Episode 14

Zafian langsung memasang telinga, mendengarkan setiap perkataan Bimo dan anak buahnya yang menyambangi telinganya.

"Breng-sek!, Rupanya mereka baru saja bertemu" ucap Zafian kesal.

Sementara Firman langsung memberikan kode ke Zafian untuk tetap diam, banyak sekali perkataan yang didengar dari Bimo dan anak buahnya yang masuk ke telinga mereka berdua, Zafian benar-benar ingin menendang laki-laki itu saat ini juga, tapi apa daya dia harus memikirkan kondisinya dan juga status laki-laki breng-sek yang ingin di hajar nya.

"Sabar Zaf, jangan membuat kekacauan di tepat umum, bisa panjang urusannya, apalagi yang kamu hadapi adalah Bimo Trihatmodjo, dia punya orang-orang yang kuat, aku takut akan keselamatan mu nantinya" ucap Firman memberikan nasehat.

Zafian terdiam, berusaha untuk mengendalikan emosinya, pikirannya masih cukup waras untuk menjaga semuanya, ditambah sebentar lagi dia akan melakukan kontrak kerjasama.

"Jadi ini maksud mu menyetujui kerjasama pembangunan hotel milik Bimo Trihatmodjo?, Untuk lebih mudah mengikuti langkah Afita saat bekerja sama dengannya?" ucap Firman ingin penjelasan.

"Ck, memangnya harus bagaimana lagi, apa kau punya cara yang lain, aku tidak bisa membiarkannya dalam bahaya, mengingat keluarga besarnya sudah menitipkannya padaku, di samping itu, kini wanita itu istriku" jawaban panjang dari Zafian yang membuat Firman terkesiap.

"Wow..!, Bagus, jangan sampai kau membuat masalah dengannya, bisa di kubur hidup-hidup kau nantinya" ucap Firman sambil tertawa.

"Kau itu ngomong apa, ngelantur saja" sahut Zafian kesal melihat sahabatnya dengan wajah seakan terlihat seram.

"Eh tunggu, satu lagi.." sahut Firman.

"Apa lagi?" Tanya Zafian.

"Apa Afita tidak pernah punya kekasih sama sekali?, Aku mencari tentangnya tidak bisa, begitu tertutup rapat, Aneh" Ucap Firman.

"Ck, diam lah, kau menambah rasa pusing di kepala ku!" Teriak Zafian kesal.

"Iya, dari nada bicaramu, sepertinya kau tidak melihat keanehan dalam diri istri mu"

"Banyak!" Jawab Zafian asal.

"Oh ya, apa?, cerita Zaf..aku penasaran! "

"Dia bisa seperti anak kecil, bersuara keras memekakkan telinga dan suka membalas perkataan, ditambah lagi_"

"Cukup, aku tidak mau mendengar hal biasa seperti itu, maksud ku kehidupan pribadi istrimu sebelum ini Zaf!" Potong Firman ikutan kesal.

"Memangnya Afita itu siapa, kekasihmu?, Harus banget kamu tau soal pribadi nya!" Teriak Zafian.

Firman yang awalnya kaget, kini malah tertawa Melihat reaksi sahabatnya, semua terdiam saat makanan yang dipesan datang, perlahan menikmati makan siang, Zafian sudah bersiap untuk segera memberikan banyak kata untuk Afita seputar kerjasamanya dengan Bimo.

**

Sore datang menjelang, Zafian segera bersiap untuk pulang mengingat waktu bekerja sudah habis, lelah fisik dan pikiran tentu saja mendera seharian, seperti biasanya tempat tinggalnya adalah pelarian utama untuk merilekskan kembali jiwa dan raganya.

Beberapa jam kemudian Zafian sampai di Mansion, setelah mendapat sambutan hangat dari sang Bunda seperti biasa, Zafian melajukan kursi rodanya menuju ke kamar.

Terasa Aneh, sangat sepi dan seolah seharian ini kamarnya belum terjamah oleh mahluk yang namanya manusia, setelah membersihkan diri Zafian nampak kembali ke dapur untuk menemani sang Bunda yang sedang tengah sibuk membuat kudapan.

