"Sementara ini kesehatan Bu Widya lebih penting, yang lain bisa di bahas lagi nanti" kata Bianca dalam hati.
Bu Widya terlihat lesu, wajahnya pucat dan nafasnya tersengal sengal.
Reyhan dan Arjuna sangat khawatir melihat keadaan mamanya.
"Juna cepat hubungi dokter Ira!' ujar Reyhan panik sambil membopong tubuh Bu Widya dan menidurkanya di sofa. sedangkan Arjuna berusaha menghubungi dokter keluarga mereka.
Bu Widya meraih tangan Bianca dan menyatukanya dengan tangan Reyhan.
"Berjanjilah kalian tidak akan berpisah.. " ucapnya lemah.
"Ma, tidak usah bahas itu, yang penting sekarang mama sehat dulu" bujuk Reyhan.
"Tidak! kalian harus janji pada mama.. baru mama akan baik baik saja."
Reyhan dan Bianca saling pandang.
"Lalu Juna?" gumam Reyhan pelan.
"Apakah dengan kalian berpisah semua akan membaik? apakah Juna bisa bersatu kembali dengan Bianca? tidak nak, percayalah pada mama, semua sudah terlanjur terjadi. karna itu perbaikilah sesuatu yang sudah terjadi saja."
Reyhan dan Bianca terdiam. Reyhan merasa terjebak dalam kebimbangan. Di satu sisi dia tidak mau mengecewakan mamanya, di sisi lain dia juga tidak bisa membuat adiknya berduka. namun saat ini pilihannya hanya satu, yaitu menahan Bianca bagaimanapun caranya, itu demi kesehatan mamanya.. walaupun itu harus di bayar dengan kekecewaan Arjuna.
"Baiklah ma, Rey berjanji tidak akan menceraikanya," ucap Reyhan seraya melirik Bianca. Bianca terkejut dan hendak protes.
"Tapi..' belum selesai Bianca bicara Rey sudah menempelkan telunjuknya di bibir gadis itu.
Sebenarnya Bianca mau bilang tidak setuju.
"Kamu tidak bisa menolak!" kata Reyhan tegas.
Arjuna datang tergopoh,.
"Dokter akan segera datang bang."
melihat Arjuna datang, tangan Bu Widya melambai padanya.
Arjuna pun mendekat.
"Mama baik baik saja," ucapnya sambil meraih tangan Arjuna.
" Arjuna kecilku yang manis, ternyata sudah tumbuh menjadi pria yang gagah ya.." Reyhan menempelkan tangan Bu Widya di pipinya.
"Kalian masih ingat? saat kecil dulu Arjuna sering makan kembang gula diam diam. karna itu mama selalu memarahinya dan memukulnya, lalu dengan gagah berani abang Rey datang untuk membela dan merelakan tubuhnya di pukul demi melindungi adiknya.mama sangat bangga dengan ke kompakan kalian."
"Sudah ma, jangan terlalu banyak bicara dulu."
Reyhan menenangkannya. tapi bu Widya memberi tanda pada Rey untuk membiarkannya bicara.
"Dan sekarang apakah kamu tidak bisa berkorban perasaan sedikit saja buat abangmu nak? tidak usah buat Reyhan tapi demi mama," ujar Bu Widya menatap Arjuna.
Saat itu Dokter Ira datang.
"Ibu Widya kenapa mas Rey?" tanya Dokter cantik itu dengan ramah.
" Hanya terkejut saja dok, anak anak terlalu melebih lebihkan." bu Widya yang menjawab.
lalu dokter mengecek kadaan bu Widya.
"Ibu tidak apa apa, tekanan darahnya normal. istirahat yang cukup, minum vitamin insya Allah akan cepat pulih. satu lagi yang perlu di ingat, . ibu tidak boleh stres."
"Iya dok," jawab Reyhan.
"Baiklah saya permisi dulu."
dokter itu mohon diri.
"Terimakasih dok" ucap Reyhan.
"Biar saya antar kedepan." tawar Arjuna .
"Pokoknya saya mau cerai!" bisik Bianca kearah telinga Reyhan saat dokter itu sudah berlalu.
Reyhan pura pura tidak mendengarnya hingga Arjuna sudah bergabung lagi bersama mereka.
"Mama baik baik saja, kalian tidak usah khawatir begitu."
Bu Widya menatap Bianca dan Reyhan bergantian lalu beralih ke Arjuna.
"Mama tidak minta banyak, mama hanya mau kamu restui pernikahan mereka." suara Bu Widya memecah keheningan.
Arjuna terdiam, begitu pula dengan Reyhan dan Bianca.
"Mama tidak setuju mereka bercerai." lanjut bu Widya.
"Pernikahan adalah ikatan suci, bukan untuk sehari dua hari. karna itu nak.. kamu ihlaskan mereka!" matanya menatap Arjuna.
Arjuna menelan ludahnya.
Reyhan hanya menunduk tak berani menatap mata adiknya. sedang Bianca membuang pandanganya kearah lain.
Suasana hening kembali.
"Baiklah.." suara Arjuna memecah keheningan.
"Aku akan terima. tapi dengan satu syarat."
Reyhan, Bianca dan Bu Widya saling pandang.
"Syarat? tanya Reyhan.
"Iya Bang, kalian semua tau kejadian ini membuat aku sangat terpukul. semua terjadi secara tiba tiba, karna itu, aku mau selama tiga bulan kedepan jangan halangi aku dekat dengan Bianca."
Mata Bianca membulat sempurna mendengar syarat dari Arjuna. enak saja dia membuat syarat seperti itu, memangnya aku mau deket sama dia apa? batin Bianca.
Hampir saja dia protes tapi Reyhan menahanya. lalu Arjuna kembali bicara.
