BAB 12. Teka Teki

Silvya yang baru tiba saat subuh langsung membuat sarapan untuk Dika Entah mengapa hal tersebut menjadi kebiasaannya sekarang. Sebelumnya ia sudah menyimpan mainan-mainannya di tempat yang sekiranya tidak dapat diketahui oleh Dika. Dia tidak ingin Dika menemukan pistol, belati, dan lain lainnya itu dikamarnya.

Pukul 6 tepat, nasi beserta lauk pauknya sudah tersaji di sana. Dika seorang dokter yang lumayan memperhatikan kesehatan. Maka Silvya memasakkan menu yang menurutnya sehat. Nasi merah, tumis bayam+jagung, ayam panggang dan  sambal matah. (Otor berasa lapar ngomongin makanan haha)

Meskipun sebenarnya apa saja yang Sylvia masak selalu dimakan habis oleh Dika.

Ting tong….

Bel rumah Dika berbunyi, Silvya tersenyum karena itu tanda Dika sudah kembali lagi kerumah.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, baru pulang dari rumah sakit?"

"Bukan, dari rumah orangtua. Kemarin kan sudah bilang."

"Eh masa? Lupa"

Silvya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia lalu mengajak Dika untuk menuju ke meja makan.

"Sarapan dulu." 

Dika hanya mengangguk lalu duduk di sana dan mengambil sarapannya. Dika sarapan dengan tenang bersama Silvya.

"Kamu baru kelar masak."

"Lho kok tau?"

"Itu kamu masih pakai celemek."

Haish dasar… mengapa aku lupa melepasnya, batin Silvya. Ia sungguh malu. Dia lupa melepas celemeknya saat selesai memasak karena saking bersemangatnya.

Dika yang melihat Silvya merona merasa gemas dan tersenyum. Namun seketika ia merubah senyumnya menjadi ekspresi dingin dan datar lagi. Dika tidak ingin Silvya tahu kalau dia tersenyum dengan tingkah Silvya.

"Hari ini dokter buka praktek?"

"Iya."

"Baiklah kalau begitu aku akan ada dikamar sampai praktek selesai."

Silvya pun membereskan meja makan, mengambil beberapa makanan dan minuman lalu beringsut masuk ke kamarnya.

"Vya…" Panggil Dika sebelum gadis itu masuk ke kamarnya. "Apakah kamu tidak bosan seharian di kamar?"

"Ehmm tidak sih dok, aku cukup sibuk bermain game di ponselku." Jawab Silvya asal sambil memperlihatkan ponsel pemberian Dika dengan tangan kanannya.

Dika mendesah kasar, sebenarnya ia tidak mau menyembunyikan Silvya seperti itu. Tapi entah mengapa Silvya tak kunjung pergi juga dari rumahnya setelah kembali sembuh. Mengingat dia jarang di rumah ia pun membiarkan Silvya menempati rumahnya itu, itung itung ada yang merawat rumahnya.

Dika langsung menuju ke kliniknya tepat di sebelah rumahnya. Ternyata Nia, Risa, dan Tio baru saja datang. Mereka menunduk memberi salam dan segera menyiapkan hal hal yang diperlukan.

Dika cukup puas dengan kinerja ketiganya, ia bersyukur bisa mendapatkan mereka bertiga sehingga membuat pekerjaannya selesai dengan baik. Apalagi ketiganya berasal dari daerah sekitar itu dan kebanyakan pasien dari klinik Dika adalah warga sekitar.

🍀🍀🍀

Markas Wild Eagle menjadi kacau balau sejak diduduki oleh Tiger Fangs. Albern sungguh membuat semuanya berantakan. Pesanan negara negara mengenai persenjataan semua dibatalkan. Penjualan kokain, ganja, dan yang lainnya juga di pending olehnya.

"Sebenarnya apa yang daddy inginkan? Kenapa semuanya menjadi begitu kacau di sini." Darrius mencoba menyelami pemikiran sang ayah namun tetap tidak menemukan titik terang.

" Masa kamu tidak mengerti juga Dar. Aku ingin menggantikan semua tentang Wild Eagle dengan Tiger Fangs. Bahkan aku akan memusnahkan nama Wild Eagle dari dunia bawah dan membuat semua orang lupa kalau Wild Eagle pernah ada."

Darrius mendengus, obsesi ayahnya itu sudah tak tertolong lagi.

"Dad, apakah kau tidak merasa kalau semua ini begitu terasa sangat lancar. Maksudku dengan mudahnya kita menyerang dan mereka juga dengan mudahnya kalah. Setelah aku lihat lihat orang orang penting di Wild Eagle ini tidak terlibat Dad."

Ucapan Darrius berhasil membuat Albern sedikit merenung. "Benar juga kata Darrius, aku tidak melihat Ian, Drake, Jeff, dan Geoff di sini. Seolah olah mereka sudah tau aku akan menyerang." Batin Albern.

"Aku lihat Ian masih santai memimpin perusahaan Linford Transportation saat Q tidak ada. Dia seperti tidak terpengaruh dengan markas Wild Eagle yang berhasil kita duduki."

"Ucapanmu ada benarnya juga son. Bahkan mereka seakan ditelan bumi. Hanya Ian yang terlihat karena memang dia selalu di perusahaan menjadi tangan kanan gadis gila itu."

Albern semakin gusar, ia merasa semua ini seperti teka teki baginya. Kemenangannya dalam penyerangan ini hanya seperti manipulasi dan ilusi semata.

"Ada apa ini sebenarnya, teka teki apa yang sedang mereka mainkan. Dan orang itu, dimana dia. Bukankah dia yang memprovokasi ku untuk melakukan penyerangan terhadap Wild Eagle." Gumam Albern geram.

***

Sedangkan orang yang dibicarakan oleh Albern sedang menyesap rokoknya di sebuah apartemen mewah miliknya. Ia tersenyum sinis.

"Heh,... Kau pikir kau siapa. Aku hanya menggunakan sebagai alat saja. Selebihnya kau hanyalah orang tua bodoh, untung kau memiliki putra yang cerdas.. Hahahaha… ini bukan hanya soal kehancuran Wild Eagle tapi juga kehancuran kalian Tiger Fangs."

"Honey….."

Suara wanita s*ksy dan menggoda begitu nyaring di telinga pria itu. Ia lalu mematikan rokoknya dan mendatangi arah suara.

"Oh baby… you are so hot."

Pria itu langsung meraup bibir wanitanya dan mengulang apa yang sudah mereka lakukan tadi di kamar. Pria itu tersenyum puas ketika berhasil menuju puncak kenikmatannya.

Heh Q, kau bukanlah siapa siapa. Kau hanyalah gadis bodoh yang ditemukan. Jangan pikir kau bisa menjadi mafia hebat seperti ucapan 'ayah'. Batin Pria itu

Pria itu lalu ambruk di dekapan wanitanya namun pikirannya tertuju kepada Silvya. Bahkan saat ia tengah mengerang nikmat di atas wanita itu pun yang ada dalam pikirannya hanyalah Silvya.

TBC

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***