Saat tanganku menjabat tangan Azel, tiba-tiba kami dikagetkan suara riuh dari pintu. Tangan kami terlepas. Dan aku merasa sedikit kehilangan. JANGAN TANYA KENAPA!
“NATHAN! KESINI, NAK!” Suara Tante Tetty, adiknya Mama, menggelegar di seluruh ruangan.
Nathan segera pamit dariku dan Azel. Dia dan Felis langsung dikerubungi oleh keluarga Tante Tetty. Mereka dipeluk, diberi selamat dan dicium.
Mama dan Papa segera memeluk dan menciumku, lalu berkata, "Mama sama Papa ikut kesana dulu ya, Sayang?"
Aku mengangguk. Mereka sudah terlalu mengerti bahwa aku tidak terlalu suka berkumpul dengan keluarga besar karena akan diinterogasi ini itu. Saat Papa dan Mama bergabung dengan kumpulan itu, suara Tante Tetty semakin menggelegar.
Tante Tetty dan keluarganya memang terkenal dengan kehebohannya. Suasana rumah langsung riuh karena kedatangan sepasang suami dan dua orang anak itu. Sepupu-sepupuku beberapa kali melambaikan tangan padaku. Tapi aku melihat Mila jalan mendekat ke arah kumpulan itu, jadi kuurungkan niatku. Kalau dengan anak Tante Tetty aku memang masih dekat, tapi dengan Mila beberapa tahun belakangan terlihat sangat bermasalah denganku. Sepertinya karena kami seumuran. Dia menikah muda, dan aku kata mereka "terlalu merintis karir", mereka tidak tahu saja!
Perbedaan kami yang sangat mencolok membuat kami sering dibanding-bandingkan. Mungkin karena itu Mila jadi tidak suka padaku. Memang benar terkadang standar masyarakat itu yang merusak hubungan orang-orang. Padahal dulunya kami baik-baik saja. Tidak akrab juga, tapi setidaknya tidak saling mencela seperti tadi.
Makanya, sekarang, aku memutuskan untuk tidak berkumpul dengan mereka semua. Jika nanti dipanggil saja...
“Gak gabung kesana?”
Azel mengalihkan perhatianku.
“Males.”
“Kenapa?”
“You know, lagi gak mood aja denger some heavy questions for almost-thirty-but-single woman.”
Azel tertawa kecil.
Ganteng amat, tolong.
Rasanya aku ingin membenturkan kepalaku ke tembok DENGAN KERAS SEKALI karena aku tahu Azel sudah menikah. Dan lagipula setauku istrinya Azel adalah seorang public figure, jadi aku tidak mau bermain-main dengan lambe turah dan netizen +62. Bisa-bisa aku tidak selamat dunia akhirat.
Tiba-tiba Laki datang menghampiriku, dia menggaruk-garuk kakiku, tanda dia ingin digendong.
“Namanya siapa, Nay?”
“Laki.”
“Well, nama yang cocok, since he’s very lucky to have a master like you.”
(*Karena dia beruntung banget bisa dapet tuan kayak kamu*.)
Aku tertawa, gugup.
Dia terdengar kayak lagi flirting tidak sih ke aku?
Atau aku cuma ke-GR-an saja?
Tolong hamba, Tuhan! Hamba hanya manusia lemah yang tidak luput dari pencobaan. Apalagi pencobaannya seganteng dan seseksi Azel.
“L-A-K-I, Zel.”
“Maksudnya?” Keningnya berkerut. Semakin membuatnya bertambah seksi. D*MN IT!
“Laki. Dari laki-laki. Bukan dari lucky."
Mata Azel terlihat menunjukkan kebingungan. Laki-laki ganteng itu bebas ya, mau sedang terlihat oon pun tetep saja menarik.
“Gue bosen ditanyain laki lo mana? Gue namain aja anjing gue laki. Jadi kalau pertanyaan itu datang lagi, gue bisa jawab, lagi di rumah.”
Azel tertawa, “Nice try, Nay.”
Lalu ada jeda sebentar. Aku memang tidak pernah terlalu dekat dengan teman-teman Nathan. Karena umur yang terpaut terlalu jauh, jadi kadang aku tidak nyambung ngobrol dengan mereka. Lagipula aku bingung memanggil apa. Kak? Tapi ya, abang sendiri saja langsung kupanggil nama, masa orang lain kupanggil kak. Terus, aku berpikir lagi, kalau mau manggil nama saja dengan teman-temannya Nathan kok rasanya jadi tidak sopan?
Bingung.
Untungnya saat kupanggil Azel aja, dia tidak terlihat keberatan.
“Kerja dimana sekarang, Nay?” Azel membuka topik.
“Kantor akuntan publik, Zel.”
“Oh ya? Big four? Atau second tier?”