"Bianca juga tidak boleh menolak kalau seandainya aku ingin jalan atau sekedar ngobrol dengannya, gimana?"
"Itu saja? kalau itu untuk kebahagiaan mama Abang tidak ada masalah."
tanpa pikir panjang Rey menyanggupinya
"Aku yang tidak setuju!" kata Bianca ketus.
"Aku juga berhak bersuara, karna ini melibatkan aku juga. kenapa kalian tidak minta pendapatku, memangnya aku boneka yang tidak kalian anggap kehadirannya?" ucapnya dengan amarah yang membuncah
"kalau tidak mau ya suda. aku tidak akan merestui kalian, dan aku akan terus dan terus menganggumu Bi, sampai kamu mau balik sama aku." ancam Arjuna.
Arjuna tertawa puas melihat kebingungan Bianca.
Bu Widya mengangguk pada Bianca.
"Terimalah Bi.. tiga bulan hanya sebentar"
"Tapi ini hanya sebatas menemani jalan ya Jun, kau harus tau batasanya. karena Bianca statusnya adalah istri oarang," tegas Bu Widya.
Arjuna mengangguk.
Bianca bertambah serba salah. waktu tiga bulan mungkin sebentar buat mereka,tapi buatku itu seabad, tapi ketimbang di ganggu terus terusan oleh pria itu, ahirnya Bianca memilih setuju, toh hanya tiga bulan. setelah itu dia akan menghilang dari kehidupan Arjuna, Reyhan dan rumah ini.
"Ok kita , deal!!" seru Arjuna lalu pergi begitu saja.
Bianca sempat menghentakkan kakinya di lantai karna kesal lalu berlalu dari tempat itu.
Kini hanya tinggal Reyhan dan mamanya.
"mau Rey papah ke kamar ma?" tanyanya.
"Tidak usah, mama masih ingin disini, tidak usah khawatirkan mama, kan ada bik Yam,
sekarang temani istrimu sana, bujuk dia!"
"Benar mama tidak apa apa?"
"Yakiin." ujar bu Widya tersenyum sambil mengusap tangan Reyhan.
Sepeninggal Reyhan, mimik wajah Bu Widya seketika berubah tegang.
" Arjunaa ngapain dia mengajukan syarat segala, untung saja Bianca menerimanya." dia bergumam sambil mengurut dada.
Di kamar. Bianca sedang berjalan mondar mandir sambil mengepalkan tangannya.
dia terkesiap saat handle pintu terlihat bergerak.
Pintu terbuka dan sesosok mahluk tampan yang sedang di tunggu Bianca pun muncul di sana. masih dengan ekspresi wajah datarnya. Bianca terpaku tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Tanpa melihat kearah Bianca sedikitpun dia langsung masuk kamar mandi untuk mencuci muka.
"Iiish.. keberadaan ku di anggap nyamuk kali ya sama monster itu," ucap Bianca kesal. niat hati mau melabraknya atas keputusan sepihak yang di buat, eeh malah lupa oleh sikap dinginnya itu.
Reyhan keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. dia menoleh kearah Bianca yang sedang kesal sambil menggigit jarinya.
"Masih kesal sama saya?"
"Pake nanya lagi? eh monster, berani sekali anda membuat keputusan sepihak. intinya sekarang saya mau cerai mau anda setuju atau tidak."
"Kalau saya tidak mau?" ujar Reyhan menantang.
"Saya memaksa!" jawab Bianca.
" Saya yang akan ajukan surat ce..."
Derrrt derrt..
Tiba tiba ponsel Bianca bergetar.
"Iya ayah, Bianca baik baik saja. ayah jangan khawatir."
Bianca melirik kearah Reyhan yang tersenyum senyum melihatnya.
"Apa? tidak usah saja yah, dia sudah tidur."
ucap Bianca berbohong karna ayahnya mau bicara pada Reyhan.
"Assalamualaikum ayah mertua, ayah sehat?" Bianca melotot karna tiba tiba Reyhan merebut ponselnya dan bicara manis dengan ayahnya. Bianca mau merebut nya kembali tapi Reyhan menghalanginya sambil terus bicara
"Iya, dia sangat bahagia kok ayah, waalaiqum salam"
Tiit telpon terputus.
Reyhan mengembalikan handpon Bianca.
"Tuu kan, ayahmu saja sangat bahagia dengan pernikahan ini, kenapa kamu mau berpisah?" tanya Reyhan santai.
"Karna saya tidak cinta pada anda tuan monsteeer" ucap Bianca sengit.
"Semua juga tau kalau kamu cintanya sama Juna, tapi apa kamu tega menghancurkan harapan orang tuamu yang terdengar begitu bahagia dengan pernikahan ini?"
Bianca terdiam, memang benar Ayahnya terlihat sangat bahagia menerima kenyataan dirinya menikah dengan Reyhan bukannya dengan Arjuna.
lalu apakah ayahnya juga siap mendengar kenyataan kalau dirinya berpisah dengan Reyhan?"
"Sudahlah besok kita bahas lagi, ini sudah malam, kamu tidurlah!"
Reyhan mengambil selimut dan bantal dari lemari lalu tidur di sofa.
Tak lama pria itu sudah terlelap dan terdengar dengkuran halusnya.
"Baik juga monster ini, dia rela tidur di sofa demi aku" kata Bianca pelan.
Sampai tengah malam mata Bianca belum bisa terpejam. semua kejadian yang merubah taqdir hidupnya begitu tiba tiba terbayang kembali. dia hampir tak percaya kalau dirinya kini sudah menikah dengan calon kakak iparnya.
"Hai para readers.! semoga sehat selalu, kalau sempat mampir' disini jangan sampai lupa ya like, koment, dan vote nya"
makasiii
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments