Part5

sebelum lanjut, author mau mohon maaf dulu yaa. Cerita di part ini, adalah real dan yang lain nya hanya tambahan fiksi belaka. Tidak ada unsur apa pun)

like, komen serta vote dong, biar semangat nulis huhuhu

oke lanjuttt yaakkk

*******

Mertua_rasa_pelakor

#part5

by AmoyShanghai

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Memang, tabunganku tidak terusik olehnya. Aku pun tak sudi bila Aku yang harus menanggung pemborosan itu. Lalu siapa lagi yang akan membayarnya? Boim kah?

Tentu saja Mas Boeng yang membayar tagihan mereka untuk tiga hari kedepan. Yang semalamnya saja sudah membuat mataku melotot!

Di dalam kamar itu, ada Aku, Adiknya yang bernama Bianca, Mas Boeng dan Maminya. Boeng bermanja-manja dengan Maminya.

Tentu saja itu wajar bukan? Tapi yang membuatku seperti cemburu melihat si Boeng melendot dengan mesranya di lengan Maminya! Mertuaku memakai baju youcansee (tali satu) tanpa menggunakan (MAAF) Bra!

Aaaaggggrrrhhhh!!! Ini sudah tak pantas! Aku pun meradang karena cemburu.

2011 belum ada sebutan pelakor, tapi ini mungkin seperti ini rasanya jika pelakor datang di dalam rumah tangga? Geram sekali aku.

Mas Boeng amat keterlaluan! Aku di depan matanya, tak pernah menjaga perasaanku sedikit pun.

Dengan melirik benda yang sedang ku genggam. "Hp baru lagi?" tanya mertuaku penuh selidik, kulihat Dia pun terus melirik kearah Hp yang ku mainkan.

"Iya Mi, Mas Boeng yang belikan." Jawabku ragu seraya melirik kearah Mas Boeng, dia tampak memegang sebuah kotak. Hatiku bertanya-tanya, kotak apa itu? Rasanya, tadi dia tak membawanya?

"Jadi istri kok ga bisa berhemat sedikit." Ucapnya dengan sinis seperti ada ke irian terhadapku. Aku hanya bisa terpaku dan diam menahan kesal dihati.

Wajar saja suamiku memberikanku sebuah Hp baru, setidaknya ini adalah bentuk ganti rugi tujuh bulan lalu? Tidak ingat kah kala itu Kau merebut paksa Hp milikku?" umpatku dalam hati. Ingin rasanya aku menjawabnya, ku lihat mas Boeng memberi tanda agar diam dan mengalah.

"Kamu juga Boeng, untuk apa kamu hambur-hamburkan uang?" nadanya terdengar seperti tidak senang.

Siapa yang menghamburkan uang? Ini Hotel pun Mas Boeng yang membayar kan!" teriakku dalam hati.

"Iya Mi, lagian itu untuk ganti Hp Nokiemnya. Boeng baru bisa gantiin sekarang."

"Oh jadi nggak ikhlas Hp jelekan itu kasih ke Mami? Iya?" tanyanya dengan penuh emosi." Baru Hp jelek gitu aja, Mami kan dulu bilang minta yang baru? tapi kamu malah kasih bekasan!" sambung mertuaku kembali, kali ini sembari melotot kearahku dengan penuh dendam.

Apa??? Hp jelekan?? Tapi dibawa juga? Hati terus menggerutu, semakin jengkel dibuatnya.

Andai tak ingat dosa, ingin kutarik rambut panjangnya itu. Kutampar mulut nyinyirnya itu, agar tak lagi bicara.

Astaga, maafkan saya Tuhan. Saya tidak bermaksud durhaka." dalam diam kuselipkan doa.

Seandainya, mertua ku sayang denganku. Pastilah Aku pun akan membuatnya bahagia dan berbakti tulus. Sampai kapan semua ini akan berakhir? Aku juga ingin, ke mall bareng dengannya, belajar salon dengannya, atau sekedar minum kopi bersama, rasanya itu tidak akan mungkin terjadi.

Hmm, seperti nya itu hal yang amat tidak mungkin terjadi. Memang, usia mertuaku itu masih terbilang muda. 45 tahun ketika itu, wajar jika bodynya masih terawat. Beliau tidak pernah memasak, ataupun membereskan rumah. Hanya aerobic dan salon lah kesehariannya.

Mertuaku mempunyai salon kecantikan, banyak juga om-om yang datang dan menggodanya. Dan mertuaku pun menjadi simpanan salah satu om tersebut. Profesi itulah yang membuat Mas Boeng serta kedua Adiknya dapat menyelesaikan bangku sekolah, hingga ke jenjang perkuliahan.

Untuk di usianya, Mertuaku terbilang masih cantik. Tak heran jika setiap laki-laki hidung belang, menginginkannya. Pernah suatu malam, keluarga sang istri dari Om tersebut datang melabrak mereka, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.