Sampai jam makan siang lewat, Adras belum juga kembali. Ia juga tak mengangkat telepon dari Jelena ataupun membalas pesannya.
"Nih....!"
Jelena yang masih duduk di teras vila menatap Surya yang kembali dengan 2 kotak makanan.
"Apa ini?"
"Makan siang yang sedikit terlambat karena sekarang sudah hampir jam 2."
"Aku nggak lapar."
"Coba deh dibuka. Pasti berselera."
Jelena membukanya. Matanya langsung berbinar saat melihat makanan yang ada di hadapannya. "Ayam saos asam manis dan nasi. Ada sayurnya juga. Oh...Surya, kamu tuh dapatnya dari mana?"
"Restoran Cina. Di dekat sini ada kok."
Tanpa menunggu lagi, Jelena langsung menikmatinya. Dia kelihatan sangat lahap. Apalagi Surya membawakan minuman es jeruk. Rasanya sangat klop.
Mereka berdua pun makan bersama dengan nikmat. Jelena menghabiskan makanan miliknya. "Duh, rasanya nikmati sekali ketemu nasi. Aku nggak biasa dengan menu Eropa. Terima kasih ya Surya."
Surya tersenyum. "Aku senang jika kamu bahagia. Oh ya, boleh pinjam ponselmu? Aku nggak bawa ponselku."
Jelena memberikan ponselnya. Ia masih mengusap perutnya yang sangat terpuaskan dengan makanan yang Surya bawakan.
"Nih....!"
"Nggak jadi pakai?" tanya Jelena.
"Ada. Aku hanya mengirim pesan. Namun pesannya sudah ku hapus agar kau tak bisa membacanya."
Jelena hanya terkekeh. "Tenang saja, seandainya dia membalasnya di nomor ini, aku pasti akan tutup mulut."
Gantian Surya yang tertawa. "Aku percaya."
"Karena kenyang, aku jadi mengantuk. Aku masuk boleh nggak?"
"Tentu saja. Istirahatlah. Aku juga mau kembali villa ku. Selamat istirahat."
Jelena mengangguk. Ia segera masuk ke kamarnya. Ia juga tak mau memeriksa ponselnya karena merasa yakin kalau Adras tak akan menghubunginya.
************
Saat gadis itu membuka matanya, ia kaget menemukan dirinya sudah ada dalam mobil. Ia bahkan sudah berganti pakaian.
"Kita di mana?" tanya Jelena saat menemukan Adras ada di sampingnya.
"Kita baru saja tiba di bandara. Pedro sementara mengurus bagasi kita."
"Kok bisa sih? Bagaimana aku bisa ada di mobil tanpa aku sadari? Lagi pula ini sudah jam berapa?"
Adras menatap jam tangannya. "Ini sudah hampir jam 7 malam dan pesawat kita akan berangkat jam 7.30 malam."
"Seharusnya masih dua hari lagi kita pulang. Kenapa harus sekarang? Lalu, bagaimana aku bisa tidur selama ini?" tanya Jelena masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Lebih baik jangan banyak bertanya. Lanjutkan saja tidurmu di pesawat."
Jelena sebenarnya masih ingin bertanya namun ia tahu, semakin ia bertanya, Adras pun pasti akan lebih tutup mulut.
"Apakah mas yang menggnti pakaianku?" tanya Jelena sambil tersenyum manis sedikit menggoda Adras.
"Aku tak mengganti pakaianmu. Aku memanggil salah satu pelayan restoran untk mengganti pakaianmu."
"Kenapa nggak mas sendiri yang menggantikannya?"
Adras tak menjawab, ia melabaikan tangan pada Pedro lalu segera turun dari mobil. "bagaimana?"
"Semuanya sudah selesai, tuan. Silahkan masuk!"
Adras memberikan sejumlah uang pada Pedro. Lelaski itu awalnya menolak karena semua layanan jasanya sudah dibayar oleh sang tuan. Namun Adras memaksanya dan lelaki itupun menerimanya.
Kali ini mereka pulang bukan dengan pesawat tempat maskapai Adras bekerja. Namun mereka masih duduk duduk di kelas satu. Bedanya kelas satu di pesawat ini hanya satu tempat duduk tiap bagiannya sehingga lebih privasi lagi. Adras dan Jelena bahkan tak duduk di baris yang sama. Adras duduk di paling depan sedangkan Jelena ada di baris ketiga.
"Mas, kok tempat duduk kita berbeda sih?" tanya Jelena.
"KIta pulangnya mendadak. Untung masih dapat tempat di kelas satu. Duduklah dan nikmati perjalannya!" kata Adras sedikit memerintah. Jelena hanya cemberut dan kembali ke kursinya.
3 jam sudah pesawat mengudara. Hampir semua penumpang sudah tertidur. Namun tidak dengan Jelena. Munkin karena tadi siang sampai malam ia tidur agak lama, sehingga gadis itu tak bisa memejamkan matanya. Ia pun kembali turun ke lantai satu pesawat. Memeriksa satu persatu penumpang yang ada untuk memastikan apakah Adam ada di pesawat ini atau tidak. Dan perkirannya benar. Adam duduk di deretan kursi paling belakang di kelas ekonomi ini.
