"Auw! bisa pelanan nggak sih? sergah Bianca saat Reyhan menghempaskankan tubuhnya begitu saja di atas kasur.
tanpa bicara Reyhan memberikan sesuatu kepada Bianca.
"Sakit perut kan, minum itu waktu makan malam segera tiba, kamu harus hadir di meja makan!" ucap Rey tegas.
Bianca mengamati obat yang di berikan Reyhan.
"Mau ngasi obat apa racun? aku kan belum makan di suruh minum, lagian tuan monster sok tau, ini sakit perut yang lain," kata Bianca.
"Tidak usah hawatir, saya juga masih waras untuk bermasalah dengan meracunimu. itu obat yang sering saya konsumsi tanpa makan terlebih dulu," ucap Rey tanpa menatap Bianca sedikitpun.
Bianca meringis menahan sakit di perutnya.
"Saya tidak mau minum ini, saya punya obat sendiri, tapi sayangnya tidak ada persediaan." Reyhan yang sudah hendak masuk kamar mandi, jadi berbalik menatapnya.
"Jangan keras kepala, saya tidak perduli apapun tentangmu, cuma yang saya jaga adalah perasaan mama saya. jangan sampai dia tau dan kecewa kalau mengetahui keadaan kita sebenarnya."
"Tuan monsteeer.. saya hanya mau minum obat yang biasa saya minum, gimana ngejelasinya." Bianca ikut bingung karna Reyhan tidak peka, kalau sebenarnya dia mengalami sakit perut rutin setiap akan datang tamu bulanan.
Rey menatapnya serius.
dia membandingkan sifat antara Bianca dan Clara.
Clara adalah wanita yang dekat dengannya sudah empat tahun lamanya.
Bianca mempunyai sifat pemberontak namun mandiri,
sedang Clara lebih penurut, manja tapi banyak menuntut.
Bianca merasa kikuk di tatap seperti itu.
"Ini biasa terjadi pada wanita kalau mau datang bulan." tanpa di sadari Bianca keceplosan karna menyangka Rey marah akan sifat kerasnya.
Mendengar itu Reyhan mengurungkan niatnya ke kamar mandi. dia membuka lemari dan mengacak isinya. tak disangka dia mengeluarkan jamu datang bulan yang di maksud Bianca.
"Ini kan? cepat minum, lalu bersiap untuk makan malam!" ujar Reyhan lalu menghilang di balik pintu kamar mandi.
Bianca masih tercengang.
"Kenapa dia punya obat husus wanita, ah masa bodo yang penting aku bebas dulu dari rasa sakit yang menyiksa ini." lalu dia meminumnya seperti biasa.
setelah beberapa menit Reyhan keluar dari kamar mandi dengan baju santai, hanya memakai kaos dan celana rumahan sebatas lutut. rambutnya yang lebat masih setengah basah, bibir tipis dengan rahang yang tegas menambah pesonanya.
Bianca tak berkedip menatapnya.
merasa dirinya di perhatikan Rey menatap balik.
"Kenapa?" tanya Rey sambil mengernyitkan dahinya.
"Eengg.. tidak, cuma mau bilang makasi, obatnya manjur, nih saya sudah sehat" Bianca berdiri sambil memutar tubuhnya, tapi yang sebenarnya dia merasa malu dan gelagapan karna ketahuan sedang mengagumi Reyhan.
"Owwh" hanya itu yang keluar dari mulut Reyhan.
Di saat yang sama..
"Tok tok tok.. mas Rey, mbak Bianca silahkan turun sudah di tunggu nyonya" suara bik Yam memecah keheningan di antara Rey dan Bianca.
"Tuh sudah di panggil, cepetan rapiin rambut kamu tu berantakan" ucap Rey sambil berlalu keluar.
"Ngapain aku harus rapi rapi, toh malam ini yang terakhir aku disini, tapi bentar, kalau di perhatikan dia keren juga."
Pikirannya melayang pada sosok Rey yang cuek, berwajah manis dan bersahaja. Yang membuat Bianca terkesan adalah sikapnya yang bertanggung jawab dan dewasa, walaupun tersembunyi di balik sikapnya yang cuek dan dingin. Inilah yang di harapkanya selama ini dari Arjuna., "Aaah apa yang ku pikirkan." Bianca menepuk jidatnya sendiri.
"Lho Rey mana Bianca?" tanya Bu Widya saat melihat Rey turun sendiri tanpa istrinya.
"Bentar lagi nyusul. oh ya, Rey dengar Juna pulang Ma, dimana dia.. Rey mau bicara penting padanya" Bu Widya terdiam sesaat.
"Ada di kamar.. dia belum mau keluar, kita harus maklumi kalau dia belum bisa menerima dengan ikhlas pernikahanmu dengan Bianca." Reyhan termenung mendengarkan.
"Tapi kamu jangan agu, mama yakin Juna bisa melewati masa masa sulit ini." ucap bu Widya.
"Justru yang akan ku katakan ada kaitannya dengan masalah ini Ma."
"Baiklah, coba kamu bujuk adikmu."
Reyhan berjalan menuju kamar Arjuna.
"Jun buka pintunya, Abang mau bicara sesuatu." cukup lama Arjuna tidak membuka pintu. namun Reyhan terus membujuknya.
ahirnya Juna menyerah dan membuka pintu
"Ayo makan malam, Abang mau bicara penting pada kalian, ini menyangkut Bianca kamu dan Abang."
"Abang mau bilang apa? aku memang salah Bang, tapi tak pantas juga di hukum seperti ini."
"Iyaa Abang sangat tau prasaanmu saat ini, makanya ikut yuk! kalau semua setuju Abang akan menceraikan Bianca."
