SUAMIKU ADALAH CALON IPARKU
"Sudahlah jangan menangis terus, saya pusing mendengarnya. kamu pikir saya senang dengan pernikahan ini, saya juga korban."
Sebuah suara mengagetkan Bianca. dia menoleh kearah suara itu yang ternyata berasal dari Reyhan pria yang sudah sah bergelar suaminya kini.
"kalau pusing mendengarnya tutup saja telinga!" ujarnya ketus. Reyhan tersenyum getir menanggapinya.
"Tak pernah terbayangkan akan mengalami rasa malu seperti ini," ucapnya lagi masih dengan mata yang basah.
"Tentang malu, saya rasa semua kena imbasnya. saya, kamu dan semua keluarga kita."
Tangisnya sudah mulai mereda. diam diam dia memperhatikan Reyhan.
"Pria ini mengaku menjadi korban, tapi dia kelihatan tidak terlalu terbebani dengan masalah ini." batin Bianca heran.
"Saya juga sama. ingin marah, menangis, dan teriak sekencang kencangnya. rasanya tidak bisa terima dengan semua yang terjadi. tapi saya tidak melakukanya. tau kenapa? karena saya tau itu perbuatan konyol. mendingan cari solusinya ketimbang menyesali yang sudah terjadi," kata Reyhan seolah menjawab pertanyaan yang ada di hati Bianca.
"Benar juga sih kata katanya."
tapi bukan Bianca namanya kalau segampang itu menyerah kalau sedang berdebat.
"Anda bisa bicara begitu karna anda cowok.
secara moral cewek lah yang paling merasakan dampaknya," ucapnya sengit.
"Gadis keras kepala! tak ada guna meladeninya berdebat." pikir Reyhan.
"Kalau begitu menangis saja terus. siapa tau dengan begitu bisa merubah semua yang sudah terjadi."
Bianca terdiam. dia mengagumi cara pikir Reyhan yang dewasa menghadapi masalah.
Reyhan berlalu keluar kamar membiarkan gadis itu termenung sendirian.
Yang membuat Bianca bertambah sedih saat mengingat ayah dan ibunya. kesedihan terlihat jelas di mata mereka mengetahui masalah yang menimpa putri tunggalnya.
kata kata sang ayah kembali terngiang di telinganya.
"Yang sabar ya Nak. ayah percaya pasti ada hikmah di balik semua masalah. ayah juga yakin menyerahkan dirimu pada Reyhan. dia akan jadi imam yang baik untukmu, ayah sangat percaya itu," ucap ayahnya sambil mendekap kepalanya.
Setelah dua jam an merenung sendiri. dia merasakan perutnya berbunyi.
" Rasanya lapar sekali, dari mulai acara tadi siang belum di isi apa apa," keluh Bianca
Sambil memegangi perutnya.
setelah berpikir sejenak dia berjingkat mendekati pintu, di putarnya handle pintu pelan pelan, setelah merasa aman dia menuju kedapur dengan harapan masih ada sisa makanan acara tadi siang.
Tapi sial, tak ada satu makanan pun yang dia dapat. Bianca berjongkok memeluk lututnya.
" Ayah ibuu.." ratapnya. tak terasa air matanya kembali berlinang mengingat kedua orang tuanya yang begitu memanjakannya. walaupun berasal dari keluarga yang tidak sekaya keluarga Reyhan, namun Bianca selalu bermandikan kasih sayang dari orang tuanya, terutama dari ayahnya yang sangat dekat dengannya.
Bianca bermimpi jatuh kedalam jurang yang sangat tinggi, badanya terhempas membentur bebatuan. seketika matanya terbuka dan menjerit karna kesakitan.
tapi dia lebih kaget lagi saat menyadari itu bukan mimpi, baru saja Reyhan suaminya yang dingin itu menghempaskan tubuhnya di kasur.
"Kenapa? " tanyanya ketus saat melihat mata Bianca melotot padanya.
"Jangan berani pegang pegang ya, ingat kita ini menikah hanya pura pura!" kata Bianca tak kalah keras.
"Hei.. sebenarnya saya malas di dekat kamu apalagi pegang pegang, tapi kelakuanmu itu jangan sampai membuat mama saya curiga.
lagian kenapa meringkuk di dapur?"
Bianca terdiam, sebenarnya dia mau bilang kalau dirinya kelaparan tapi saat melihat Reyhan menatapnya aneh dia mengurungkan niatnya.
"Sebenarnya apa sih maksud pria ini, kalau memang dia tidak perduli padaku kenapa dia membawku ke kamarnya, harusnya biarin saja aku pingsan di sana," omel Bianca .
"Ini sudah malam, ngomel saja kaya emak emak. saya harus istirahat. besok saja lanjutin dramanya!" kata Reyhan tanpa membalikkan badan. dia tidur di sofa yang ada di pojok kamar
""Apa? aku di bilang lagi drama, keterlaluan memang," dengus Bianca kesal.
Dia melirik jam dinding besar yang tergantung antik di tembok kamar itu. waktu sudah pukul tiga dini hari, karna lelah dan lapar, kantuknya tak tertahan lagi ahirnya dia tertidur dengan masih memakai kain dan kebaya saat ijab kemarin.
Bianca menggeliatkan badanya saat mendengar ketokan di pintu,
"Non di tunggu nyonya di meja makan." suara dari luar pintu.
"Iya sebentar," jawabnya., namun matanya mencari keberadaan Reyhan.
"Hah aku kesiangan. dimana monster itu?" pikirnya.
tanpa menunggu lagi Bianca membuka tas yang berisi beberapa baju ganti dan keperluan pribadinya.
Setelah mandi dan bersih bersih seperlunya dia bergegas keruang makan disana sudah menunggu sang nyonya besar alias mertuanya sedang duduk dengan anggun.
"Selamat pagi Bi..," sapanya dengan ramah.
"Pagi ma..," jawab Bianca kikuk.
"Ayo sarapan." mereka mulai menyendok nasi kepiring masing masing.
Bianca yang memang merasa lapar sangat bernafsu melahap hidangan yang tersaji.
"Uhuk uhuk.." karna terlalu bernafsu Bianca tersedak.
"Pelan pelan Bi..." bu Widya menyodorkan segelas air.
"Makasih ma," ucapnya malu.
"Gila, rasanya baru kali ini aku makan seperti orang yang tak pernah menemui makanan selama seminggu, pasti bu Widya ngetawain aku dalam hatinya." batin Bianca.
"Ohya.. kalau kamu mencari Rey, pagi sekali dia sudah berangkat ke kantor. ada meeting penting katanya." Bianca hanya mengangguk. lagian dia tidak perduli Reyhan berada di manapun.
Bu Widya sama sekali tidak menyinggung nyinggung tentang Arjuna.
sampai acara sarapan selesai Bu Widya hanya membahas tentang Reyhan saja. kalau di amati dengan seksama sama sekali tidak ada kesedihan di mata bu Widya karna putra keduanya menghilang tanpa berita.
"Ah mungkin ini cuma prasaanku saja."
Bianca menepis pikiran buruknya.
setelah itu dia sibuk mengontek teman temanya untuk mencari tau keberadaan Arjuna. namun tak satupun dari mereka yang memberi kabar gembira.
****
Sementara itu di sebuah rumah kosong di tempat agak sepi.
"Aah kepalaku berat sekali," keluh seorang pria sambil memegangi kepalanya. Ia baru terbangun dari tidurnya. Ia bertambah kaget saat menyadari dirinya tidur tanpa busana, begitu pula dengan tubuh perempuan di sampingnya.
"Kau sudah bangun sayang," ucap perempuan itu sambil menarik badan pria itu kembali tidur. namun sang pria menghempaskan tanganya dengan kasar.
"Jelaskan padaku! kenapa aku bisa di sini dan kau siapa? bukankah aku harus menikah dengan Bianca? astagaa apa yang terjadi?"
Arjuna meremas rambutnya sendiri stelah menyadari apa yang terjadi.
"Kenapa nanya ke aku? kau yang sudah membawaku kesini, dan lihat apa yang sudah kau lakukan padaku. dan kau masih bertanya apa yang terjadi?"
Arjuna bangun dan memunguti pakaiannya.
"Apa maksudmu? aku tidak mengerti dengan semua ini."
Setelah memakai pakaiannya. dengan tergesa dia menyambar ponselnya dan keluar dari rumah kosong itu.
"Bianca pasti sudah menunggu aku," ucapnya sambil berlari.
" Calon istrimu tidak akan mau terima kamu kembali Juna!" teriak wanita itu sambil tersenyum simpul.
"Misi selesai." ucapnya ringan.
Cukup jauh Arjuna berjalan kaki baru sampai di jalan besar. karna tak ada taxi di tempat itu maka dia terpaksa menyetop ojek.
Arjuna merasa bingung kenapa dia bisa bersama wanita itu di rumah kosong pula.
" Ayolaah Bi.. angkat!" kata Arjuna merasa kesal karena ponsel Bianca sibuk.
Dia berpikir kalau calon istrinya itu pulang ke kerumahnya. diapun langsung menuju kerumah Bianca.
Sesampainya disana dia mengetok pintu dengan terburu buru.
"Yaa sebentar, tidak sabaran banget," ujar suara dari dalam.
ketika pintu terbuka terlihat sosok pak Burhan muncul dari balik pintu.
"Arjuna?" Pak Burhan terlihat kaget.
"Pak saya mau bicara sama Bianca," ujarnya memohon.
"Bianca tidak ada disini," jawab pak Burhan. namun Arjuna belum percaya.
"Bi.. keluarlah Bi, aku mau jelasin semua."
Arjuna berteriak memanggil Bianca.
"Bapak tidak bisa berkata apa apa, sebaiknya kamu pulang dan selesaikan masalah ini dengan keluargamu," perintah pak Burhan dengan hati yang berkecamuk.
"Arjuna kembali secepat ini? lalu bagaimana nasib pernikahan Bianca dan Reyhan?" kata pak Burhan dalam hati.
Arjuna melangkah pergi dengan lunglai.
"Apa yang sebenarnya terjadi? dimana kamu Bi, dia pasti benci banget padaku" jerit hati Arjuna.
Saat Arjuna memasuki rumah. seisi rumah menatapnya dengan aneh.
"Ada apa, kenapa melihatku seperti itu?" bentak Arjuna pada para pelayannya.
tanpa berani berkata apa apa para pelayannya berlalu.
Mendengar suara ribut ribut dari ruang tengah membuat Bianca terusik dan keluar dari kamarnya.
"Kau masih ingat jalan pulang Jun?" sapa Bianca dengan suara yang di buatnya setenang mungkin.
"Ternyata kau disini Bi..," ucap Arjuna dengan gembira.
Arjuna melangkah hendak memeluk Bianca, namun Bianca menghindar dengan cepat.
"Stop! kau pikir setelah apa yang kau lakukan padaku masih berhak atas diriku?" bentak Bianca.
Arjuna tak tau lagi bagaimana cara menjelaskan pada Bianca bahwa dirinya telah di jebak seseorang.
"Kita mulai dari awal ya Bi.. aku mohon!"
Bianca masih menangis, tiba tiba dia merasa jijik dengan pria di depannya itu. dia juga tak mengerti kemana hasrat cinta yang menggebu pada Arjuna selama ini. yang ada kini hanyalah perasaan jijik benci dan semacamnya.
"Kamu masih mencintaiku kan, seperti aku mencintaimu. itulah yang membuatmu mau bertahan dirumah ini," kata Arjuna penuh percaya diri.
"hai para readers, salam kenal , ini karya perdana aku, mohon dukungannya ya, dengan like dan koment🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Erarefo Alfin Artharizki
astagfirullah typonya, maksudku Thor
2023-04-27
0
Erarefo Alfin Artharizki
cakep thor, silahkan mampir juga ya thot
2023-04-27
0
Aprilia
cakeep😍
2023-01-31
0