Bab 2

Mobil yang di kendarai Malvino mulai kembali melaju, menembus gerimis dan kegelapan.

Mata Andara terasa berat, ia menyandarkan diri di kursi mobil dan memejamkan mata barang sejenak. Rasa kantuk hinggap karena Andara keletihan menempuh perjalanan yang cukup lama, dari kota hujan menuju Ibu kota.

Sementara Malvino masih fokus menyetir, dan Sandrina tampak sedang asyik dengan bonekanya di jok belakang.

Sandrina menekan beberapa bagian tubuh boneka hingga mengeluarkan bunyi dari boneka tersebut. Suara tawa, menangis, memanggil papa atau mama. Seperti boneka sejenisnya.

" Namaku-- Kaliya,, " tiba-tiba boneka itu terdengar sedang memperkenalkan diri dengan suara pelan, lirih dan bergetar. Namun tak begitu jelas saat menyebutkan nama nya, hingga terdengar samar.

Meski Andara tengah memejamkan mata tapi telinga nya masih bisa mendengar jelas keadaan di sekitarnya. Spontan Andara membuka mata dan menoleh ke jok belakang.

Sandrina sedang duduk di sebelah boneka yang terlihat begitu menyeramkan dalam keadaan gelap tanpa adanya lampu mobil yang menyala.

" Mami dengar dia bisa menyebutkan nama nya? " ucap Sandrina kegirangan merasa boneka nya itu berbeda dari boneka yang ia miliki sebelumnya.

Rupanya Andara barusan tak salah dengar, boneka itu benar-benar menyebutkan sebuah nama.

" Nama nya Ka-ka-,, apa tadi ya gak kedengaran? " Sandrina mencoba menekan lagi bagian tubuh boneka tapi boneka itu tak lagi menyebutkan nama nya seperti tadi. Hanya keluar suara-suara yang umum pada boneka berbentuk menyerupai bayi itu.

Andara tak berucap apapun, ia kembali menyandarkan diri pada sandaran kursi. Rasa kantuk yang mendera seketika hilang setelah mendengar suara boneka. tadi.

Beberapa menit kemudian, tak terdengar lagi suara Sandrina ataupun bunyi boneka nya. Andara pikir Sandrina mungkin ketiduran, ia pun memastikan lewat kaca spion mobil untuk melihat kebelakang.

Betapa terkejutnya Andara saat mendapati sosok anak kecil duduk di samping Sandrina yang kini tengah tertidur. Wajah anak kecil itu samar tak begitu jelas terlihat.

Andara segera menoleh ke belakang, dengan degup jantung kencang tak beraturan saat netra nya menangkap sosok anak kecil tadi.

Tapi anehnya sosok itu tak terlihat lagi saat Andara menoleh ke belakang. Yang ada hanya boneka baru milik Sandrina di jok sebelah kanan. Padahal jelas-jelas tadi di kaca spion Andara melihat sosok anak kecil tengah duduk dengan kedua tangan berada di atas lutut, terlihat sedikit kaku.

Merasa tingkah Andara aneh dan suara napas nya yang memburu terdengar begitu jelas, Malvino pun melirik ke arah istrinya.

" Ada apa Mam? " tanya Malvino dengan tangan masih sibuk memegang stir.

" Nggak ada, " jawab Andara pelan, dengan wajah pias.

Andara kembali ke posisi duduknya semula, menatap lurus ke depan sementara hati nya di penuhi tanda tanya dengan apa yang di lihatnya barusan. Andara mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan.

' Apa mungkin aku salah lihat karena keadaan gelap ? ' batin Andara berusaha membuat hal janggal itu tampak lebih masuk akal.

Sedang Malvino yang sibuk berkendara tak begitu memperhatikan kepanikan istrinya.

Lima belas menit berlalu akhirnya mereka pun sampai juga di rumah. Malvino segera turun menuju bagasi untuk membawa koper berisi pakaian dan barang-barang mereka.

Andara pun turun, kemudian menuju pintu belakang untuk membangunkan Sandrina.

Tiba-tiba saja gelang yang di kenakan nya jatuh hingga Andara pun berjongkok untuk mengambilnya. Saat ia dalam keadaan jongkok, terdengar suara bunyi tetesan air dari atas mobil yang jatuh ke bawah. Lagi-lagi Andara terkesiap melihat darah mengucur di kolong mobil.

