Setelah Erika memastikan bahwa ruangannya aman, dan tidak ada yang mendengarkan pembicaraan mereka, ia kembali mendekati Carlos yang duduk termangu menatap ke satu titik.
Tanpa basa-basi, Erika langsung bertanya kepada Carlos, "Bagaimana? Apakah kau bersedia menikahi aku? Aku ingin kita membuat satu kesepakatan tentang pernikahan. Pernikahan yang kau tawarkan kepada ku kemaren siang!"
Sontak pertanyaan Erika membuat Carlos tertawa terbahak-bahak, karena merasa gadis berhijab itu tengah bercanda dengannya. Dia menggelengkan kepalanya, kemudian menatap iris mata indah milik Erika.
Berkali-kali Carlos memainkan bibirnya, tampak seperti salah tingkah, dan lagi-lagi tertawa sambil menatap iris mata teduh seorang gadis muslimah yang sangat berbeda ...
"Wowh, apakah kau memintaku untuk menjadi suamimu, Nona? Berapa usia mu, dan apa yang kau harapkan menikah dengan ku. Kau seorang muslimah, dan aku hmm eee ... Ya ampun, apa kau sengaja membuat aku seperti orang bodoh saat ini hmm?"
Bersusah payah Erika menelan ludahnya, entah mengapa perasaannya sedikit gelisah, dan ada perasaan malu ketika mendengar pertanyaan Carlos.
Kembali Carlos bertanya dengan suara pelan, dengan nada lembut, "Siapa namamu? Apakah kau siap untuk menjadi istri seorang narapidana seperti ku? Didalam penjara, bahkan kita tidak akan pernah melakukan apapun! Jangan bercanda, karena aku tidak akan pernah mengikuti keyakinan mu, Nona!"
"Aku Erika, usia ku 24 tahun, dan aku bersedia membantu mu! Tapi sesuai permintaan mu, kita harus menikah! Itu syaratnya! Bagaimana!?"
Carlos yang awalnya mengejek, bahkan menertawakan gadis itu, kembali menatap manik mata indah yang menatapnya dengan sangat serius, hanya untuk meyakinkan dirinya sendiri, atas ucapan wanita yang masih berdiri di hadapannya.
"Are you sure? Hmm apa kau yakin akan membantu ku!? Dengan hmm, dengan kita menikah?"
Entah mengapa, setiap kali tatapan mata kedua-nya bertemu, seketika itu pula ada kegelisahan yang aneh dalam hati Carlos juga Erika. Berkali-kali pria plontos itu menggerakkan lehernya, hanya untuk memastikan bahwa apa yang ia dengar saat ini, merupakan satu kenyataan, bukan pemberi harapan palsu untuk kebebasannya, seperti pengacara yang lain.
Etika mengambil gunting, membuka kabel tee yang mengikat kedua tangan Carlos, agar pria itu merasa bebas, dan leluasa. Namun pikiran Erika, tidak sama apa yang ada dalam benak pria plontos tersebut.
Carlos memilih berdiri dihadapan Erika, tanpa mau ada jarak di antara mereka berdua. Membuat Erika tampak salah tingkah karena tatapan mata tajam seorang pria yang selama ini tidak pernah ia dapatkan dari laki-laki manapun.
Erika menelan ludahnya berkali-kali, mengalihkan pandangannya kearah lain hanya untuk menghindari tatapan iris mata elang, yang tampak kebiruan.
"Hmm maaf, aku tidak ingin kita melakukan zina. Karena itu dilarang dalam agama ku. Jauhkan tubuh mu, karena aku sangat sulit untuk menarik nafas ...!"
Tanpa pikir panjang, Carlos langsung meraih pinggang Erika, agar tidak ada celah atau jarak antara mereka, membuat gadis muslimah itu semakin mematung kaku, sehingga semakin sulit untuk bergerak bahkan menghirup udara.
"Le-le-lepashh ..." Erika menggeleng, mendorong dada bidang Carlos, yang ternyata langsung memeluk tubuh rampingnya.
