"Kamu memang sok jual mahal Bi, padahal dalam hatimu sangat berharap kita bisa jalan berdua. cuma egomu itu terlalu tinggi untuk mengakuinya."
Arjuna ikut tersenyum karna merasa mengetahui kebenaran Bianca.
Bianca melengos saat tau Arjuna sedang menatapnya dengan serius.
"Yang fokus nyetirnya!" ucap Bianca mengingatkan.
"Makasi ya Bi, ternyata kamu masih perhatian sama aku."
"Kata siapa aku perhatian?"
"Tuh barusan kamu ingatkan agar aku fokus."
Bianca mengernyitkan keningnya.
" GR, aku menghawatirkan diriku sendiri, jangan sampai kenapa napa karna kecerobohanmu."
Arjuna hanya tersenyum dan terdiam, dia tidak membantah lagi. di matanya kini, Bianca hanya masih merasa malu mengakui perasaanya.
Saat tiba di lampu merah jantung Bianca hampir melompat karna kaget.
sebuah mobil sport putih berhenti sejajar dengan mobil Arjuna. dan yang membuat Bianca kaget adalah Pria yang ada di mobil itu.
"Reyhan.." ucap Bianca pelan hampir tak terdengar.
Dari kaca mobil yang terbuka sedikit dia bisa melihat jelas bahwa pria yang memakai kaca mata hitam itu Reyhan.
Untung Arjuna tidak melihat kegugupanya.
harapan Bianca terkabul dengan menyalanya lampu hijau.
Mobil Reyhan sudah terlebih dulu melesat pergi.
Bianca menarik nafas lega.
"Kenapa?" tanya Arjuna, mungkin dia melihat ketegangan di wajah Bianca.
"Tidak ada, hanya bosen saja."
"Duuh jangan sampai Arjuna melihat Reyhan tadi." batin Bianca.
"Sebenarnya dia mau kemana ya, jelas sekali kalau tadi dia tidak sendirian, sayang aku tidak bisa melihat orang yang duduk di sebelahnya." pikiran Bianca sangat terganggu dengan apa yang barusan di lihatnya.
"Sudah sampai, ayo turun!"
Karna asik melamun, Bianca tidak sadar sudah sampai di tujuan.
Bianca mengedarkan pandangan keseluruh area tempat itu.
"Kok sepi Jun, kau bilang ada party?"
"Ya iyalah sepi di luar. yang rame itu di dalam" jawab Arjuna seadanya.
"Tidak usah mikir macam macam, ayo masuk!" Arjuna menggamit tangan Bianca.
Mereka memasuki sebuah rumah besar yang mewah. mereka di sambut oleh seorang satpam.
"Silahkan, kalian sudah di tunggu."
Arjuna mengangguk, sedangkan Bianca bertanya tanya siapa yang sudah menunggu mereka. hati Bianca merasa was was.
"Jun aku mau pulang saja" rengek Bianca.
"Jangan norak gitu dong. nanggung nih, sudah sampai juga." sungut Arjuna.
Mereka masuk lebih kedalam dari bagian rumah besar itu. hingga mereka tiba di sebuah ruangan yang cukup besar.
"Hai Juna,. ternyata datang juga."
seorang wanita berpakaian minim yang cukup cantik menyambut mereka.
Bianca melihat ada beberapa muda mudi berpasangan sedang duduk duduk dengan bebas.
Bianca bergidik sendiri.
"Hai sayang!"
Seorang pemuda menyapa Bianca.
Bianca merasa risih oleh cara mereka menyapa.
"Juna aku mau pulang," ucap Bianca sambil berbalik hendak keluar.
Tapi beberapa orang dari mereka menahanya.
"Pesta belum di mulai, kenapa si cantik ini mau kabur."
Mereka menggiring Bianca kembali ketempat semula. anehnya Arjuna hanya diam menyaksikan semuanya seolah dia yang sudah merencanakan semuanya.
"Ayolah Bi, nikmati hidanganya dulu," kata Arjuna seolah tidak melihat ketakutan di mata Bianca.
"Arjuna, kalau mau balas dendam padaku jangan gini caranya," ucap Bianca namun Arjuna tak menggubrisnya.
Seorang gadis mendekati Bianca dengan menawarkan segelas minuman.
dari aromanya saja Bianca bisa menebak kalau itu alkohol dan membuatnya terbatuk batuk.
Bianca menolak dengan halus, namun muka cewek itu terlihat tidak senang.
"Jangan sok alim disini nona, semua juga tau cewek yang bagaimana yang bisa masuk kesini," ujarnya sinis.
Bianca tak mengerti dengan ucapan gadis itu.
Sedangkan Arjuna bukanya menolong malah ikut menikmati suasana dan mulai larut dengan keadaan.
Terbesit keinginan untuk minta tolong pada Reyhan tapi dia merasa segan karna mengira saat itu mungkin saja Reyhan sedang bersama Clara.
Dua orang cewek maju memegangi Bianca dan yang satunya berusaha mencekoki mulutnya dengan minuman.
Bianca melawan semampunya, dia meronta ronta dan berteriak. hingga gelas minuman itu jatuh dan pecah. tapi Arjuna tidak memperhatikannya karna dia sibuk dengan seorang wanita yang berada di pangkuanya.
"Kuat juga tenaganya," keluh seorang dari mereka.
"Lepaskan aku! aku tidak mau barang haram itu"
Mereka semakin terbahak oleh kata kata Bianca.
"Harusnya kau pake kerudung yang panjang itu kalau mau masuk kesini Nona," ledek seorang pria.
Bianca mendengus kesal.
Mereka mentertawakan Bianca.
Dan di saat mereka agak lengah Bianca
menggigit tangan kedua cewek yang memeganginya.
"Aw!!." teriaknya kesakitan.
"Dasar cewek gila!" umpatnya.
spontan pegangan terrlepas, dengan sekuat tenaga dia berlari keluar,.tak di perdulikanya satpam yang menghadang.
"Kejar dia !" suara seseorang memberi komando.
Bianca melepas sepatunya dan terus berlari ke arah jalan. setibanya di pinggir jalan besar dia celingukan mencari taxi.
" Cepat naik!" perintah seorang kurir KFC
sedang duduk manis di atas motornya.
"Jangan banyak mikir, lihat di belakangmu." Bianca menoleh, benar saja di lihatnya dua orang pria sedang menuju kearah mereka.
Tanpa bertanya lagi Bianca naik. di boncengan motor itu sambil menjinjing sepatunya.
Bianca kehabisan energi untuk sekedar bertanya siapa dan mau di bawa kemana dirinya Saat itu. dia sudah pasrah, yang penting sekarang adalah aman dari para pengejar itu dulu.
Semua kejadian yang barusan di alaminya membuatnya shock.
"Turun! mereka tidak mungkin mengejar sampai kesini." kata kurir itu tanpa menoleh sedikitpun. wajahnya terbenam oleh masker dan topi yang di pakainya.
Bianca merasa tidak asing dengan suara itu.
tapi dia tidak bisa berpikir jernih untuk mengingatnya.
"Siapa anda dan kenapa menolong saya?"
"Tidak usah banyak tanya , tuh ada taxi, pulanglah sekarang!" masih dengan nada perintah.
Benar saja di tempat itu sudah ada taxi yang mangkal.
"Siapa yang pesan,?" pikirnya.
Bianca tidak sempat melihat wajah penolongnya, namun siapapun dan apapun alasanya Bianca merasa perlu mengucapkanya.
"Terimakasih!" teriak Bianca.
Pria misterius itu hanya mengangkat tangannya dan menghilang di tengah laju kendaraan yang begitu padat.
Dengan nafas yang masih tidak beraturan Bianca masuk kedalam rumah. suasana sangat sepi.
Berjalan dengan tertatih menuju kamarnya. tapi saat hendak membuka pintu terdengar suara dari balkon samping.
Karna tak punya energi untuk memikirkan hal lain dia pun mengacuhkannya. namun telinganya masih sempat menangkap sedikit percakapanya.
"Saya serius pak, kapan saya main main dalam hal ini. iya saya mengerti, syaratnya harus ada anak kan?
Bianca masuk kedalam kamar dan menguncinya rapat rapat.
lalu tubuhnya luruh kebawah.
Peristiwa yang baru di alaminya sangat membuatnya tergoncang. dia tak pernah menyangka Arjuna begitu tega pada dirinya.
Saat itu Bu Widya yang tadinya sedang menelpon di balkon merasa penasaran.
"Seperti ada suara, tadi datangnya dari arah sini ini" Bu Widya berdiri di depan kamar Reyhan.
"Apa mungkin Rey sudah pulang? kalau Bianca aku pasti tau kepulangannya, Arjuna kan tidak bisa tidak membuat kegaduhan kalau pulang" pikirnya.
Dia mengamati pintu yang masih tertutup rapat.
"Ah sudahlah mungkin hanya kucing lewat"
Bu Widya meninggalkan kamar itu sambil mengirim pesan ke Reyhan.
(Rey jangan lupa hari ini kalian mau pindah)
pesan terkirim.
(Rey sudah pesan pada Bianca bahwa dia akan di antar sopir Ma, apartemen sudah siap di tempati)
Balasan chat Reyhan membuat Bu Widya mengernyitkan keningnya.
"Di antar sopir? lalu dia kemana?"
Bu Widya juga mengirim pesan ke Arjuna agar segera pulang karna Bianca mau pindahan.
tapi tidak ada balasan.
" Kebiasaan ni anak mengacuhkan pesan Mamanya" gerutu Bu Widya.
Pukul dua siang bik Yam sudah selesai memasukkan barang Reyhan yang harus di bawa. hanya dua koper kecil, yang satu berisi baju dan perlengkapan lainya dan yang satu berupa berkas berkas yang sudah di pilih sendiri oleh Reyhan.
"Ayo mbak, ibu sudah nunggu."
Bianca melangkah gontai di ikuti bik Yam.
Bu Widya yang sudah stanbay di dekat .mobil sedari tadi terkesiap melihatnya.
"Kamu baik baik saja Bi? Mama sudah mengabari Rey tentang apa yang sudah menimpamu, dia akan segera pulang ke apartemen." Biancaa hanya mengangguk.
"Sekali lagi mama minta maaf atas nama Arjuna, bagaimanapun semua ini terjadi karna dia."
Bianca masih tetap diam.
"Ayo bik Yam kau ikut juga mengantar, bawa baju seperlunya, kondisi Bianca belum pulih, mungkin sementara ini di butuh teman bicara"
Dengan senang hati bik Yam melaksanakan titah majikanya .
Bu Widya tidak bisa menyembunyikan rasa gelisahnya karna Arjuna belum ada kabar. ponselnya pun tidak bisa di hubungi. walaupun tidak mengatakannya tapi Bianca tau persis bagaimana khawatirnya wanita itu.
Di saat mobil mau berangkat tiba tiba ponsel Bu Widya berbunyi.
Dia terlihat serius menerima telpon.
"Bi, Mama ada urusan mendadak, kalian berangkat duluan nanti Mama nyusul"
Ahirnya bisa up juga, ternyata menulis juga butuh energi. karna itu biar othornya tambah semangat, jangan lupa DUKUNGANYA!!🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Suhartati
terima kasih thor
2023-09-25
0