Setelah cukup lama mereka berdua berbincang tentang semua permasalahan yang tengah dihadapi oleh Carlos, Erika justru membuka rantai besi itu dari pergelangan tangan pria plontos tersebut.
Erika tak sengaja, beradu tatap dengan Carlos, dan langsung menundukkan pandangannya. Entah mengapa jantung gadis itu, sedikit berdetak lebih kencang, karena mereka hanya berdua saja di dalam ruangan yang cukup pengap tersebut.
Sedikit menjauhkan tubuhnya dari Carlos, Erika kembali bertanya, "Hmm bagaimana dengan 40.000 butir pil laknat itu? Apakah kau merupakan salah satu mafia di luar sana?"
Carlos hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, jika mengingat semua kejadian itu.
"Hmm aku tidak pernah menyentuh apapun untuk semua hal-hal yang sangat membahayakan bagi tubuh ku! Tapi saat test urine dan darah, semua dinyatakan positif. Aku lelah Nona, aku sangat lelah dalam menghadapi semua persidangan yang tidak pernah ada habisnya dalam memojokkan aku. Aku lebih memilih untuk mengikuti semua permainan tua bangka itu, karena dia memang sengaja merekayasa semua kejadian. Aku harap, izinkan aku keluar dari sini dua minggu saja, untuk membalaskan dendam ku, Nona!"
Mendengar permohonan Carlos, Erika terdiam. Bagaimana mungkin gadis itu akan membantu pria plontos tersebut, untuk keluar dari rumah tahanan La Costra.
Perlahan Erika menggelengkan kepalanya, "Ti-ti-tidak, aku tidak mungkin melakukannya! Karena ini semua akan mengancam karir juga keluarga ku, yang menjadi orang pemerintahan San Moreno!"
Carlos mendecih menatap tajam kearah Erika, kemudian berkata, "Jadi mengapa kau ingin mengetahui apa kasus ku? Jika kau tidak bisa membantu ku! Lebih baik kau pergi, dan jangan pernah menemui aku! Ternyata kau sama saja dengan orang lain diluar sana, tidak ada yang percaya pada ku! Brengsek! Lebih baik kau masukkan aku kedalam penjara buangan yang ada di Amerika sana! Daripada aku harus membusuk di sini! Bahkan tidak ada seorangpun yang bisa mempercayai aku, Nona Sholehah!" sesalnya.
Erika terdiam, perlahan ia mengusap dadanya. Kini tidak ada pilihan, hari ini ia harus menemui pengacara keluarganya.
.
Benar saja, disaat malam menjelang. Di kediaman Bagnaya, Erika tengah berdebat panjang dengan sang ayah, yang merupakan hakim ketua yang memberi keputusan kepada Carlos tiga bulan yang lalu.
"Apa yang Daddy lakukan? Kenapa Daddy memutuskan orang yang tidak bersalah!" tegasnya pada Bagnaya.
Bagnaya terdiam, rahangnya mengeras, menatap nanar iris mata putri kesayangannya, Erika, "Apa maksudmu, Nak?"
Erika menggeleng, menjelaskan dengan nada lantang, "Daddy ingat Carlos Tevez? Pria muda yang Daddy jatuhkan hukuman mati, atas pembunuhan dan kepemilikan narkotika kelas dua? Ini enggak adil, Dad! Carlos tidak bersalah, tapi Daddy memberikan satu keputusan yang salah pada pemuda itu! Apa yang Daddy lakukan, apakah Daddy lupa pada sumpah pekerjaan kita? Kenapa Daddy melanggarnya!!"
"Erika! Ini semua harus Daddy lakukan, dan pemuda itu memang bersalah! Dia telah mengakui kesalahannya! Kamu kenapa malah memperdebatkan dia? Apa urusan dia dengan kita!" hardiknya pada Erika.
Erika menggeleng sebagai isyarat tidak setuju, "Berapa euro yang dijanjikan Landong kepada Daddy? Apa yang akan Daddy lakukan, jika Tuhan yang mengadili Daddy. Daddy salah, Daddy telah menghukum orang yang tidak bersalah. Aku kecewa sama Daddy, karena semua tuduhan itu tidak masuk akal. Bahkan di penjara, Carlos sangat baik! Dan dia bukan pelaku pembunuhan pada Keluarga Herald! Maaf Dad! Aku salah telah menganggap bahwa Daddy orang yang jujur dalam memutuskan sesuatu! Ternyata Daddy justru percaya dengan semua ucapan Landong! Aku kecewa sama Daddy! Sungguh kecewa!"
Hutang ... Ya, hanya karena hutang Herald pada Landong, membuat pria paruh baya itu menghabisi satu keluarga angkat Carlos tersebut, tanpa perasaan bersalah ataupun berdosa.
Lendong membentak Herald malam itu, membuat Ayah angkat dari Carlos Tevez bergidik ngeri, "Bayar hutang mu, Herald!"
Herald membalikkan badannya, menjawab pertanyaan dengan pertanyaan dengan menantang kedua bola mata Landong yang kembali menatap kearahnya, "Hutang!? Bukankah kita telah menukarnya, dengan kerja sama!?"
Dengan cepat Landong menepis ucapan Herald, "Cih, apakah dengan kerja sama, kau membiarkan anak angkat mu ini tidur dengan putri ku! Kau tahu, Latisa itu masih belia, dan tidak mungkin akan menikah dengan Carlos yang tak memiliki pekerjaan apapun! Dia hanya sebagai asisten mu dalam penyeludupan! Tidak memiliki harta, atau kekayaan untuk membahagiakan putri kesayangan ku! Kau tahu itu, Herald!!"
Entah mengapa kemarahan Herald seakan-akan meledak, karena penghinaan yang dilakukan pria tersebut, membuat di benar-benar melayangkan satu bogeman mentah ke wajah Landong ...
BHUG ...!
"Jaga ucapan kau, Landong! Aku tidak pernah ingin mendengar mu menghina anak-anak ku!" bentaknya.
Landong yang mendapatkan pukulan dari Herald kala itu, mendecih, kemudian membalaskan sakit hatinya dengan menghajar pria berusia 45 tahun tersebut.
Entahlah, malam itupun Carlos harus menerima kenyataan bahwa dirinya tidak mampu berbuat apa-apa, setelah pria paruh baya itu menoleh kearahnya, yang di tahan oleh dua pengawal berotot besi.
Sehingga tubuh Carlos tidak mampu untuk bertahan, setelah menerima pukulan tepat di ulu hatinya.
Landong berkata, "Jangan pernah kau berharap akan menikah dengan Latisa, karena dia putri kesayangan ku, laki-laki bodoh!" Ia menoleh kearah dua pengawalnya, kemudian memberikan perintah, "Lakukan sesuai perintah ku! Cepat!"
Tanpa menunggu lama, senjata api yang memiliki ukuran kecil dan tidak mengeluarkan suara itu, langsung menghujami timah panas di tubuh keluarga angkat Carlos. Tanpa perasaan kasihan sedikitpun, setelah mengikat ketiga anak, dan istri dari Herald di hadapan Carlos.
Air mata mengalir deras, membasahi wajahnya, membuat Carlos berteriak lantang, karena melihat anak bungsu Herald langsung meninggal bersimbah darah, dalam pangkuan sang Mama.
Berkali-kali Carlos berusaha, melepaskan diri, namun Landong tidak memberikan celah sedikitpun untuk melepaskan pria muda tersebut, karena perasaan bencinya terhadap pria yang telah menghamili putrinya tersebut.
Landong tertawa kecil, melihat Carlos yang terus mencaci-maki dirinya, seketika ...
"Kau tahu dengan siapa, kau berurusan anak muda! Kau tidak lebih dari seorang pecundang yang mengambil keuntungan dari kelemahan seorang wanita!" ucapnya sarkastik, sebelum senjata api itu ia alihkan ke tangan Carlos.
Pukulan yang bertubi-tubi harus Carlos terima, membuat dia hanya bisa pasrah menerima kenyataan yang sangat menyakitkan di malam tragis itu.
Bergegas Erika beranjak dari ruang keluarga, meninggalkan Bagnaya terdiam seorang diri. Bagaimana mungkin, putri kesayangannya akan mengetahui semua tentang keputusan yang dia lakukan beberapa waktu lalu.
"Erika! Erika, Daddy berjanji akan membantu Carlos Tevez untuk melaporkan ke mahkamah lebih tinggi!"
"Aagh! Aku tidak peduli lagi, Dad!! Yang pasti aku akan melakukan sendiri dengan cara ku!" tegasnya dengan membanting pintu kamar.
BRAK ...!
Bagnaya tersentak, mendengar bantingan pintu dari kamar Erika. Lagi-lagi ia hanya bisa menahan rasa sakit yang teramat sangat, karena terjebak dalam memutuskan satu keputusan, yang telah menjebaknya.
"Sial! Apa yang harus aku lakukan? Jika aku membantu pemuda itu, maka akan berdampak pada keselamatan ku, juga Erika ..." sesalnya, meremas kuat kepalanya.
Sementara Erika masih terus mencari informasi tentang Landong, yang ternyata mafia kelas atas di kota kecil itu. Dia menelan ludahnya, saat melihat wajah Latisa yang merupakan putri satu-satunya dari pria paruh baya tersebut.
"Hmm, ternyata pria ini termasuk orang terkaya di Italia. Pantas saja, tidak ada yang berani melawannya. Tapi mengapa dia justru memusuhi Carlos ...? Apa yang telah di lakukan pria itu pada Keluarga Landong? Apakah Landong juga hmm ..."
Dengan cepat tangannya mengetik nama Herald famili yang ternyata memiliki dua putri dan satu putra berusia lima tahun.
Kedua bola mata Erika membulat seketika, saat melihat dengan jelas kematian Keluarga Herald yang terjadi dini hari waktu San Moreno.
"Ya Tuhan, aku turut berduka cita, atas kematian keluarga ini secara tragis. Tapi Carlos Tevez dinyatakan sebagai pelakunya ..."
Kedua tangan Erika, menutup rapat mulutnya, kemudian mencari keberadaan site plan penjara La Costra tempat ia bekerja.
"Hmm, ini bisa untuk membantu pria itu keluar masuk dari penjara. Dan aku akan mengawasinya ...!"
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Dwi Kustanti
memang uang berkuasa bisa membeli memutar balikkan kenyataan...
2022-11-29
1
Tari Gan
akhirnya kembali lagi ke NT
2022-11-19
1
G-Dragon
Aku benar-benar menunggu karya ini. Akhirnya muncul karya luar biasa dari othor pemes ini ... semangat update Thor
aku tunggu kelanjutannya Carlos yang akan berjuang dengan Erika ... 😍😘
2022-11-18
4