KALIYA ( HAUNTED DOLLS )
Keadaan puncak yang dingin saat ini semakin terasa dingin setelah hujan lebat mengguyur sejak siang tadi sampai sore hari. Kini hanya menyisakan rintik kecil menghiasi perjalanan pulang keluarga Malvino yang baru saja pulang dari rumah orang tuanya di Bogor.
Liburan kali ini mereka menyempatkan berkunjung ke rumah orang tua dari Malvino setelah cukup lama Malvino dan keluarga kecilnya tak mengunjungi kedua orang tua nya karena kesibukan yang padat. Sekalian mengajak Sandrina anak Malvino dari hasil pernikahannya dengan Andara, untuk jalan-jalan.
Keluarga kecil itu tampak bahagia setelah menghabiskan liburan di kampung halaman Malvino dan bertamasya ke tempat pariwisata yang lokasinya tak jauh dari tempat tinggal orang tua Malvino atau kakek nenek nya Sandrina. Kini mereka kembali ke ibu kota, mengingat Malvino maupun Andara harus kembali bekerja setelah mengambil cuti beberapa hari ini.
Sandrina yang duduk di jok paling belakang mengusap jendela kaca mobil yang tertutup uapan air hujan, sambil memperhatikan deretan kios yang berjejer di sepanjang jalan. Keadaan macet membuat perjalanan mereka cukup lambat, kendaraan tampak padat merayap hingga seringkali Malvino menghentikan aktifitas menyetirnya beberapa menit menunggu mobil di depan mereka melaju kembali.
Netra Sandrina menangkap sesuatu yang menarik perhatian nya. Sebuah kios boneka di antara kios-kios yang berjejer yang rata-rata merupakan warung kopi atau pun rumah makan di tepian jalan. Sandrina awalnya bosan berlama-lama berada di mobil karena terjebak macet, tapi kini bibirnya mengulas senyum saat melihat kios boneka itu.
" Mam, Pap. Kita turun dulu, aku mau boneka. " Sandrina bangkit dari duduk nya dan melongokkan kepala nya di antara jok mobil depan.
Andara mengernyitkan kening, merasa heran dengan permintaan Sandrina. Pasalnya mereka sedang di tengah perjalanan, bisa-bisa nya Sandrina meminta sebuah boneka di saat terjebak macet seperti ini.
" Nanti kita beli kalau sudah sampai, " ucap Malvino sambil mengetuk-ngetuk jari nya di atas stir, merasa kesal menunggu macet. Sesekali ia pun melirik arloji, merasa waktu mereka terbuang cukup banyak di daerah ini. Padahal hari sudah mulai gelap.
" Aku mau nya sekarang ! " rengek Sandrina.
" Kita lagi di jalan sayang. Gak ada toko boneka di sini, tunggu sebentar lagi kita sampai baru beli, ya ! " bujuk Andara sambil mengelus rambut putri nya yang baru berusia tujuh tahun.
" Di sini juga ada toko boneka. Coba Mami lihat. " Sandrina menunjuk ke arah jendela. Andara dan Malvino pun mengikuti arah telunjuk kecil Sandrina.
Setelah Andara yakin perkataan putrinya benar, ia pun menoleh ke arah Malvino sambil sedikit tersenyum heran. Pasalnya di pinggir jalan seperti sekarang ini biasanya hanya ada kios rumah makan atau pun warung kopi.
" Ya udah, kita minggir dulu kalau gitu. Sekalian Papi juga mau cari toilet umum. Kalian bisa tunggu di toko boneka itu sambil pilih-pilih boneka yang Sandrina mau , " ucap Malvino yang memang selalu memanjakan putri nya.
" Oke, " ucap Andara.
" Yeeey, asyik,, beli boneka ! " Sandrina tampak kegirangan bersorak dan bertepuk tangan.
Mobil mereka pun menepi. Malvino, Andara dan Sandrina pun turun. Malvino mencari toilet umum sementara Andara dan Sandrina memasuki toko boneka yang di tunjukan Sandrina tadi.
Saat memasuki kios toko tersebut, Andara merasakan hawa dingin menerpa wajahnya. Tengkuk nya pun meremang seketika saat kaki nya mulai menapaki ubin kecil berwarna oranye. Pandangan Andara mengedar ke sekeliling, ia mengernyitkan dahi melihat bentuk-bentuk boneka yang berjejer rapi di lemari dinding terasa begitu kuno model-modelnya. Selain boneka nya yang tampak jadul, desain kios ini juga terlihat lawas seperti beberapa tahun kebelakang. Pencahayaan nya pun menggunakan lampu gantung yang tak begitu terang. Hingga boneka yang berjejer di sana bukan nya lucu tapi terlihat sedikit seram.
