Bab 5 : GENG OSIS

Mahendra International High School memiliki kantin yang tidak seperti kantin di sekolah pada umumnya. Kantin di sini terlihat seperti restoran, membuat siswa/i betah untuk berlama-lama di kantin.

Hana dan Diki sudah berada di sana untuk menunggu Zarina.

“Zarina.” Hana memanggil dengan nada yang agak tinggi hingga Hana menjadi pusat perhatian siswa/i yang ada di kantin. Zarina hanya tersenyum dengan tingkah sahabatnya.

“Kok lama banget.” Hana langsung berbicara saat Zarina baru saja duduk berhadapan dengannya.

“Maaf udah buat kalian nunggu lama,” ujar Zarina sambil melihat Hana dan Diki bergantian.

“Gapapa kok, Zar,” jawab Diki.

“Oke ... karena udah kumpul semua gimana kalau langsung pesan makanannya?” tanya Hana yang diangguki oleh Zarina dan Diki.

Diki kemudian memanggil ibu kantin.

“Aku pesan spaghetti, siomay, jus alpukat,” kata Diki pada Ibu kantin.

“Oke sudah Ibu catat. Kalau kakak berdua pesan apa?” tanya Ibu kantin pada Zarina dan Hana.

“Aku mau nasi goreng 1, dimsum 2, bakso lobster 2, mie ayam 1, orange jus 2 dan air mineralnya 1.”

“Hana. Kamu yakin bisa habisin semuanya?” tanya Zarina.

“Engga, aku sekalian pesenin buat kamu, Zar.”

“Oke ... tapi kamu gak bisa pesan bakso lobster karena kulit kamu masih alergi,” kata Zarina karena tau Hana beberapa hari yang lalu pergi ke dokter.

“Oh iya ... hampir aja lupa. Bu, yang tadi aku sebutin jadi dipesan kecuali bakso lobsternya yah,” ucap Hana pada Ibu kantin.

Sekolah internasional tapi menu kantinnya melokal ... kereeen, _batin Zarina.

Setelah mencatat semua pesanan Zarina, Hana dan Diki. Ibu kantin langsung pergi lalu 2 menit kemudian kembali dengan membawa pesanan mereka bertiga.

“Selamat makan,” ucap Hana' Diki dan Zarina bersamaan.

“Hana, Zarina kalian rencananya mau ikut eskul apa? Kalau aku mau daftar jadi anggota Voly,” tanya Diki.

“Aku Osis,” jawab Hana.

“Kamu Zar?” tanya Diki sambil melihat Zarina.

“Mungkin Zarina daftar Basket. Oh iya, kamu jangan tanya Zarina kalau dia lagi makan karena Zarina gak pernah makan sambil bicara.” Hana menjelaskan kebiasaan Zarina pada teman barunya agar tidak ada kesalah pahaman karena Zarina tidak akan jawab pertanyaan siapapun sampai makanannya habis.

“Okay ... I see,” jawab Diki.

Zarina orangnya cantik, karakternya baik, kebiasaannya juga unik, _batin Diki.

Setelah mengobrol sebentar ke-tiganya kini kembali senyap dan melahap makanannya masing-masing. Beberapa menit kemudian terjadi kebisingan karena Geng Osis datang ke kantin dan membuat para kaum bu ibu histeris melihatnya.

Geng Osis ini terdiri dari 4 orang yakni Aprian Mahendra sebagai bendahara Osis (Visualnya Mahendra IHS + leader Geng Osis), Hamza Raditya sebagai ketua Osis (playboy Mahendra IHS), Fadil Syaputra sebagai wakil ketua Osis (cowok cool), dan Eza Hanafie sebagai sekertaris Osis (cowok julid + narsis).

Aprian merupakan anak dari pemilik sekolahan ini. Papi Aprian adalah seorang pendiri Mahendra Corporation yang memiliki banyak cabang dalam segala bisnis dan mami Aprian seorang guru di SMA Mahendra IHS.

Mahendra Corporation mendirikan lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA, serta UNIVERSITAS MAHENDRA yang selalu menjadi favorit dikalangan masyarakat kelas tengah ke atas. Jarang sekali masyarakat dari kalangan kelas bawah bisa masuk ke sini karena biayanya yang terlalu mahal.

Walaupun Aprian anak pemilik sekolah ini namun Aprian tak pernah menjadikan kekuasaannya untuk membully siswa lain seperti yang diceritakan oleh sebagian novel karena menurutnya 'hanya pengecut yang membully orang lain.'

Aprian memang tidak membully namun sangat disegani oleh para siswa/i karena mereka takut jika sedikit saja membuat kesalahan pada Aprian bisa saja mereka akan langsung dikeluarkan dari sekolah ini.

Geng Osis kini sudah duduk tepat di sebelah meja Zarina, Hana dan Diki.

“Hamza ... itu bukannya si Miss Bread?” Fadil menyadari bahwa di samping mejanya ada Zarina.

“Iya gue tau ... makanya gue ajakin kalian ke sini,” jawab Hamza yang pandangannya sudah tertuju pada Zarina.

“Si Tari mau lo kemanain?” celetuk Eza.

“Tari gue lepaslah. Bro ... Tari emang gold tapi Zarina itu ibaratnya diamond. Jadi,kalau lo dikasih pilihan antar gold sama diamond udah pasti pilih diamond kan,” kata Hamza yang diangguki Fadil.

“kalau Zarina diamond itu artinya dia gak selevel disandingin sama Tari yang sasimo (sana sini mao),” celetuk Eza lagi.

“Yailah Za ... tuh mulut pedes amat.” Hamza melirik Eza yang duduk di samping kirinya.