Sontak Erika memberontak, dari tubuh pria yang merupakan narapidana tersebut, "Agh, apa kau gila? Aku tidak ingin melakukan hal ini, lepaskan aku!"
Carlos memejamkan matanya, hanya mengusap lembut punggung gadis yang akan menolongnya, dengan berkata lembut, "Tolong jangan melawan. Aku hanya ingin merasakan ketenangan dalam memeluk tubuh wanita, yang sudah lama tidak aku dapatkan ..."
Erika terdiam, seketika jantungnya terasa seperti berhenti berdetak, karena kata-kata Carlos mampu memberikan ketenangan, serta dekapan yang hangat, dalam situasi yang tidak kondusif.
Cukup lama mereka tidak saling menjauh, bahkan Erika mencoba menerima pelukan pria plontos tersebut. Walaupun Erika sama sekali tidak membalas pelukan itu. Dia hanya diam, memberi ruang pada Carlos untuk menenangkan hatinya.
Carlos merasakan satu kedamaian, saat berada dalam dekapan seorang gadis cantik muslimah, yang telah sudi untuk menikah dengannya. Perlahan ia melepaskan dekapan dari tubuh Erika, dan langsung kembali ke tempat duduknya.
Lagi-lagi Carlos menatap iris mata Erika yang teduh, kemudian berkata, "Hmm terimakasih kamu mau percaya pada ku. Karena selama aku berada dalam tahanan, persidangan, bahkan hingga tiba di penjara yang sangat menjijikkan ini, tidak ada seorangpun percaya pada ku! Jadi apa yang harus kita bicarakan, tentang pernikahan ini. Sekali lagi aku tegaskan, aku tidak akan mengikuti keyakinan mu, Nona!"
Erika tersenyum tipis, walau sesungguhnya ia tidak menyukai pernikahan ini, namun kali ini harus ia lakukan demi menyelamatkan Bagnaya dari hukuman Tuhan, bahkan dari segala ancaman Landong nantinya.
"Aku harap Carlos tidak mengetahui siapa Daddy. Ta-ta-tapi bagaimana mungkin aku akan menikah dengan pria ini, tanpa izin dari Daddy ...? Hmm, aku yakin jika pria ini tahu siapa diriku, dia pasti akan menyeret ku di dalam sel tahanan bersamanya, dan akan merobek-robek tubuh ku ...!"
Erika berkali-kali menelan salivanya, karena ada perasaan takut dalam hatinya. Keraguan, bahkan sangat menakutkan. Tapi dia tidak ada pilihan lain, ia harus melakukannya demi menyelamatkan sang daddy dari dosa besar atas yang di lakukan Bagnaya.
"Tidak ada pilihan lain. Aku harus bicara dengan Daddy malam ini! Karena aku tidak ingin terjadi sesuatu pada Daddy. Aku sangat menyayangi dia, dan aku tidak mau Daddy kehilangan nyawanya, hanya karena uang yang di tawarkan oleh Landong ..." Erika terus bergumam dalam hati. Tanpa ia sadari, Carlos masih menatap kearahnya.
Terdengar suara bariton dari Carlos mengejutkan lamunannya, "Hei Nona! Apa yang kamu pikirkan? Apakah kamu baik-baik saja? Jika benar kita akan menikah, kapan waktunya. Dan apa yang harus aku lakukan! Jangan terlalu lama mengurungku di sini, karena aku tidak ingin melihat calon istri ku yang selalu menutupi aurat, tanpa memperlihatkan tubuh indah mu! Hmm tapi aku tidak akan menyentuh mu! Tenang saja ..." tawanya menggoda gadis yang masih berdiri di hadapannya.
Sejenak Erika tersadar, bahwa semua yang akan ia rencanakan, belum di uraikan secara detail selayaknya wanita itu bicara dengan Cardo. Ia hanya termangu menatap wajah Carlos, hanya untuk meyakinkan dirinya tentang keputusan pernikahan mereka.
