Reyhan berjalan melewati Bianca tanpa bicara sepatah katapun.
"Dasar monster..." omel Bianca.
Arjuna sengaja bersembunyi di balik pintu. setelah benar benar yakin kalau Abangnya sudah berangkat, dia bergegas ke kamar Reyhan.
Dia masuk begitu saja tanpa permisi. membuat Bianca sangat terkejut.
"Tidak sopan!" bentak Bianca dengan kasar, dia terkesiap mundur saat melihat Arjuna semakin mendekat.
"Sekarang kesopanan, tatakrama dan semacamnya tidak berlaku lagi padaku. tau kenapa? karna kalian yang mengajarkan padaku, kalau sikap toleransi sudah tidak di perlukan disini!" jawab Arjuna.
"Jangan mendekat! atau aku akan.." Bianca mengancam Arjuna yang terus memepetnya.
"Akan apa Manis, berteriak? ayo silahkan saja." tantangnya.
Bianca semakin ketakutan. "Entah pada kemana para penghuni di rumah ini." rutuk Bianca dalam hati.
"Kau pasti berpikir kemana para pelayan, iya kan? sekarang apa yang tidak bisa di bungkam dengan uang?"
"Apa maumu Jun?" tanya Bianca ketakutan.
"Begitu dong sayaang, bicara yang baik. lemah lembut"
"Aku mohon keluarlah dari kamar ini." rengek Bianca. Arjuna tersenyum menyeringai menatapnya.
"Kamu tidak usah munafik Bi, semua orang tau kalau pernikahanmu dengan bang Rey karna terpaksa. kau tidak bahagia,, begitu juga sebaliknya. ayolah Bi, jangan bohongi hati nuranimu, kita mulai dari awal ya," bujuk Arjuna mulai melunak.
"Apa maksudmu Juna? mau tidak mau, suka atau tidak suka sekarang aku ini adalah istri abangmu!"
Bianca menarik nafas dalam dalam.
"Owh begitu ya? aku juga tau kau kesepian. malam pengantin yang kau dambakan penuh gairah kehangatan ternyata lain kenyataan."
Arjuna tersenyum sinis menatapnya.
" Tutup mulutmu! aku dan Reyhan memang tidak saling cinta. tapi kalau kupikir pikir dia jauh lebih berkualitas dalam segi apapun darimu." jawaban Bianca langsung menusuk telak hingga membuat muka Arjuna memerah.
" Sudahlah Bi, aku kesini bukan untuk berdebat, seperti kesepekatan kita, aku mau kau temani aku keluar!'
Tanpa memberi kesempatan Bianca bicara, Arjuna sudah menutup pintu dengan keras.
Bianca menarik nafas lega saat Arjuna keluar.
namun tiba tiba pintu terbuka kembali dan kepala Arjuna nongol disana.
"Lima menit! jangan lebih, aku tunggu di bawah."
Setelah itu Arjuna benar benar sudah menghilang. Bianca mengacak rambutnya sendiri.
"Huh dasar laki laki brengsek!" umpat Bianca kesal.
Dia mondar mandir sendiri dalam kamar memikirkan cara untuk menghindar dari Arjuna. lalu siapa yang bisa menolongnya. Mona sahabat dekatnya? tidak mungkin, dia kan lagi pulang ke Manado karna ada upacara adat katanya. lalu siapa? Reyhan? ucapnya tak percaya. saat dalam kebingungannya tak semgaja menatap foto Reyhan yang sedang tersenyum manis.
"Apa benar aku harus minta tolong padanya?" ucapnya ragu.
Lalu bagaimana aku minta tolong padanya, nomor HPnya saja aku tidak tau. keluhnya putus asa.
Saat itu terdengar klakson mobil dari halaman.
"Aduh gimana ini, Arjuna sudah memanggilku"
Dengan tergesa dia bersiap. saat meraih tas kecilnya di meja tiba tiba dia melihat sesuatu terjatuh.
Bianca mengamati benda itu. ternyata itu kartu nama Reyhan.
"Ya Allah . ini mukjizat atau apa namanya?" ucapnya girang. tanpa pikir panjang dia menyimpan nomor Reyhan.
"Pasti berguna pada saatnya," ucapnya yakin
Lalu dia berlari keluar menemui Arjuna yang sudah tidak sabar menunggunya.
"CK ck ck ! luar biasa Bi, walaupun kamu hanya berdandan sederhana tapi sudah bak putri raja" puji Arjuna.
Bianca membuang muka.
Saat ini Arjuna sudah benar benar berubah di matanya, tak ada lagi kata lemah lembut seperti dulu yang Bianca suka darinya.
Di mata Arjuna yang terlihat hanyalah amarah dan dendam.
Mobil hitam itu meluncur kesebuah tempat yang Bianca tidak tau.
"Kita kemana?" Bianca merasa curiga.
"Ha ha ha.. kenapa gugup begitu sayang, seperti baru kemarin kamu mengenal kekasihmu ini." Arjuna tertawa lebar.
Hati Bianca semakin tak tenang.
Mobil berhenti di depan sebuah restauran yang cukup mewah.
Arjuna membukakan pintu mobil.
"Ayo Bi,.. jangan tegang begitu dong, kamu hanya perlu temanin aku duduk makan saja." kata Arjuna sambil meraih tangan Bianca hendak menggandengnya tapi Bianca menepisnya.
"Jaga batasanmu Jun" ucap Bianca ketus.
Arjuna hanya tersenyum kecil.
Mereka duduk di sebuah meja sebelah kiri.
"Bi, kamu pesan saja dulu, aku mau ketoilet sebentar." ucap Arjuna sambil melenggang pergi.
Keringat dingin mulai bercucuran. beberapa kali Bianca mengusap keningnya.
