Pagi-pagi sekali Mentari sudah bersiap ke kampus, hari ini dia dan beberapa mahasiswa senior lainnya terlibat sebagai panitia dalam acara tahunan yang diadakan di kampus mereka.
"Kamu sudah siap sepagi ini Nduk, jangan-jangan kamu tidak tidur." ucap Astri bercanda pada Mentari.
Mentari hanya tersenyum mejawab candaan Astri, dia memang hampir tidak bisa tidur semalaman setelah untuk kesikian kalinya Adam berhasil menautkan bibir mereka.
"Ayo sarapan dulu." ucap Astri sambil menunjuk tangannya agar Mentari duduk.
Tiba di aula tempat acara tahunan diadakan, sudah ada beberapa mahasiswa yang semalam bergadang mendekor panggung dan panitia yang sudah datang lebih pagi dari Mentari serta mereka yang akan menampilkan kemampuan mereka diatas panggung.
"Hai Tari, kamu terlihat lebih cantik hari ini." sapa Hugo teman satu angkatan Mentari yang juga kekasih sahabatnya.
"Kamu memuji aku nih ceritanya, apa tidak takut Meta marah." jawab Mentari.
"Jangan kasih tahu Meta dong." pinta Hugo.
"Apa yang tidak boleh aku ketahui." seru Meta yang mendegar ucapan Hugo.
"Eh sayang aku sudah datang, kamu cantik banget deh hari ini." ucap Hugo membalas seruan Meta.
"Jangan coba-coba mengalihkan percakapan ya." jawab Meta.
Mentari tertawa, "Hugo juga memuji aku cantik hari ini, Met." ucap Mentari membuat Hugo membola padanya.
"Hugo benar, kamu terlihat sangat cantik hari ini, Ay." ucap Meta.
"Berarti aku tidak salahkan menilai Mentari hari ini sayang." timpal Hugo merasa pujiannya di dukung Meta.
"Tetap saja salah, kamu memuji kecantikan sahabatku sendiri." jawab Meta membuat Mentari kembali tertawa melihat sepasang kekasih yang ada di hadapannya.
"Semoga kalian bisa bersama selamanya." ucap Mentari mendoakan sahabatnya agar bahagia bersama kekasih hatinya. Bukan seperti dirinya mencintai Adam yang sudah memiliki istri dan anak, dia juga akan di nikah kan Wardoyo dengan lelaki yang tidak dia kenal sama sekali.
"Ay, kamu terlihat cantik hari ini apa karena dia yang akan hadir di pertemuan ini?" tanya Meta yang tahu tahun ini acara kampus mereka kembali di sponsori perusahaan Harley.
"Memang dia yang akan hadir, Met. Tapi aku merasa penampilanku biasa saja, bahkan tadi malam aku kurang tidur." jawab Mentari.
"Tapi kamu benaran cantik hari ini Ay." ucap Meta lagi memuji sahabatnya yang memang selalu cantik. Hanya saja ada aura yang berbeda hari ini pada wajah sahabatnya sehingga kecantikan itu semakin terpancar.
"Ini pasti kamu sudah bertemu dengan pak Adam." ucap Meta menebak aura kecantikan itu karena Mentari sudah bertemu Adam.
"Pelan kan suaramu Met." tegur Mentari yang tidak ingin orang lain mendengar nama Adam disebutkan Meta.
"Sorry, aku terlalu semangat untuk tahu tentang kalian." ucap Meta yang mendapat hembusan nafas kasar dari Mentari.
"Kerja! Disini bukan tempatnya untuk ngobrol." tegur Ratu, kakak tingkat yang selalu saja jutek pada mereka berdua.
Bukan tanpa sebab, karena Mentari adalah gadis yang disukai Hardi, pria tampan yang jadi pujaan para mahasiswi kampus ini. Dan Ratu adalah wanita yang dijodohkan dengan Hardi, mereka bahkan sudah bertunangan. Hal itulah yang membuat Ratu membenci Mentari dan juga berimbas pada Meta sebagai sahabat Mentari.
"Diakan sudah lulus, mengapa juga masih berkeliaran dikampus ini." rutuk Meta kesal.
"Sudahlah, apa yang dia katakan benar. Kita disini untuk membantu kegiatan bukan untuk mengobrol." ucap Mentari agar Meta tidak memperpanjang masalah. Mentari tidak ingin terlibat masalah dengan Ratu yang bisa melakukan berbagai cara untuk menghancurkan lawannya.
"Meta, aku ke parkiran sebentar. Ada barang milik bu Astri yang ketinggalan." ucap Mentari setelah membaca pesan dari Astri.
"Aku temani." tawar Meta.
"Aku sendiri saja, kamu disini bisa bantu yang lain." jawab Mentari.
"Baiklah sayang aku." ucap Meta dengan gaya centilnya membuat Mentari hanya bisa mengelengkan kepala sambil tersenyum. Biarpun begitu, Meta adalah sahabat terbaik Mentari. Mereka berteman sejak pertama sama-sama menginjakkan kaki di universitas tempat mereka menimba ilmu saat ini.
"Tari tunggu." ucap Hardi sambil menarik tangan Mentari yang berjalan melewatinya begitu saja.
"Banyak orang disini yang akan memperhatikan kita, terutama tunangan Kakak." ucap Mentari sambil melepaskan tangannya dari tangan Hardi.
