"Kenapa Allah menciptakan mahluk seperti monster ini," keluh Bianca dalam hati.
Reyhan menyetir mobilnya dengan santai. seolah tak terusik oleh kehadiran Bianca yang duduk dengan canggung di sampingnya. sesekali Bianca merapikan ujung dresnya yang hanya sebawah lutut.
"Tidak usah menjadi orang lain hanya untuk menyenangkan orang,"
sindir Reyhan sambil terus menatap kedepan.
"Maksudnya?" tanya Bianca tak mengerti.
"Kalau lebih nyaman memakai baju casual kenapa harus paksakan diri untuk memakai dres."
Bianca baru faham maksud Reyhan.
"Kamu tidak mengucapkan terimakasih sama saya?" tanya Reyhan sambil terus fokus menyetir.
"Terimakasih, untuk apa?" tanya Bianca merasa bingung.
"Dasar cewek aneh., gumam Reyhan pelan.
" Saya aneh, anda lah yang membuat saya jadi aneh. di mintain tolong baik baik malah tidak menggubris."
" Kamu pikir saya ada disana karna siapa?" tanya Reyhan sambil mendorong jidat Bianca pelan.
"Karna apa? apa mungkin karna pesanku?" pikirnya.
"Jadi.. ?"
Bianca kaget menyadari bahwa Reyhan hadir disana karna pesannya dan untuk menolongnya.
Reyhan hanya mengangkat kedua bahunya.
"Kartu nama itu juga?" tanya Bianca.
Reyhan mengangguk.
"Tadi pagi saya sempat membaca gelagat yang aneh dari Arjuna. karna itu sebelum berangkat saya sempat masuk kamar untuk menaruh kartu nama itu. saya juga tau kamu pasti membutuhkanya."
Bianca tercengang sekaligus kagum, ternyata semua sudah di rencanakan Reyhan.
"Terimakasih." ucapnya malu.
"Apa? kurang keras!" kata Reyhan.
"Terimakasih tuan monster!" jawab Bianca keras di telinga Reyhan.
"Bisa pecah gendang telinga saya," kata Reyhan meraba telinganya.
"Saya hanya ingin dengar gadis angkuh dan keras sepertimu itu mau juga mengucapkan terimakasih."
" Anda pikir saya orang yang tidak tau terimakasih?"
"Buktinya?" jawab Reyhan santai.
"Yaa karna saya nggak nyangka saja anda disana karna pesan saya."
Lalu Keduanya saling diam. Reyhan kembali fokus menyetir.
Diam diam Bianca mengamati Reyhan dari kaca spion.
"Ternyata punya sisi baik juga monster yang satu ini," pikirnya. Tanpa sadar dia tersenyum sendiri. entah kenapa, berada di dekat Reyhan terasa lebih aman ketimbang bersama Arjuna atau teman temanya. padahal Reyhan adalah pria yang baru di kenalnya juga.
*****
Sementara itu di kamarnya, Bu Widya sedang bicara dengan besanya lewat telpon.
"Yaa harap maklumlah pak, kita semua kan tau bagaimana awal terjadinya pernikahan mereka, karna itu masih butuh banyak waktu mereka bisa menerima satu sama lain."
"Iya kami juga faham kok Bu Widya, jangan pernah bosan bosan untuk mengajari Bianca, mungkin karna anak tunggal jadi dia agak manja dan keras kepala." suara pak Burhan dari sebrang.
"Kayaknya saya kepikiran sesuatu deh pak Burhan. untuk lebih mendekatkan mereka, bagaimana kalau sementara waktu mereka tinggal di salah satu rumah kami, hanya berdua," ucap Bu Widya lagi.
"Terserah ibu, kami yakin apa yang menjadi keputusan bu Widya itu semata hanya untuk kebaikan mereka."
"Baiklah kalau begitu, saya akan coba bicarakan kepada mereka."
Pembincangan lewat telpon itupun terputus.
"Mudah mudahan dengan cara ini mereka bisa semakin dekat" Bu Widya tersenyum penuh arti.
Dengan semangat Bu Widya menyuruh sopirnya untuk bersih bersih di rumah yang akan di tempati Reyhan dan Bianca.
Bianca turun dari mobil di depan gerbang.
"Masuklah!" Bianca mengangguk sambil berpikir kenapa Reyhan tidak masuk. padahal dia bercerita pada Arjuna kalau ada berkas yang tertinggal. ah mungkin juga cuma alasan.
"Sekali lagi terimakasih," ucap Bianca ragu sebelum Reyhan benar benar pergi.
Reyhan tidak menggubris. tapi seulas senyum tersungging di bibir manisnya. Bianca menatap mobil Reyhan yang semakin mengecil di kejauhan.
"Manusia aneh, tidak bilang terimakasih dia protes, bilang terimakasih dia malah ngeledek!" omelnya
"Ada apa mbak, kok ngomong sendiri?
"Astaga bibik, ngagetin saja," ujar Bianca yang terkejut oleh kehadiran bik Yam yang tiba tiba.
"Mbak Bianca saja yang sedang melamun. wong dari tadi saya di sini kok. ngomong ngomong, mana Mas Juna? bukanya mbak pergi sama dia?" tanya bik Yam penuh selidik.
Sedang Bianca hanya tersenyum menanggapinya.
"Bibik kayak detektif saja, saya tidak pulang sama Juna," ujar Bianca tertawa kecil.
"Gitu dong mbak, tersenyum yang lebar, dari kemarin kemarin mbaknya tuh muruung saja kayak langit lagi mendung."
"Benar kata bik Yam, setelah beberapa hari ini aku selalu bersedih, buat apa meratapi nasib, justru aku harus berusaha merubah nasib itu sendiri" Bianca membatin sendiri.
"Tuh kaan bengong lagi, entar kesambet lo"
"Saya tidak bengong bik, ayo kita masuk," ajak Bianca mengalihkan pembicaraan.
" Ah iyaa bibik lupa, mas Rey minta di gosokin bajunya yang warna biru. cah Bagus itu memang sangat suka warna biru." wanita paro baya itu menepuk jidatnya.
Lalu mereka berjalan beriringan masuk ke rumah
Bianca terus menyimak. sekilas bisa di simpulkan kalau bik Yam sangat dekat dengan anak majikannya itu.
"Emang Bik Yam sendiri yang setrikain bajunya tuan mon.. mas Rey maksudnya." hampir saja keceplosan mau bilang tuan monster di depan bik Yam.
"Iya mbak, walaupun di sini ada yang khusus untuk ngurusin itu, tapi nggak tau, mas Rey itu tidak mau di urus keperluanya sama Art lain kecuali saya."
"Mungkin karna saya sudah ikut keluarga ini sejak lama." perempuan yang hampir seumuran dengan ibunya itu menebak sendiri.
Bianca hanya mengangguk.
"Mas Rey suka marah nggak bik?"
perempuan itu berhenti melangkah dan berbalik menatap Bianca.
"Aam.. maksud saya." Bianca gugup karna takut bik Yam tersinggung dengan pertanyaannya.
"Aduh jangan sampai bik Yam berpikir kalau aku mulai suka sama Reyhan." dia menggigit bibirnya.
" Lagian ngapain juga aku kepo banyak hal tentang Reyhan." sesalnya dalam hati.
" Mbak Bianca salah besar kalau menyangka
mas Rey itu suka marah, memang kadang dia bersikap cuek dan acuh, tapi sebenarnya hatinya sangat lembut."
Bianca mengurut dada, syukurlah dia tidak curiga, ucapnya dalam hati.
"Bahkan sifat dan kelakuanya itu sangat berbeda dengan mas Juna." lanjut bik Yam.
"Benarkah bik?" tanya Bianca.
Mata perempuan itu menatap Bianca tajam.
"Kalau bibik boleh bilang ni mbak, mbak Bianca itu beruntung dapat mas Rey, mana orangnya sudah baik, tampan, bertanggung jawab , penyayang. Kalau mbak Bianca tidak percaya, buktikan saja sendiri nanti."
Bianca terkekeh sendiri.
Bik Yam permisi untuk mengerjakan tugasnya. sedang Bianca berjalan gontai menuju kamar Reyhan. semua yang di bilang bik Yam sangat mengganggu pikiranya.
"Benarkahy aku beruntung sudah menikahi pria itu?"
Bianca melempar tas kecilnya ke sofa. dia menghempaskan pantatnya di situ.
Bianca mengamati foto Reyhan dengan seksama.
"Kalau di amati dia manis juga."
****
Hari sudah sore ketika Arjuna pulang kerumah dengan terhuyung huyung .
Pak Maman si tukang kebun berusaha membantunya, namun di tepis oleh Arjuna.
"Lepas! aku bisa sendiri"
namun baru selangkah dia sudah terjengkang.
"Biar saya antar ke kamar mas."
Arjuna pasrah, mulutnya terus meracau.
"Biancaa.. ! awas kamu sayang, tunggu aku di situ."
Bu Widya datang mendekat.
"Kenapa Arjuna?"
"Tidak tau buk?"
"Oh cantiik. ternyata kamu disini, kenapa kamu tinggalin aku sayang." Arjuna berusaha merangkul mamanya yang di kira Bianca.
"Apa apaan kamu ini Jun." dia menepis tangan Arjuna
"Kamu minum lagi ya Jun?" Bu Widya menidurkan Arjuna di ranjang.
"Pak Maman tolong buka sepatunya!"
Sementara Bu Widya membuka jaketnya,
"Bau alkohol!" Bu Widya menutup hidung.
"Sayaang, kenapa sekarang kau cerewet sekali, dan lihat itu, hihi kenapa wajahmu agak keriput dan rambutmu, sudah ada putih putihnya." Arjuna terus meracau.
"Huss! " Bu Widya menampar bibir Arjuna pelan, lalu meninggalkan Arjuna sendirian.
"Aku harus secepatnya memindahkan Reyhan dan Bianca dari sini, kalau tidak, Arjuna akan bertambah parah. otaknya sudah rusak karna memikirkan Bianca"
BUAT YANG SUDAH MAMPIR, MAKASI YA!
BUAT YANG BELUM MAMPIR, MONGGO MAMPIR🙏🙏
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Suhartati
seru lanjut thor
2023-09-25
0
momy-april
lanjut thor
2022-12-05
0