Andara hanya berpikir positif, mungkin pemilik toko belum sempat merenovasi bangunan tersebut dan mungkin toko ini adalah toko penjual oleh-oleh untuk anak-anak.
Andara mengikuti langkah Sandrina yang sibuk memilih boneka. Mata Sandrina tampak mencari-cari sesuatu seolah ia ingin menemukan boneka yang paling spesial. Padahal di rumah saja Sandrina sudah memiliki banyak koleksi boneka dengan bentuk apapun. Tentu boneka lawas seperti ini tak akan membuat nya tertarik.
Tapi dugaan Andara salah. Netra Sandrina pun jatuh pada satu boneka seukuran bayi baru lahir, rambut berwarna cokelat tua dengan pita melingkar di kepala, mata nya bulat dan berpakaian hitam.
" Aku mau yang ini ! " Kata Sandrina menunjuk boneka tersebut.
Andara menoleh ke arah yang di tunjukan oleh putri nya. Dalam hati Andara, boneka yang di pilih Sandrina sama sekali tak ada lucu-lucu nya bahkan tampak lebih seram daripada boneka yang berjejer di setiap rak di toko ini.
" Kamu yakin mau boneka ini? Apa tak pilih yang bentuk animals atau mungkin cari bantal boneka,,, "
" Aku mau yang ini ! " Sandrina tampak menatap tajam Andara dengan telunjuk menunjuk ke arah boneka tadi.
Andara sedikit tersentak mendengar suara putrinya yang sedikit lantang barusan. Sungguh tak biasanya Sandrina seperti demikian. Kalau pun ia mau dan Andara tak mengizinkan, Sandrina pasti hanya merengek minta di belikan bukan malah membentaknya seperti saat ini.
" Tapi kamu udah punya boneka sejenis ini, apa tak coba cari yang lain? " tanya Andara baik-baik memastikan agar Sandrina memilih boneka yang tepat. Karena memang boneka jenis tadi sudah dia miliki di rumah.
Bukan nya menjawab, Sandrina malah menatap nya makin tajam dengan sedikit menggeram.
" O-oke,, kita beli yang itu. " Melihat ekspresi Sandrina seperti tadi, membuat bulu kuduk Andara makin meremang saja. Andrina pun celingukan mencari si pemilik toko yang sedari tadi tak kunjung kelihatan. Semula ia pikir pemilik toko itu sedang melayani pembeli yang lain, tapi Andara baru sadar jika toko ini sangat lah sepi. Tak seorang pun masuk untuk sekedar melihat-lihat apalagi membeli. Andara tak menyadari hal itu karena semenjak ia menginjakan kaki di toko ini, ada hal yang tak biasa di rasakan oleh nya. Hingga ia tak begitu memperhatikan sekitar.
Andara celingukan mencari si pemilik toko, sedangkan Sandrina sudah tampak asyik menggendong boneka yang di pilih nya tadi.
Tap !
Seseorang menepuk pundak Andara, membuatnya kaget bukan main. Andara pun memutar badan, di hadapannya kini berdiri seorang lelaki paruh baya dengan wajah pucat dan tatapan kosong.
" Maaf Pak, saya mau beli boneka ini. " Andara langsung berpikir jika pria itu adalah pemilik toko.
Pria tersebut hanya mengangguk dan menunjukan bandrol harga yang sudah terlepas dari boneka nya.
Tak mau berlama-lama, Andara pun segera mengeluarkan beberapa lembar uang yang senilai dengan nominal yang tertera di bandrol tersebut.
Lepas itu, Andara segera menarik lengan Sandrina meninggalkan toko boneka dengan perasaan tak karuan. Andara merasa banyak keanehan yang ia temukan di toko tadi, tapi ia mencoba menepis perasaan nya. Mungkin saat ini ia kelelahan jadi apa yang di rasakan nya seakan tak biasa. Begitulah yang ia pikirkan untuk menenangkan hati nya.
Malvino sudah berada di dalam mobil saat Andara dan Sandrina selesai berbelanja dan berniat kembali ke mobil.
Kebetulan jalanan sudah lebih lancar dari sebelumnya. Hingga mereka pun segera memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang mereka yang sempat tertunda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Rini Antika
Semangat terus untuk Karya barunya Kak, udah aku masukin Favorit jg
2022-11-22
2
Rini Antika
sepertinya Sandrina kerasukan
2022-11-22
2
Sang
sama banget dengan simbah @Andini Andana kalo udah pengen, harus sekarang gak mau ntar-ntaran 🤔🤔
2022-11-21
5