“Gausah macem-macem karna Zarina masih punya urusan sama gue,” ujar Aprian tiba-tiba. Sontak membuat ke-tiga temannya langsung meliriknya.

“Wait! ... maksud lo urusan apa ni bos? Jangan-jangan lo suk–”

“Tadi pagi dia nabrak mobil gue, belakangnya ancur.” Aprian langsung menyergah ucapan Fadil. Lalu menatap Fadil dengan tatapan cutter pennya.

“Pulang sekolah bawa aja mobil lo ke bengkel gue. Biar gue yang urus semuanya,” ujar Eza yang direspon anggukan kecil oleh Aprian.

“Mobil ... bentar. Jangan bilang mobil baru lo bos?” tanya Hamza. Kemudian Aprian kembali mengangguk.

Ibu kantin datang dengan makanan yang biasa di pesan oleh Geng Osis. Walaupun mereka belum memesan apapun tapi ibu kantin sudah hapal dengan pesanan mereka.

Saat Geng Osis baru mulai dengan makanannya. Berbeda dengan Zarina, Hana dan Diki yang sudah menghabiskan makanan mereka.

“Ini cuma perasaan aku aja atau mereka dari tadi emang liatin ke arah Zarina terus sih?” tanya Hana.

“Cuma perasaan kamu aja kali ... aku gak ngerasa tuh,” jawab Zarina dengan wajah datarnya.

“Bukannya gak ngerasa, emang kamu nya aja yang gak peka,” cibir Hana.

“Aku juga ngerasa gitu Han. Kayaknya emang iya.” Diki setuju dengan pendapat Hana.

“Tapi kalau diperhatiin wakil ketos ganteng juga.” Pandangan Hana kini tertuju pada Fadil.

“Wakil ketos ... maksud kamu kak Fadil?” tanya Diki sambil menyenggol lengan Hana.

“Oh ... jadi namanya kak Fadil, namanya ganteng sesuai sama orangnya.” Hana tersenyum sambil mengigit bibir bawahnya. Zarina hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya karena penyakit lama sahabatnya kini kembali kambuh.

“Han. Jangan bilang kamu masuk ke Osis karena wakil ketosnya?” tanya Zarina.

“Yaa kurang lebih begitu. Zar, kalau ada kesempatan itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin,” cerocos Hana. “Diki. Kamu kenal nama mereka semua?” Hana menunjuk Geng Osis.

“Yang sebelah kiri kak Hamza, sampingnya kak Eza, sebelah kanan kak Fadil, tapi aku gak kenal yang di samping kak Fadil siapa.” Diki menjelaskan satu persatu.

“Kak Aprian,” jawab Zarina.

“Kamu kenal kak Aprian?” tanya Diki karena Zarina sudah tau nama Aprian lebih dulu.

“Ya– karena tadi pagi gak sengaja nabrak mobilnya,” jawab Zarina dengan wajah datarnya.

“Oh yah?” Diki sedikit terkejut mendapati jawaban dari Zarina.

“Sebenernya yang nabrak itu aku. Tapi Zarina yang dimarahin kak Aprian,” jelas Hana ke Diki.

Zarina pasti gantiin kesalahan Hana lagi, _ Diki

“Kamu dimarahin sama kak Aprian, Zar?” tanya Diki.

“Kak Aprian gak marah dia cuma minta ganti biaya perbaikan mobilnya aja,” jawab Zarina.

“Kalau gitu biar aku aja yang bawa mobil kak Aprian ke bengkel.” Diki menawarkan bantuannya pada Zarina.

“Thank you, Dik ... tapi gausah.” Zarina menolak secara halus tawaran dari Diki.

“Iya Dik gausah. Nanti malah ngerepotin kamu,” timpal Hana.

“Aku gak ngerasa direpotin, kan aku juga sekarang temen kalian,” respon Diki.

“Diki. kalau kamu gak ngerasa direpotin gimana kalau kamu yang bayarin pesanan kita hari ini?” kata Hana yang tidak mau membuang kesempatan emas.

“Oke ... dengan senang hati.” Diki langsung berdiri untuk bayar pesanan mereka bertiga.

“Daebak (daebak \= keren, bahasa gaul Korea Selatan). Ini baru teman yang baik hati,” kata Hana setelah melihat Diki sudah jauh.

“Kalau dia terpaksa gimana?”

“Ya– paling dia gak mau temenan sama kita lagi, Zar.”

***

Pukul 15.15 bel pulang berbunyi semua siswa/i pun langsung membereskan bukunya masing-masing. Begitu juga dengan rakyat kelas X IPA F yang satu persatu meninggalkan kelasnya.

“Zarina, Hana ... kalian mau langsung pulang?” tanya Diki yang kini sudah di depan meja mereka.

“Iya. Kalau kamu Dik?” tanya balik Hana.

“Aku gak langsung pulang, mau daftar anggota Pramuka dulu,” jawab Diki.

“Pramuka ... kamu mau ikut perkemahan bulan depan?” kini Zarina yang bertanya.

“Ya– rencananya gitu. Semoga aja aku bisa kepilih,” jawab Diki.

“Yauda kalau gitu kita duluan. Diki ... kamu semangat oke.” Hana memberikan support pada teman barunya.

“Thank you ... kalian juga hati-hati di jalan. Jangan sampai nabrak lagi,” kata Diki dibalas tatapan tajam dari Hana. Berbeda dengan Zarina yang sudah tertawa kecil.

Terpopuler

Comments

yailah sad amat Thor udah ada yg meninggal aja 🙄

2022-12-03

2

Miss Indri guru Inggris di sekolah ku, jadi kangen ;/

2022-12-03

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!