"Eee ..." Erika meraih kursi kebanggaannya, memilih duduk, kemudian mengembangkan site plan, diatas meja ruangan. Kembali ia bertanya kepada Carlos, "Apakah hmm eee ..." Lagi-lagi ia menepuk pertanyaan yang akan ia lontarkan.
Carlos yang melihat site plan di atas meja kerja gadis muslimah tersebut, hanya menautkan kedua alisnya, kemudian kembali menatap kearah Erika ...
"Apa ini? Apakah kau memintaku untuk mempelajari semua sisi rumah tahanan yang memiliki luas 23 hektar ini? Aku pikir kau wanita yang cerdas, ternyata kau hanya wanita bodoh, Nona! Sudahlah, lebih baik aku pergi ke sel. Dari pada harus mengikuti semua perintah mu, yang hanya bisa bicara satu-satu kata. Kau membuatku semakin gila dalam berfikir!" sesalnya memilih berdiri, namun Erika menahan Carlos agar kembali duduk di kursi yang berada di hadapannya.
Erika mencoba untuk memberi penjelasan, "Bu-bu-bukan begitu maksud ku! Aku akan memberikan mu waktu keluar dari tahanan, selama enam jam, dari jam 22. 00 hingga pukul 04.00 dini hari! Kamu harus pulang, sebelum pukul yang telah aku tetapkan. Dan kamu jangan pernah macam-macam di luar sana, selain menyeret semua orang yang menyakiti keluarga mu, termasuk Landong! Karena eee, dengan status pernikahan kita, dan aku sebagai istrimu akan menunggu! Jika kau tidak kembali, atau melarikan diri dari La Costra! Aku yang akan menembak mati kepala mu! Apa kau mengerti, Tuan Carlos!?"
Carlos mendecih, kembali menatap tajam kearah Erika dengan menggelengkan kepalanya ...
"Hmm apa yang akan kau lakukan, jika aku meninggalkan kota ini? Apakah kau memiliki seorang interpol untuk mencari keberadaan ku hmm?" tawanya mengejek ide gila Erika, yang ternyata sangat membahayakan baginya.
Erika menyela ucapan Carlos, "Ta-ta-tapi kita akan menikah, dan kamu suamiku. Tidak mungkin kamu akan meninggalkan aku, hanya untuk pergi begitu saja! Kamu pasti memiliki tanggung jawab pada ku sebagai seorang suami!" tegasnya.
Carlos mengangguk membenarkan, "Tapi apa kau tidak memikirkan bagaimana jika aku ditangkap oleh polisi militer, bahkan helder dari Landong! Dan mereka pasti akan membekukan aku, sehingga aku tidak dapat kembali untuk melihat bagaimana istri ku didalam sini menunggu kepulangan ku! Kau terlalu lucu, Nona. Bahkan kau tidak memikirkan aku di luar sana. Aku bukan takut, tapi aku harus mengatur beberapa strategi untuk meyakinkan bahwa aku akan kembali dengan selamat! Aku minta, carikan satu pengawal untuk ku, jika kau tidak ingin menjadi janda di usia muda! Aku permisi!"
Erika terdiam, ternyata tidak semudah itu untuk mengeluarkan seorang narapidana. Tanpa harus memikirkan keselamatannya.
"Hmm bagaimana jika dia mati di luar sana! Aku benar-benar harus meminta pada Cardo, serta pengacara Daddy ..." geramnya, saat melihat punggung Carlos meninggalkan ruangannya, di sambut dua sipir telah menunggu pria plontos tersebut di depan pintu ruangan Erika.
"Lepaskan aku! Aku bisa jalan sendiri, bangsat!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Tari Gan
Carlos Tevez emang layak di keluarkan dari penjara karena dia tidak bersalah
2022-11-19
1
Chm1327
ternyata Erika pengen banget Carlos terlepas dari penjara 🙄🤧
2022-11-18
1