Arjuna yang semula tertunduk jadi kaget dan menatap Rey tidak percaya.
"Iyaa.. kalau itu kebahagiaanmu satu satunya kenapa tidak?" ucap Rey yakin.
Ada sedikit harapan di hati Juna, tapi kembali menciut saat teringat sikap Bianca kini yang sangat membencinya.Mungkinkah dia akan menerimanya kembali?
Rey merangkul adiknya.
"Dasar anak bodoh, bertahun tahun kita bersaudara kau tidak kenal Abangmu ini. masak hanya karna seorang gadis persaudaraan kita akan hancur."
Arjuna membalas rangkulan abangnya.
Dengan beriringan mereka menuju meja makan.
Bu Widya sangat heran melihatnya.
"Bisa kita mulai acara makannya?"
" Owh.. bisa, bisa. tapi sebaiknya kita tunggu Bianca dulu."
Saat itu datang Bianc. dia berjalan dengan gemulai, rambutnya di biarkan tergerai.
semua mata tertuju kearahnya tak terkecuali Reyhan.
"Silahkan duduk Bi.." Juna menarik kursi untuknya, Bianca tak bereaksi.
"Ok, semua sudah lengkap ayo kita mulai."
Acara makan malam keluarga terhormat itu pun di mulai.
Acara makan malam itu terasa kaku, namun Reyhan berusaha mencairkan suasana dengan banyak bercerita masalah kantornya.
Bianca merasa heran kenapa tidak ada perselisihan di antara kakak beradik itu, setelah apa yang terjadi.
Makan malam pun selesai.
"Oh ya, Rey mau bilang sesuatu. Seperti kita tau apa yang terjadi sempat membuat ketegangan di keluarga ini. karna itu Rey mau meluruskan ya." Reyhan membuka perbincangan dengan serius tapi terkesan santai.
"Ma, karna Mama yang paling di tuakan disini. Rey mohon maaf sebelumnya, tapi apa yang jadi keputusan Rey ini adalah yang terbaik untuk kita, terutama untuk Juna dan Bianca."
Dada Bianca berdebar mendengarnya.
"Apa yang mau di omongin tuan monster ini," batin Bianca.
"Ma, Rey tidak mau menyakiti hati mereka." Mata Reyhan melirik kearah Juna dan Bianca.
"Karna itu Rey akan mengurus perceraian dengan Bianca, biarkan dia kembali pada cintanya."
"Rey??" Bu Widya kehilangan kata katanya.
Sedang Bianca merasa shock tidak menduga apa yang sudah di rencanakan Reyhan.
sedangkan Arjuna? tentu saja dia merasa senang, memang itu harapanya.
"Mama tidak setuju! taroh dimana muka mama kalau di tanya baru sehari kalian nikah sudah cerai" Bu Widya membetulkan kaca matanya yang melorot karna emosi.
"Tapi apa Mama tega mengorbankan kebahagiaan anak Mama hanya karna kehormatan keluarga?" tanya Arjuna.
"Apapun alasannya mama tidak setuju!" Bu Widya tetap pada pendiriannya.
"Ayolah ma.." Reyhan belum sempat melanjutkan karna teriakan Bianca yang cukup keras.
"Stop semuanya..!!" semua beralih memandang Bianca yang bercucuran air mata sambil memegangi kedua telinganya.
"Bi.." Arjuna berusaha menyapanya.
"Diam!, aku bukan binatang yang bisa kalian over kesana sini, yang hari ini menikah dengan kakaknya dan besok dengan adiknya. aku punya hati, aku juga punya kemauan. kenapa kalian tidak bertanya apa pendapatku?" semua terdiam mendengar kemarahan Bianca.
"Ok, saya salah karna tidak meminta pendapatmu, tapi bukankah bersatu kembali dengan Juna itu keinginanmu?" Reyhan menatap lekat gadis di depannya.
"Tuan Reyhan yang terhormat, anda memang genius, tapi anda buta tentang hati dan perasaan. dengarkan baik baik. saya ingin bercerai dengan anda!"
Seulas senyum tersungging di bibir Arjuna.
sedangkan bu Widya hanya diam.
"Tapi saya juga tidak mau kembali pada dia!" ucap Bianca tegas.
semua tercengang.
"Bi.. pikirkan lagi keputusan kamu itu."
Bianca tidak menggubris rengekan Arjuna.
" Sementara tuan Reyhan mengurus surat cerai, malam ini juga saya mau pulang kerumah orang tua saya." Bianca melangkah dengan tenang meninggalkan meja makan. Namun tiba tiba Bu Widya ambruk dari kursi.
Serentak Reyhan dan Arjuna m mendekat dan menolongnya.
"Rey.. cegah dia pergi, apapun caranya cegah dia keluar dari rumah ini." Reyhan dan Arjuna saling pandang.
Bianca yang melihat Bu Widya jatuh ahirnya kembali untuk melihatnya.
"Tolong jangan pergi Bi.. mama mohon dengan sangat" Bu Widya memegang tangan Bianca. Reyhan memberi isyarat pada Bianca untuk mengiyakannya.
Di tengah kebingungannya Bianca mengangguk.
Sementara ini kesehatan Bu Widya lebih penting, yang lain biarlah nanti di bahas lagi, kata Bianca dalam hati.
MAU LANJUT? MOHON DUKUNGANYA DOnG! masih ingatkan caranya? dengan like, koment dan vote nya🙏🙏
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Suhartati
semoga berjodoh dgn rayhan
2023-09-25
0
Anisa Nurapiah
tuan monster?
2023-01-30
0
Nunung
lanjut thor penasaran nih ma ceritanya
2022-11-26
0