Bab 4 : X IPA F

Di dalam kelas X IPA F

“Selamat pagi teman-teman,” ucap seorang guru perempuan yang cantik.

“Pagi Miss,” respon serentak para murid.

“Oke ... untuk teman-teman yang berada di dalam ruang kelas ini Miss ucapkan selamat datang di Mahendra International High School dan selamat bergabung di kelas X IPA F dengan wali kelasnya saya Miss Indriyani. Semoga 1 tahun ke depan teman-teman semua dapat bekerja sama dengan baik bersama Miss.”

“Teman-teman semua pasti sudah tau dong ada pribahasa 'tak kenal maka tak sayang' jadi Miss mau teman-teman untuk perkenalkan nama, hobi atau yang lainnya. So, hari pertama ini kita manfaatkan untuk kalian beradaptasi dengan teman baru, lingkungan baru, yang mungkin sangat berbeda dengan sekolah kalian yang sebelumnya oke?”

“Baik Miss,” jawab serentak para murid.

***

Tepat pukul 10.00 bel istirahat pertama pun berbunyi, para siswa/i diberikan waktu selama 15 menit.

“Zar, Han ... kantin yuk,” ajak Diki yang kini sudah berada di meja mereka.

“Sorry Diki, aku sama Zarina mau sholat Dhuha dulu. Paling istirahat kedua kita baru ke kantin,” ucap Hana yang dibalas anggukan kecil dari Zarina.

“Oh oke. Kalau gitu aku ke perpus dulu sambil nunggu kalian selesai sholat.”

“Kamu gak mau ikut kita sholat?” Hana bertanya dengan muka polosnya.

“Aku gak bisa ikut kalian Han, karena aku bukan muslim.” Diki menjawab sambil tersenyum dengan mata sipitnya yang hanya terlihat seperti sebuah garis.

“M–maaf Dik, aku gak tau.”

“Gapapa Han, santai aja.”

“Yauda kalau gitu kita duluan. Ayo Han,” kata Zarina sambil berjalan keluar kelas lalu disusul oleh Hana.

“Oh– oke,” jawab Diki.

Diki masih terdiam sambil terus melihat Zarina dan Hana yang semakin menjauh dari kelas mereka.

Zarina kenapa ya diem aja? Apa dia gasuka setelah tau kalau aku bukan muslim seperti mereka, _batin Diki dengan wajah yang sudah berubah menjadi muram.

“Diki,” panggil seseorang dari belakang yang membuat Diki sadar dari lamunannya.

“Eh Tom,” sapa Diki.

“Lo kenapa bro? gue liatin bengong aja setelah ngobrol sama Zarina dan Hana,” tanya Tomy yang ternyata memperhatikan mereka bertiga.

“Tom. Lo kenal mereka?”

“Gue satu SMP tapi beda kelas jadi sedikit-dikit gue kenal mereka. Terus lo kenapa bengong aja ada masalah?”

“Gue bingung kenapa Zarina diem aja setelah tau kalau gue bukan muslim. Apa dia gak suka ya?” tanya Diki.

“Setau gue Zarina bukan tipe orang yang gak suka sama perbedaan orang lain. Kalau gak salah waktu SD Zarina dan Hana punya temen yang agamanya beda, tapi mereka bertiga masih tetep sahabatan.”

“Terus sahabatnya itu kemana? Ko gak satu sekolahan lagi,” tanya Diki.

“Dia udah meninggal.”

***

Setelah sholat Dhuha Zarina dan Hana kembali ke kelas mereka dengan Hana yang berjalan sambil melamun.

“Hana ...” panggil Zarina lembut sambil memegang pundak sahabatnya. “Kamu kenapa?” tanya Zarina, ia sadar bahwa sahabatnya itu pasti sedang memikirkan sesuatu.

“Aku lagi ngebayangin kalau Raifa masih hidup pasti sekarang kita lagi bertiga. Ke sekolah bertiga dan kemanapun pasti selalu bertiga kan?”

“Pasti. Kita akan selalu bertiga. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, mau ada ataupun gak ada lagi Raifa di dunia ini persahabatan Zarina' Hana' Raifa itu selalu bertiga dan selamanya,” ucap Zarina sambil memegang tangan sahabatnya Hana.

“Zar. Gimana kalau pulang sekolah kita ke makam Raifa?” ajak Hana.

“Boleh ... udah seminggu kita belum datang lagi ke sana. Tapi kamu harus telpon pak Mahmud dulu.” Zarina mengiyakan ajakan Hana.

“Zarina Qarira buat apa nelpon pak Mahmud? Buat supirin kita? Kan ada aku ya–”

“Gak inget tadi pagi?” Zarina langsung memotong ucapan Hana.

“Oh iya ... tapi tenang Zar aku udah punya ide yang cemerlang,” kata Hana sambil menaikkan satu alisnya.

“Perasaan aku udah mulai gak enak nih.” Zarina memperlihatkan muka datarnya dan direspon Hana dengan senyum yang memperlihatkan giginya.

***

Di dalam kelas X IPA F terlihat Zarina dan Hana serta siswa/i yang lain tengah memperhatikan pak Maman yang sedang menyampaikan pelajaran. Suasana kelas pun menjadi tentram dan kembali riuh ketika bel istirahat kedua berbunyi.

“Baik anak-anak, pelajarannya kita sudahi sampai disini karena bel kemenangan sudah berbunyi begitu juga dengan perut kalian yang ikut berbunyi. Terima kasih sudah mengikuti pelajaran bapak dengan tertib dan selamat istirahat,” ucap Pak Maman.

“Terima kasih Pak,” ucap murid serentak direspon dengan anggukan kepala oleh pak Maman lalu berdiri untuk meninggalkan kelas.

“Han. Ayo kita Zuhur'an dulu baru ke kantin,” ajak Zarina.

“Kayaknya tamu bulanan aku dateng deh, Zar. Aku mau ke toilet dulu.”

“Mau aku antar?”

“Gak usah aku sendirian aja. Kamu langsung ke masjid nanti kita ketemu di kantin oke.”

“Oh yauda ... kalau gitu aku duluan,” kata Zarina sambil berjalan meninggalkan Hana yang masih duduk.

“Zarina mau kemana Han?” tanya Diki yang kini sudah duduk berhadapan dengan Hana.

“Sholat Zuhur,” jawab Hana.

“Kamu engga?”

“Lagi dateng tamu bulanan. Aku ke toilet dulu ya, Dik.” Hana bangun dari duduknya lalu berjalan meninggalkan Diki.

“Hana tunggu,” kata Diki membuat Hana memutar badannya.

“Tunggu di sini sebentar jangan kemana-mana.” Diki pergi ke tempat duduknya untuk mengambil sesuatu dan kembali ke Hana.

“Pakai ini untuk tutupin rok belakang kamu.” Diki memberikan jaketnya agar Hana bisa menutupi roknya yang tembus karena tamu bulanannya.

Hana yang baru sadar jika roknya tembus langsung mengambil jaket yang dipinjamkan Diki.

“Thank you Diki udah pinjemin jaket kamu,” ucap Hana sambil menutupi roknya dengan jaket.

“Iya sama-sama. Kamu mau ke toilet kan? Yauda bareng aja aku juga mau ke toilet,” ajak Diki dibalas dengan anggukan kepala oleh Hana.

Pada jam istirahat kedua ini para siswa/i diberikan waktu selama 60 menit untuk melaksanakan sholat Zuhur, makan siang, atau memanfaatkan seluruh fasilitas yang sudah disediakan oleh pihak sekolah.

***

Zarina keluar dari masjid setelah sholat Zuhur, ketika sedang memakai sepatunya tiba-tiba ada yang duduk di sampingnya.

“Udah sholatnya?” tanya orang itu yang membuat Zarina memutar kepalanya.

“Udah kak,” jawab Zarina singkat. Lalu kembali fokus pada sepatunya.

“Kamu kenal saya?” tanya orang itu sambil menaikkan alis kanannya.

“Ketua Osis.” Zarina bangun setelah memakai sepatunya.

“Maksudnya tuh nama saya.” Ketos pun ikut berdiri.

“Aku gak tau nama kakak dan gak pengen tau juga. Aku permisi kak.” Zarina berjalan meninggalkan Ketos.

“Hey tunggu,” panggil Ketos namun Zarina tak menghiraukannya, Zarina masih terus berjalan dan Ketos pun mengikutinya. “Kamu mau kemana?”

“Kantin.”

“Tapi jalan ke kantin bukan ke sana,” kata Ketos yang berhasil membuat Zarina menghentikan langkahnya.

“Lalu jalan yang benar kemana?” tanya Zarina sambil menatap netra Ketos.

“K–ke ... sana.” Ketos asal menunjuk arah karena salting ditatap oleh Zarina.

Ketika Ketos menatap mata Zarina, dia kembali mengingat kejadian MPLS beberapa hari yang lalu.

“Kak. Aku mau ke kantin bukan ke UKS,” kata Zarina sambil mengangkat kertas denah sebatas telinga yang ada di tangannya.

Zarina sudah hapal letak sekolahan ini berkat selembar kertas denah yang ia temukan di masjid pada saat sholat Zuhur tadi.

Terpopuler

Comments

linda sagita

linda sagita

tetap semangat💪

2022-12-13

1

golddiamond

golddiamond

aku cicil dulu ya....jangan lupa mampir di novel aku kak...

2022-12-08

1

Diki kang stalker nih😏

2022-12-02

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!