Apa yang menyebabkan mereka harus pulang cepat? Mengapa sampai Adam ikut pulang juga? Apakah tadi siang saat mereka bertemu, Adam memaksa Adras untuk segera pulang? Semua pertanyaan ini membuat Jelena sebenarnya gelisah. Ia memang ingin agar mereka cepat pulang karena ia sudah rindu dengan suasana kampus. Liburan memang belum juga selesai namun Jelena biasa mengambil kelas summer agar ia bisa dengan cepat menyelesaikan kuliahnya.
*********
Sofia dan Santi sangat kaget saat Jelena menelepon mereka dari bandara Singapura dan mengatakan kalau mereka dalam perjanan pulang. Jelena juga menceritakan tentang Adam yang juga ikut pulang.
Saat mereka baru saja tiba di bandara Soekarno-Hatta, ponsel Jelena langsung berbunyi. Ada panggilan dari nomor yang tak dikenalnya.
"Hallo, ini dengan siapa ya?" tanya Jelena.
"Kok kamu pulang nggak pamit sih?"
"Surya?" Jelena kaget. Kini ia jadi mengerti mengapa Surya meminjam ponselnya. Pria itu ternyata menghubungi nomornya sendiri.
Adras yang juga sementara menelepon sopir di rumah, menoleh ke arah Jelena saat gadis itu menyebutkan nama Surya.
"Iya. Pada hal aku ingin sekali mengajak kamu ke kampung Cina. Kenapa sih kalian kesannya pulang dengan terburu-buru?"
"Sebagai istri yang taat, aku harus patuh pada apa yang suamiku katakan. Jadi kalau ia berkata kami harus pulang, ya aku harus ikut."
"Kalau aku datang ke Indonesia, bolehkah aku menghubungimu."
"Mau melarang pun percuma. Kamu kan sudah mengetahui nomor teleponku."
Surya terkekeh. "Kalian baru saja sampai ya? Selamat beristirahat ya?" pamit Surya.
Setelah urusan bagasi selesai, mereka pun langsung keluar. Santi dan Sofia langsung berlari memeluk uncle Adras. Namun mata Jelena yang jeli melihat kalau tak jauh dari Adam berdiri dan sedang mengawasi mereka. Melihat hal itu, Jelena langsung menggandeng tangan Adras. "Mas pulang, yuk! Capek, lapar."
Santi dan Sofia tersenyum melihat bagaimana manjanya Jelena pada Adras. Dan di depan kedua ponakannya itu, Adras tak mungkin bersikap dingin pada Jelena. Ia tersenyum dan segera melangkah dengan posisi Jelena yang masih memeluk lengan Adras.
Mereka tiba di ruah dan langsung makan malam bersama, setelah itu Jelena diantar ke kamar Adras. Adras sendiri kaget saat masuk dan melihat kalau kamarnya sudah banyak perubahan. Ranjangnya sudah diganti dengan yang lebih besar, sudah ada meja riasnya dan dalam walk in closet sudah terdapat satu bagian yang berisi pakaian dan keperluan Jelena lainnya.
Saat jelena mandi, Sofia pun berbicara dengan pamannya di ruang kerja.
"Uncle, siapa pria ini?" tanya Sofia sambil menunjukan foto Adam yang ada diulang tahun Adras.
"Namanya Adam. Dia salah satu calon pilot. Memangnya kenapa?"
"Lalu mengapa dia ada di pesawat yang sama dengan uncle saat kalian berangkat ke Vanesia dan saat juga kembali?"
"Bagaimana kalian tahu?"
"Aku melihat dia tadi di bandara dan kata aunty Jelena, pria ini juga sering terlihat di sekitar villa. Sepertinya ia sengaja ada di sana."
"Uncle nggak suka diinterogasi, Sofia."
"Apakah si Adam ini kekasih, uncle?"
"Sofia!" Adras terlihat marah.
"Jangan sakiti aunty Nana."
"Uncle mau keluar sebentar." Adras bergegas berdiri dari tempat duduknya.
"Sekarang sudah jam 10 malam. Mau kemana?"
Adras tak menjawab pertanyaan ponakannya. Ia langsung prgi setelah meraih kunci mobilnya.
Sofia mengusap wajahnya kasar. "Tak akan kubiarkan uncle kembali terjerumus dengan para pria itu!"
****************
Bagaimana kisah ini berlanjut? Dukung emak terus ya guys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Anonymous
siapa yg baik dan siapa yg jahat
2023-02-12
0
Ajusani Dei Yanti
lanjut kak Enny semangat
2023-01-11
0
"lazygirl"
adras, adam, surya pd saling kenal sbnernya mrk ada hubungan apa sh? tmn lama kah? 🤔
2023-01-06
1