Mentari melanjutkan langkahnya. Jika saja Hardi belum bertunangan dengan Ratu, mungkin Mentari akan mencoba membuka hati untuk Hardi dan melupakan Adam yang tidak mungkin bisa dia miliki. Hardi pria yang baik, bahkan sangat baik menurut Mentari. Mereka dekat ditahun kedua Mentari kuliah, saat itu Hardi sering masuk ke kelasnya sebagai asisten dosen.
Kedekatan mereka tercium oleh Ratu yang langsung memperkenalkan diri sebagai tunangan Hardi. Setelah tahu Hardi sudah bertunangan, Mentari mencoba untuk mulai menjaga jarak dengan asisten dosennya itu. Meskipun Hardi sudah tak terhitung menyatakan cintanya pada Mentari. Dia tidak ingin disebut sebagai perebut tunangan orang lain.
Mentari terkadang menertawakan dirinya sendiri, mengapa dia selalu bertemu dan dekat dengan pria yang sudah terikat janji dengan wanita lain.
"Abah, semoga keputusan abah yang akan menikahkan aku dengan putra sahabat abah membuka jalan bahagia untuk ku." ucap Mentari, berharap dia bisa lepas dari belenggu cinta Adam dan Hardi.
"Apa yang kamu pikirkan, hem?"
"Mas." panggil Mentari terkejut karena yang bertanya padanya adalah Adam.
"Apa yang kamu pikirkan?" ulang Adam pertanyaannya.
"Tidak ada." jawab Mentari.
"Mas, banyak orang yang akan melihat kita, tolong jangan sedekat ini." pinta Mentari pada Adam yang mengikis jarak diantara mereka.
Mentari selalu takut kedekatannya dengan Adam terlihat banyak orang. Bukan tanpa sebab, tapi karena status Adam yang beristri.
"Selepas acara kita pergi ke tempat biasa." bisik Adam lalu mencium kening Mentari membuat gadis itu memejamkan matanya.
"I love matahari ku." ucap Adam sambil mengecup pipi Mentari lalu berjalan meninggalkan wanita yang dicintainya.
"Mengapa kamu selalu membuat aku untuk kembali berharap bisa bersamamu, Mas?" tanya Mentari pelan tanpa berniat Adam mendengarkannya sambil menatap punggung Adam yang menjauh.
Acara berlangsung meriah, Adam tentu saja menjadi perhatian para mahasiswa disana, bukan hanya ketampanannya tapi kehebatan Adam yang mampu membuka perusahaan baru dan berkembang dengan pesat di Malaysia.
"Pak Adam semakin tampan saja ya, beruntung sekali wanita yang menjadi istrinya." ucap Meta yang langsung menutup mulutnya, dia sadar sudah salah bicara, kata-katanya tentu saja menyakitkan untuk Mentari.
"Maaf Ay." ucapnya lagi.
"Tidak apa-apa Met, memang itu kenyataanya." jawab Mentari.
Mentari lalu keluar dari aula, dia tidak perlu tahu apa yang terjadi dengan Adam selama empat tahun terakhir ini. Begitu menyesakkan baginya jika semakin tahu Adam yang bahagia dengan kehidupannya sekarang.
"Mengapa tidak meneruskan mendengarkan acara di dalam?" tanya Hardi yang ikut keluar setelah melihat Mentari keluar dari aula.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin duduk sendiri." jawab Mentari.
"Kalau ingin bicara tetap disana." ucap Mentari lagi menahan langkah Hardi yang akan mendekat padanya.
"Sebelum aku menikah dengan Ratu, bisakah aku berharap sekali saja kamu menerima permintaanku, Tari?" tanya Hardi.
"Maaf kak, aku tidak bisa. Aku akan menikah dengan pria pilihan orang tuaku." jawab Mentari.
"Kamu mengatakan itu hanya untuk menolak permintaanku, kan?" tanya Hardi tidak percaya.
"Aku tidak pernah main-main dengan apa yang aku ucapkan Kak." jawab Mentari sambil berdiri meninggalkan Hardi.
"Tapi kamu tidak mencintainya, Tari." ucap Hardi.
"Aku juga tidak mencintai Kakak." balas Mentari membuat Hardi terdiam.
Mentari terpaksa kembali kedalam aula hingga acara selesai, lebih baik dia berada disamping Meta dan Hugo dari pada dia harus berdua dengan Hardi diluar sana.
"Mbak Tari, Anda sudah ditunggu di mobil." ucap Aryo membuat Mentari mengikuti langkah laki-laki yang Mentari kenal sebagai sopir Adam. Bahkan Aryo selalu menjadi kurir Adam setiap laki-laki itu mengirimkan hadiah untuknya.
Mentari masuk kedalam mobil Adam dan menemukan pria itu sudah duduk menunggunya.
"Manja." ucap Adam membuat Mentari menoleh padanya.
"Kenapa harus dijemput dulu baru datang, bukankah itu manja." ucap Adam menjawab tatapan tidak suka Mentari atas tuduhannya.
Tidak ingin berdebat, Mentari membuang pandangannya keluar jendela dan bersandar di kursi. Adam menarik Mentari untuk mendekat padanya, pria itu merangkul Mentari yang tidak bisa menolak.
"Kenapa kalian tidak menikah saja bos, dari pada menjalin hubungan terlarang seperti ini." rutuk Aryo yang melihat bosnya dari kaca spion.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
...L🌻VE untuk MATAHARI ku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
jgn sampai Mentari di teriakin org sebagai pelakor.. dia baik lho.. harus dapet ending yg baik juga..
2024-12-09
0