Dendam kesumat

Pagi menjelang, suasana sangat sejuk, karena Erika berangkat menuju rumah tahanan lebih pagi. Setelah melakukan kewajibannya sebagai seorang wanita muslimah, ia sengaja berjalan kaki menuju tempat ia bekerja, tanpa berpamitan dengan Bagnaya.

Bagi Erika, dia tidak menyukai kebohongan. Apalagi menyalahgunakan kekuasaan hanya untuk menghakimi orang lemah seperti Carlos Tevez.

Erika masuk ke rumah tahanan yang terkenal angker tersebut, setelah menjalani pemeriksaan seperti biasa.

"Assalamualaikum Erika ...!" bisik pria bertubuh tegap, yang selalu di sapa Cardo oleh gadis berhijab itu.

Erika menoleh kearah Cardo, menarik tangan pemuda itu agar mau mengikutinya ke ruangan kerja yang berada di lantai bawah tanah.

Dengan cepat Erika meletakkan tas ransel yang selalu ia bawa di atas meja, menyalakan pengendapan suara agar tidak menggema ke luar ruangan.

Erika meraih site plan, mengembangkan kertas besar itu diatas meja kerjanya.

"Kau harus membantu ku!"

Cardo yang tidak mengerti apa maksud dari ucapan Erika, hanya bisa termangu dengan memangku tangannya, sambil menautkan kedua alisnya.

"Maksud mu?"

"Ya, kau harus membantu ku, untuk memberi jalan kepada Carlos Tevez keluar dari rumah tahanan ini setiap pukul 22.00 selama tiga bulan. Dia harus menyelesaikan semua tanggung jawabnya di luar sana, sebelum hukuman mati itu ia terima! Aku yakin Carlos mampu melakukannya, untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah!"

Mendengar penuturan Erika yang tidak masuk akal bagi Cardo membuat dia menggeleng tanda tidak setuju, dengan berkata, "Apa kau sudah gila! Apa yang akan di lakukannya di luar sana! Ini kerja sia-sia Erika! Ada hubungan apa kau sama dia, sampai-sampai kau mau melakukan sesuatu yang tidak masuk akal! Ini tidak benar, kau akan mendapatkan masalah besar!"

Erika terdiam, dia mengalihkan pandangannya kearah lain, dengan bibir bergetar hebat.

"Daddy telah melakukan kesalahan dalam memberi satu keputusan, Cardo! Aku tidak mau Daddy melakukan dosa! Aku tahu ini sangat berbahaya, tapi lebih bahaya jika kita memberikan hukuman pada orang yang tidak bersalah. Kau sahabat ku! Aku mohon, aku tidak bisa melakukannya sendiri! Dan aku ... Aku ... Aku akan menikahi Carlos Tevez di sini! Aku mohon Cardo! Bantu aku!!" tangisnya pecah seketika, membuat Cardo sedikit kebingungan. 

"Ta-ta-tapi kita tidak bisa melakukannya Erika! Bagaimana jika sipir lain mengetahuinya, dan kita akan dalam masalah besar!" tegasnya.

Erika menggeram bahkan berbicara lebih dekat dengan Cardo, seraya memohon, "Dengar, ini semua demi Daddy! Bukan demi Carlos! Aku tidak peduli dengan hukuman, karena aku sebagai anak, harus melindungi orangtuaku dari ancaman di luar sana. Jika aku yang melakukannya sendiri, tidak mungkin Cardo! Aku tidak ingin mati sia-sia! Biar Carlos yang melakukannya, untuk menyeret Landong yang menggantikan hukumannya!"

Cardo bertanya sambil menelan ludahnya sendiri, "Te-te-ter-terus, kenapa kamu ingin menikahi pria itu, Erika!?"

Erika menghela nafas berat, "Dia yang ingin menikah dengan ku! Sebagai bayaran, dan kepercayaan ku padanya. Agar dia kembali tepat pukul 04.00, tepat waktu. Ta-ta-tapi aku belum membahas semua ini dengannya. Karena aku ingin kau yang membantu ku, jika aku kembali ke rumah!"

Cardo hanya bisa terdiam, tanpa mau mendengar penjelasan Erika lagi. Apapun alasan gadis itu, dalam benaknya ini merupakan satu ancaman bagi Keluarga Erika.

Perlahan Cardo mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di ruangan Erika, sambil memijat pelan pelipisnya. Dia memikirkan bagaimana jika sipir penjara yang lain, mengetahui tentang semua ini.

"Apa yang terlibat dalam pembebasan Carlos Tevez hanya kita berdua? Bagaimana jika pihak sipir yang lain mengetahui tentang kebebasan nya di saat malam hari? Aku sudah mendapatkan pintu rahasia yang ada di sebelah utara," tunjuknya pada site plan yang masih mengembang lebar di meja kerja Erika.

Erika masih terus berpikir, dia berjalan mondar-mandir di ruangannya, sambil memikirkan siapa yang akan dilibatkan nya, untuk membebaskan Carlos, sesuai rencananya.

"Hmm, bagaimana dengan wanita paruh baya yang memasak di dapur umum? Ibu itu selalu melewati pintu masuk arah utara jika subuh. Dan aku pernah berselisih dengannya, ketika akan memasuki gerbang utama. Jika kau setuju, aku akan menemuinya. Dan membawa Carlos ke ruangan ini. Aku tidak ingin satu orangpun mengetahui tentang semua rencana kita!" 

Mendengar penuturan Erika, Cardo menautkan kedua alisnya, mengangguk namun lagi-lagi menggelengkan kepalanya, "Apa kau yakin dengan wanita paruh baya itu? Bukan kah dia hmm, keluarga dari Tuan Landong!?"

"Apa! Keluarga!?"

Mendengar pernyataan Cardo yang menyatakan bahwa wanita paruh baya tersebut keluarga dari Landong, membuat Erika kembali berfikir dengan keras.

Bagaimana mungkin dia akan membebaskan Carlos di saat malam hari, dan kembali ke rumah tahanan pukul 04.00 dini hari.

Erika menggelengkan kepalanya, kembali berfikir sejenak, "Tidak-tidak-tidak, tidak mungkin aku akan melakukannya sendiri Cardo! Apakah ada pintu rahasia di bagian selatan? Atau hmm eee, apakah kau bisa membantu ku untuk melakukan semua ini? Aku tidak ingin Daddy menjadi merasa bersalah dosa yang di buat oleh orangtuaku, karena kau tahu sendiri, bagaimana perasaan Daddy saat ini!"

Cardo hanya bisa menghela nafas panjang, mencoba bertanya untuk meyakinkan gadis cantik tersebut, "Sekali lagi aku bertanya pada mu, Erika. Apakah kamu yakin akan menikah dengan pria bengis itu, dia seorang narapidana, dan apakah Tuan Bagnaya akan setuju dengan keputusan mu?"

Tampak Erika terdiam, ia seperti salah tingkah, berkali-kali menelan ludahnya, dan hanya bisa tersenyum lirih, mengisyaratkan bahwa dirinya sendiri tidak yakin akan keputusannya.

Erika menghayunkan tangan kanannya, agar Cardo meninggalkan ruangannya, "Ya sudah. Tinggalkan aku, nanti jika aku membutuhkan mu, aku akan memanggil mu!"

Cardo berlalu meninggalkan ruangan sahabat yang ia cintai dalam diam tersebut, ada sedikit kekhawatiran dihatinya tentang keputusan Erika akan menikah dengan Carlos Tevez.

"Agh, bukankah mereka berbeda ...? Apakah mereka benar-benar akan menikah dalam penjara ini ... Oogh Erika, are you stupid girl ...?" geramnya menggerutu sepanjang jalan di ruangan bawah tanah tersebut.

.

Di ruangan yang berbeda, Carlos tengah meregangkan otot-otot tubuhnya. Push up, berolahraga selayaknya seorang narapidana yang tidak memikirkan bagaimana caranya akan terbebas dari hukuman yang telah di putuskan kali ini.

Tidak ada kata-kata untuk melawan lagi, Carlos hanya menerima pasrah kenyataan hukum yang berlaku. Akan tetapi, kembali ia terkenang akan Keluarga Herald yang di habisi oleh Landong yang merupakan rival dalam bisnis keluarga itu.

Dendam, hanya dendam kesumat yang di miliki seorang Carlos, kepada Landong atas kematian Keluarga Herald yang sangat kejam, dan tidak menyisakan siapapun selain memberikan hukuman mati kepadanya.

Carlos menatap langit-langit jeruji besi, yang hanya berukuran dua kali satu tersebut, dengan penuh perasaan sakit dan bersalah.

"Aku mencintai mu, Latisa. Aku yang salah telah melakukan hal itu, hingga aku harus kehilangan keluarga ku ...!" kenangnya dalam kamar lembab tersebut.

Tak terasa air matanya mengalir dari sudut mata, akan tetapi Carlos harus di kejutkan dengan suara kunci pintu besi yang terbuka lebar, untuk mengeluarkannya dari kamar sempit itu.

Seorang sipir pria juga satu wanita, membalikkan tubuhnya agar bersandar ke dinding, kemudian mengikat kuat kedua tangannya menggunakan kabel tee, dengan sangat kuat ...

"Agh ..." ringisnya tanpa perlawanan, ketika merasakan kedua pergelangan tangan kekar itu sedikit perih.

Sipir pria itu hanya tertawa mengejek, dan mendekatkan wajahnya di wajah Carlos yang masih bersandar di dinding kamar dingin nan hanya diterangi lampu remang, tanpa cahaya yang berarti.

Tidak ada perlawanan, tidak ada pertikaian, Carlos mengikuti langkah sipir penjara menuju ruangan pengap di lantai bawah tanah, yang merupakan ruangan para sipir lainnya.

Tanpa pikir panjang, Carlos kembali di dudukkan paksa dihadapan gadis berhijab, yang selalu memberikannya kejutan selama dua hari ini.

"Sial! Apa maksud mu, membawa ku seperti ini, Nona! Apa tidak bisa kau berbuat sedikit lembut pada ku? Tidak menjadikan aku seperti binatang peliharaan mu!!" sesalnya mengalihkan pandangan kearah lain, dengan mendengus dingin.

Erika terdiam, dia hanya memberi isyarat pada dua sipir yang membawa Carlos, agar meninggalkan mereka berdua di ruangan tersebut.

Terpopuler

Comments

G-Dragon

G-Dragon

semangat update Thor 😘😍🌹🌹🌹🌹

2022-11-18

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!