"Mumpung Arjuna tidak ada, aku coba hubungi Reyhan, mudahan dia mau menolongku" pikirnya.
(Saya mohon tolongin saya. saat ini saya dan Arjuna sedang di restoran melati, jalan Kusuma. Bianca.) pesan terkirim.
Mudahan Reyhan mau menolongku," ucapnya penuh harap.
Di liriknya pesan yang terkirim ke Reyhan sudah ada dua centang biru.
"Kenapa dia tidak merespon pesanku?" geram Bianca.
" Kau bilang apa?" tanya Arjuna yang tiba tiba sudah berdiri di belakangnya.
"Aah tidak apa apa, tempat ini lumayan ramai." elak Bianca gugup.
"Hay kenapa kau keringetan begitu sayang,
walaupun tidak sering, tapi sudah beberapa kali kita keluar seperti ini kan?"
Bianca hanya mengangguk.
"Hai Jun." tiba tiba tiga orang cowok mendekati mereka.
" Waw.. siapa dia bro? koleksi baru ya?" bisik salah seorang dari mereka, tapi masih sangat jelas di telinga Bianca.
"Ah bisa saja, kenalin ini Bianca,. dia...."
Arjuna berhenti sejenak melirik kearah Bianca.
"Dia siapa?" desak temanya.
"Dia temanku" ucap Arjuna ahirnya.
" Kenalin dong, kalau yang beginian lu sembunyiin dari kita." seloroh mereka.
Bianca semakin tidak nyaman saat satu persatu mereka menyalaminya sambil menggoda.
"Juna, aku mau pulang!" bisik Bianca
"Tanggung Bi, tuh pesananmu saja belum di sentuh," ujar Arjuna menunjuk minuman yang di pesan Bianca.
"Ayolah cantik, temani kami dulu," kata teman Arjuna sambil menyentuh tangan Bianca tidak sopan. anehnya Arjuna hanya diam menyaksikanya, seolah dia sengaja melakukan itu untuk menyakitinya.
"Siapa yang bisa menolongku saat ini" keluh Bianca. sesekali dia melirik kearah ponsel di tangannya.
"Dasar monster sombong! awas saja suatu saat dia butuh bantuanku aku tidak akan sudi menolongnya" umpat nya dalam hati.
Sedangkan tidak begitu jauh dari tempat duduk mereka...
"Maaf tuan, saya tidak sengaja" ucap seorang pelayan restoran kepada seorang pria
"Lain kali hati hati."
"Maafkan atas ketidak nyamanan ini tuan"
"Tidak apa apa" ucap pria itu sambil mengibas ngibas jaketnya yang. ketumpahan minuman.
Pria itu melangkah dengan tenang hendak keluar dan melewati meja Arjuna.
"Bang Rey??" tiba tiba Arjuna memanggilnya, dia begitu terkejut melihat kehadiran Reyhan disana. begitu juga dengan Bianca.
"Hey kalian disini rupanya. mata Reyhan menatap Arjuna dan Bianca bergantian.
"Ah iya Bang, aku ngajak Bianca makan, dan ini kenalin teman temanku."
Satu persatu mereka menyalami Reyhan.
Diam diam Bianca merasa lega, entah Reyhan hadir di situ untuk menolongnya atau hanya kebetulan lewat, dia tidak perduli yang jelas dia bisa bebas dari Arjuna dan teman temanya.
"Abang ngapain disini?" tanya Arjuna kemudian.
"Ada meeting. dan kebetulan mereka memilih tempat ini." jawab Reyhan santai sambil menunjuk kearah beberapa orang berdasi yang baru keluar dari tempat itu.
"Owh begitu."
"Abang masih pantas kan gabung bareng kalian?" tanya Reyhan sambil menyapukan pandanganya ke teman teman Arjuna.
"Kenapa tidak, boleh kok Bang." jawab mereka.
Reyhan hanya tersenyum menanggapinya.
"Koq malah ikut reoniani sih?" sungut Bianca dalam hati.
Dari mulai duduk di tempat itu tak sekalipun Reyhan memandangnya.
Bianca. meraba tengkuknya dengan gelisah.
" Kenapa Bi?" tanya Arjuna.
"Aku kurang enak badan, aku mau pulang dengan taxi saja," ujarnya.
"Bentar lagi ya.." pinta Arjuna.
Bianca menggeleng dan bangkit menuju parkiran.
"Yaach nggak seru dong kalau lu pulang Jun," ucap teman Arjuna.
"Tapi..." Arjuna terlihat bingung antara mengantar Bianca atau bersama teman temanya.
Reyhan yang melihat kebimbangan adiknya mendapat ide
" Kebetulan Abang mau pulang ngambil berkas yang ketinggalan,. biar dia sama Abang saja, gimana?"
Arjuna terdiam sesaat, namun ahirnya dia mengangguk.
"Boleh juga Bang"
Reyhan bangkit dan menyapa teman teman Arjuna.
"Waah sorry banget ya, Abang cabut duluan, ada keperluan"
"Ok Bang tidak apa apa."" jawab mereka. kemudian Arjuna kembali larut dalam obrolan bersama teman temanya.
,Reyhan melihat Bianca sedang berdiri menunggu taxi lewat.
Tanpa bicara dia menarik tangan Bianca menuju mobilnya dan membukakan pintu.
"Masuk!" perintahnya tanpa menatap Bianca.
Bianca tak bisa menolak. dia tak habis pikir dengan sikap Reyhan yang kadang baik, kadang juga jutek dan tegas.
" Kenapa Allah menciptakan mahluk seperti monster ini."keluhnya dalam hati.
YANG MASIH MAU LANJUT,. JANGAN LUPA DUKUNGANYA YA!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Suhartati
suka dgn rayhan laki banget
2023-09-25
0