Wah, tau banyak juga dia. Tapi kadang otakku memang tidak berfungsi, Azel kan dulu kuliah di jurusan accounting juga, seperti Nathan. Pasti sedikit banyak dia tau tentang profesi ku.
“Big four, Zel.”
“Wah, perasaanku gak enak nih. Yang ngaudit Ataya, bukan?”
“Loh? Kok tau?”
“Hahaha. Kecil banget ya dunia ini. Kantormu ngaudit kantorku, Nay.”
“APA!? Seriusan? Kamu di Ataya?”
Azel mengangguk.
“Gila. Aku lega banget, Zel. Baru hari ini, persis banget sebelum kesini, aku dapat kabar di-assign buat ngaudit Ataya mulai Senin depan. Eh sekarang ketemu kamu yang kerja disana. Gila, lega.”
“Oh ya? Bakal ketemu dong. Emang Ryan kemana, Nay?”
“Wah, udah kenal juga. Ryan resign, Zel. Tapi seriusan deh. Are you the accounting manager? Eh tapi setauku cewek deh. You are the finance controller?”
“Hahaha. Pokoknya sesekali kamu bakal berurusan sama aku, Nay. Ntar aja biar surprise.”
“So suspicious. Kalau kamu finance controller nya gila sih, aku bisa tenang banget. Gosipnya accounting managernya galak banget di Ataya, tolongin aku dong nanti, Zel.”
“Bisa-bisa. Aku bantu ngomong nanti.”
“Baiknya. Ya ampun, setengah bebanku hilang setelah punya orang dalem.”
“Orang dalem.” Azel terkekeh-kekeh mendengarku. Aku tersenyum.
“By the way, Senin bisa lunch bareng dong?”
“Hmm, belum tau sih. Soalnya aku ada meeting dulu paginya.”
Sebenarnya ini usahaku untuk menghindar dari Azel, paling nanti aku bohong bilang meetingnya belum kelar. Tidak enaklah makan siang bareng suami orang. Meskipun suami orang lain ini sangat menggoda. Tapi aku tidak sudi dicap sebagai pelakor. Seperti tidak ada laki-laki lain saja.
“Give me your whatsapp number.”
Azel mengeluarkan handphonenya.
Shiiit! Aku tidak bisa mengelak, kuketik nomor handphoneku dengan terpaksa. Aku berjanji pada langit dan bumi tidak akan membalas pesannya Senin nanti!
“Senin meeting sama siapa emang?” tanya Azel lagi setelah aku mengembalikan handphonenya.
“Sama CFO-nya. Kenal gak, Zel?”
“Kenal.”
“Kasih bocoran dong. Aku gak mau terlihat odong-odong banget nih waktu meeting.”
“Orangnya biasa aja kok. Kamu bisalah.”
“Masa sih?"
“Bisa-bisa.”
"Sebenarnya aku juga bakal cuma jadi tukimin sih. Tapi pengen aja sekali-sekali nimbrung."
"Tukimin?"
"Tukang bikin minutes."
Azel tertawa. Aku juga.
Nah, ini yang kumaksud perbedaan umur yang jauh. Tukimin saja Azel tidak tahu.
“NAYLA! Kesini sebentar, jangan sombong. Sekalian kenalin pacar baru kamu itu.”
Tante Tetty berteriak sangat kencang.
Aku terkejut setengah mati.
Tante, please, kalau pacarku seganteng ini. Malam ini gak mungkin aku masih ada di rumah orangtuaku. Pasti aku sudah..... *sensor* *sensor* *sensor*
Ingin kupukul saja rasanya kepalaku sendiri.
“Zel, aku kesana dulu ya.”
“Lunch at Monday? Deal?”
Aku tersenyum tipis, “Nanti aku kabarin.”
Aku meninggalkan Azel. Saatnya berlari dari masalah! Run, Nayla, run for your life!
“Jangan mengingini milik sesamamu manusia...” Aku merapalkan Kesepuluh Hukum Taurat itu berkali-kali. Juga saat berulang kali di malam ini, aku mendapati Azel menatapku. Apalagi saat menyadari diriku malah senang akan hal itu.
JANGAN MENGINGINI MILIK SESAMAMU MANUSIA, JANGAN MENGINGINI ISTRINYA ATAU HAMBANYA LAKI-LAKI, ATAU HAMBANYA PEREMPUAN...
.... but wait?
Suami orang boleh dong?
DUHHHHHH!
AMPUNI AKU, TUHAN!
NETIZEN INDONESIA TOLONG HUJAT SAJA SAYA!
***
IG Author : @ingrid.nadya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Cancer
😂😂😂😂
2023-05-04
0
Lina ciello
cfo ne yaw azel. itu. sendirilah
2021-12-26
0
mirin Mika
keren bnget ini crtanya.. sukaaaacra penyulisanya jg, enak di baca 😍
2021-12-23
0