" Mam ! " suara Malvino mengejutkan Andara. Segera Andara ambil gelang yang jatuh tadi kemudian ia berdiri, wajah nya tampak pucat dan tegang.

" Ngapain di situ? " tanya Malvino heran tapi ia tak sedikitpun curiga dengan ekspresi wajah ketakutan Andara. Malvino pikir istrinya sedang kelelahan makanya kelihatan pucat.

" Gelang ku jatuh. " Andara menunjukan gelang dalam genggaman nya.

" Oh,, " Malvino manggut-manggut.

Andara hendak mengatakan apa yang di lihatnya di bawah sana, tapi sepertinya Malvino terlihat ingin segera masuk rumah. Suami nya itu pasti juga capek setelah menyetir berjam-jam lamanya.

Hingga Andara putuskan untuk tak mengatakan keanehan yang ia lihat barusan. Bisa saja ia salah lihat lagi seperti di mobil tadi.

" Kita sudah sampai Mam, Pap? " Sandrina membuka kaca jendela mobil, ia mengucek mata baru terbangun dari tidur.

" Iya sayang, yuk turun ! " Andara pun segera membuka pintu mobil, mengajak Sandrina turun dan masuk ke rumah.

Sandrina berjalan masuk dengan di satu tangan berada dalam genggaman Andara sementara tangan lainnya memeluk boneka yang baru di beli nya.

Seorang wanita berusia lima puluh tahunan menyambut kedatangan mereka. Nama nya Mbok Darmi, empat tahun ini beliau bekerja di rumah Malvino sebagai asisten rumah tangga. Mbok Darmi pun berasal dari kampung halaman Malvino, tetapi desa mereka bersebelahan.

" Selamat datang Pak, Bu, Neng Sandrina ! " sapa Mbok Darmi saat tiba di hadapan mereka.

" Pasti kalian capek kan? Mbok udah nyalakan air hangat untuk mandi di kamar Bapak sama Ibu. Makanan juga sudah tersaji di meja, " ucap Mbok Darmi menatap satu persatu dari mereka.

" Iya bi capek banget. Makasih ya bi udah jagain rumah kami, makasih juga udah siapin air hangat. Badan aku udah lengket dari tadi, gerah mau mandi. " Malvino melonggarkan kerah kemeja nya lalu segera pergi menuju kamar untuk membersihkan diri.

" Tolong bawa ini ya bi, baju kotor semua. " Andara menyodorkan koper pada asisten rumah tangga itu.

" Baik Bu, " ucap Mbok Darmi sambil membungkukan badan dan segera meraih koper tersebut.

Saat baru saja Mbok Darmi akan melangkah ke belakang, Sandrina memanggilnya.

" Mbok lihat ini ! Aku beli boneka baru. " Sandrina mengangkat boneka nya, menunjukan pada Mbok Darmi.

Tiba-tiba saja raut wajah Mbok Darmi berubah saat melihat boneka milik Sandrina. Wajah yang semula hangat penuh senyuman kini tampak tegang dan terkejut. Seperti ada sesuatu menakutkan pada boneka Sandrina dalam penglihatan Mbok Darmi.

" Mbok ! " Andara mengibaskan telapak tangan di depan wajah wanita tua itu.

Hingga buyarlah lamunannya.

" Ah,, iya. Nona dapat boneka itu darimana? " selidik Mbok Darmi.

" Pas terjebak macet Sandrina minta di belikan boneka, untung saja ada toko boneka di pinggir jalan. Itu loh bi yang banyak kios-kios di pinggiran jalan nya, aku aja baru ngeh kalau ada toko boneka di situ, biasanya yang aku lihat cuma warung kopi sama rumah makan. " Andara menjelaskan.

Mbok Darmi menyipitkan kedua mata menimbulkan kerutan di sekitar kelopak matanya.

Seakan ada hal yang ia ketahui tapi ia masih ragu karena bisa saja dugaan nya itu benar atau mungkin salah.

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

jadi keinget film horor SABRINA sama ANNABELE

2022-11-21

4

Ali B.U

Ali B.U

next

2022-11-21

3

Ali B.U

Ali B.U

apakah Mbok Darmi punya indra demit.,??

2022-11-21

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!