil di balik tirai.
Tangan Andara gemetaran saat mencoba menyingkap tirai tersebut.
Sret !
Sosok anak kecil tadi lenyap, membuat Andara makin ketakutan dengan kejanggalan yang terus menerus di alami nya dalam waktu bersamaan.
Andara melepaskan helaian tirai, dan berjalan mundur. Dengan mata menatap ke sekeliling ruang kamar Sandrina. Tak satupun sisi ruangan yang luput dari pengawasan mata nya, termasuk langit-langit kamar tersebut.
Andara segera menggendong Sandrina, membawa Sandrina ke kamar nya. Andara merasa khawatir pada Sandrina setelah mengalami keanehan yang di alami nya. Ia yakin ada yang tak beres di kamar putrinya. Tapi apa itu? Andara sendiri belum tau. Yang pasti saat ini ia sangat ketakutan.
Mendengar suara pintu terbuka, Malvino pun bangun. Dengan mata menyipit Malvino terheran-heran melihat Andara masuk ke kamar dengan membawa Sandrina yang sedang tertidur pulas.
" Kenapa bawa Sandrina kesini, Mam? " tanya Malvino saat Andara membaringkan Sandrina di samping nya.
" Pap, barusan aku lihat hantu anak kecil. " Andara mengecilkan suaranya, dengan wajah serius dan ketakutan ia menatap manik mata Malvino.
" Hantu anak kecil? " Malvino makin heran melihat istrinya yang akhir-akhir ini sering menunjukan ekspresi tegang.
" Iya Pap. Bahkan bukan hanya kali ini aku melihatnya. Saat perjalanan pulang dari Bogor, aku lihat hantu anak kecil itu lewat kaca spion, dia duduk di samping Sandrina. Awalnya ku pikir karena aku kecapean hingga ilusi itu muncul, tapi sekarang aku melihat dengan jelas bahkan aku juga mendengar nya menangis, aku rasa itu bukan sekedar ilusi. " Andara terus menatap lekat manik mata suaminya.
" Aku takut Pap. Apa mungkin ada makhluk halus yang mengikuti kita? " lanjut Andara.
" Mungkin. Papi kurang tau hal seperti itu. Tapi, nanti Papi akan selidiki dan cari solusi kalau memang benar ada makhluk yang mengikuti kita. Sekarang lebih baik kamu istirahat, besok kita berdua masuk kerja lagi. Papi gak mau mami stres dan kurang tidur karena hal ini. Mami tenang dan gak perlu takut, ada aku di sini, " kata Malvino dengan membelai rambut istrinya dan mengusap pipi Andara yang terasa membeku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Sang
ntar pas terlihat hantunya, malah lari paling duluan, simbah @Andini Andana jajan siomay yok 😁😁😁
2022-11-26
5
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
kadang emang bingung bedain yg serius sm yg gombal.. apalagi kalau setiap pagi dengerin buaya @Sang ngegombalin emak2 yg belanja sayur 🙊🙈🙉🙉
2022-11-26
8