8. Tiger Fangs

Dika merasa amat lelah langsung masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamar nya untuk membersihkan tubuh yang terasa lengket karena keringat. Padahal ruangan kliniknya ber ac namun, karena banyak pasien yang datang membuatnya begitu gerah.

Dika mengguyur tubuhnya dengan shower. Ia mengingat kembali saat mengobati Silvya.

"Sebenarnya siapa kamu. Mengapa dalam tubuhmu ada benda seperti itu. Aku rasa ini bukanlah hal yang sederhana."

Dika terus memikirkan hal tersebut. Ingatannya berputar dan berhenti pada sebuah benda kecil yang ditanam dalma tubuh Silvya. Ia menemukannya saat ia mengoperasi Silvya. Benda kecil pipih itu memang tidak terlalu akrab untuknya. Tapi Dika bukan orang yang bodoh, dia itu itu adalah chip yang sengaja di tanam di tubuh seseorang.

"Ah sudahlah. Itu bukan urusanku. Setidaknya atas nama kemanusiaan aku sudah menolongnya. Urusan yang lain aku tidak perlu ikut campur."

Dika menyudahi mandi yang sudah lewat tengah malam itu. Ia mengenakan piyamanya lalu turun ke dapur untuk mengambil susu hangat. Ya, kebiasaan Dika sedari kecil tidak berubah. Ia akan minum susu hangat sebelum tidur.

Tak...tak...tak...

Langkah kaki Dika menuruni tangga begitu terdengar di tengah malam yang sangat sunyi. Sekilas ia melirik kamar Silvya, tiba-tiba ia berkeinginan untuk memasuki kamar gadis itu.

"Sebaiknya aku melihat kondisinya sebentar."

Entah apa yang dipikirkan dokter muda itu, ia pun berjalan mendekat dan membuka pintu kamar Silvya dengan perlahan agar tidak membangunkan si pemilik kamar.

Ceklek

Dika berjalan mendekat ke arah r

anjang dan duduk sejenak di sana. Ia memandangi wajah Silvya dengan lekat.

"Cantik"

Dika berucap pelan, namun tiba-tiba Silvya membuat gerakan yang membuat Dika terkejut. Dika langsung berdiri dan berjalan cepat keluar kamar. Ia tidak mau diteriaki lagi dengan sebutan dokter mesum oleh gadis itu jika gadis itu terbangun dan mendapati dirinya duduk di ranjang.

"Huft hampir saja, astagfirullaah Dik apa yang kau lakukan, ngapain kamu masuk ke kamar seorang gadis dengan mengendap endap begitu. Sial... Sepertinya aku sudah tidak waras. Mungkin ini efek kelelahan." Dika bermonolog merutuki kebodohannya.

Sedangkan Silvya yang berada di kamar sedikit curiga dengan tingkah Dika. Sebagai seorang Queen Mafia kewaspadaannya cukup tinggi. Silvya sudah terjaga saat Dika berjalan menuruni tangga lalu membuka pintu kamarnya dengan perlahan. Namun Vya memilih diam dan berpura pura tidur, ia ingin tahu apa yang akan Dika lakukan. Ternyata hanya terus memandangi wajahnya dan memujinya cantik.

"Haish.. Ada apa dengan dokter mesum itu. Sikapnya sangat aneh." Gumam Silvya.

🍀🍀🍀

Waktu terus bergulir. Hari berubah menjadi minggu dan minggu menjadi bulan. Tidak terasa sudah sebulan Silvya berada di rumah Dika.

Dan sudah sebulan juga Wild Eagle kebingungan karena pemimpin mereka tidak kunjung ada kabar, bahkan seperti hilang ditelan bumi. Kasak-kusuk mulai terdengar di organisasi yang lain.

Q biasa Silvya di panggil di organisasi mafia memang menjadi ancaman bagi kelompok-kelompok yang lain. Kasak-kusuk hilangnya dia seperti menjadikan sebuah kesempatan bagi kelompok lain untuk mengambil alih dan melakukan penyerangan.

"Dad, kita tidak bisa menyerang Wild Eagle dengan cara begini." Ucap seorang pria kepada ayahnya.

"Hei Darrius, sejak kapan kamu menjadi lemah. Jangan jangan benar yang dikatakan orang. Kamu menyukai Q?"

" Dad bukan begitu, Wild Eagle sedang tidak ada pemimpinnya. Kita terlihat tidak beretika kalau menyerang mereka. Terkesan seperti pengecut karena menyerang sarang tanpa induknya."

"Persetan dengan semua itu, sudah lama aku ingin melumpuhkan Wild Eagle. Dan ini kesempatan yang bagus. Disaat mereka lengah karena tidak adanya pemimpin mereka."

Darrius menyerah. Ia tidak bisa mendebat ayahnya lagi. Albern Edmund pimpinan Tiger Fangs memang musuh bebuyutan dari Wild Eagle sejak pemimpin terdahulu sebelum Q naik ke kursi kepemimpinan. Setelah Q menjadi pemimpin Albern semakin membenci Wild Eagle dan juga gadis itu karena dianggap merebut daerah kekuasaannya. Negara Borga dan St. Nero yang biasa menjadi langganannya pun berpindah haluan ke Wild Eagle. Beberapa negara yang lain pun ikut memilih Wild Eagle.

Albern menjadi sangat geram. Keinginan menghancurkan Wild Eagle begitu kuat. Dan kali ini kesempatan di depan mata ini tidak akan dia sia siakan.

"Clark.... Siapkan semuanya. Kita akan menyerang Wild Eagle nanti malam." Albern memerintahkan anak buahnya.

"Siap tuan." Orang yang bernama Clark itu membungkukkan badannya lalu mundur dan pergi melaksanakan tugas nya.

" Dar... Jika kamu tidak ingin ikut penyerangan kali ini terserah. Daddy tidak akan memaksamu."

Huft... Darrius menghembuskan nafasnya kasar. Ia tahu daddy itu tengah mengetes nya.

"Aku akan ikut Dad."

"Good. That is my son."

Albern tersenyum. Bayang bayang kemenangan sudah menari di depan mata. Keyakinannya akan menang merasuki otaknya. Albern beranggapan dengan jatuhnya Wild Eagle ia berharap bisa mengembalikan kejayaan Tiger Fangs.

TBC

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***