"Dimana Afita Bun, belum datang?" Tanya Zafian yang hanya mendapat tatapan aneh dari bundanya.

"Kau itu bagaimana, sama istri sendiri kok gak perhatian" sahut sang mommy, membuat Zafian terkejut.

"Sorry Bunda, kita kan beda tempat kerja, jadi gak mungkin bareng-bareng pulangnya"

"Kan bisa kamu jemput Zaf, nanti kalau di gondol orang, baru tau rasa kamu!" Ucap Sang bunda.

"Ck, bunda kalau ngomong jangan asal" sahut Zafian dengan malas.

Sementara Anita masih menatap sendu wajah anaknya, dia sangat bingung harus berbuat apa, rupanya surat undangan akan pernikahan mantan tunangannya sudah berada di dalam Mansion sedari siang, hingga perlahan Anita duduk di samping Zafian.

"Zaf, ada undangan pernikahan" ucap lirih sang Bunda.

"Dari siapa Bun?" Tanya Zafian penasaran dan meraih satu lembar undangan yang dirancang begitu mewah.

Ada sorot mata marah dan benci, namun sekaligus terlihat masih banyak cinta di hati Zafian untuk mantan kekasihnya, hingga usapan lembut tangan sang Bunda yang sudah mendarat di punggungnya membuatnya tersentak.

"Ingat Zaf, jodoh yang diberikan oleh Allah itu adalah yang terbaik, apapun caranya" ucap sang bunda.

Pembicaraan akan berlanjut, namun suara salam dari seseorang membuat Zafian menghentikan ucapannya, rupanya Afita baru saja sampai, tak lama kemudian Afita mendapat banyak pertanyaan dari Zafian tentunya.

"Dari mana, baru datang" tanya Zafian.

Afita tidak menjawab, berlalu pergi masuk ke kamar setelah menyalam takzim sang Bunda, rupanya hari ini membuat Afita merasakan sangat lelah setelah menjalankan segudang aktivitasnya.

Tak rela akan pertanyaan yang belum di jawab, Zafian segera mengikuti Afita menuju ke dalam kamarnya, Afita yang tidak sadar sedang diikuti oleh Zafian begitu terkejut saat dirinya berbalik.

"Astagfirullah.. Zafian, kenapa ada disini?" Ucap Afita sambil memegangi dadanya karena kaget.

"Ada yang ingin aku tanyakan soal_" jawab Zafian yang terpaku akan dada bagian atas Afita yang terlihat sangat mulus karen Afita sudah melepas kancing atasnya.

Afita yang melihat perubahan sikap aneh suaminya segera sadar akan apa yang dilakukan, "Sorry!" Ucap Afita yang secepat kilat membalikan badan memunggungi Zafian.

"Ehem, tidak apa-apa, sebaiknya kamu bersihkan dulu tubuhmu, setelah selesai, kita baru bicara serius" sahut Zafian yang kemudian mendekati meja untuk mengambil beberapa catatan yang tertinggal.

Kali ini tidak butuh waktu lama untuk melihat Afita sudah keluar dari kamar mandi, Zafian tersenyum tanpa disadari, saat Afita terkejut melihat dirinya lalu berlari kecil masuk ke dalam ruang ganti hanya dengan memakai bathrobe tanpa hijabnya lagi.

"Aku tidak tau kamu masih berada dalam kamar, jadi aku keluar dari kamar mandi begitu saja" ucap Afita membuka pembicaraan.

"Memangnya kenapa, ini kamar ku, kau juga istriku, berada disini itu sudah sewajarnya" Sahut Zafian.

Afita kini duduk di sofa yang berada dalam kamar, melihat Zafian yang bukannya cepat memulai pembicaraan, tapi malah sibuk membaca beberapa lembar kertas, tak tahan dengan keadaan yang se hening kuburan, membuat Afita akhirnya angkatan bicara.

"Aku akan keluar kalau tidak ada yang perlu di bahas lagi" ucap Afita segera berdiri.

"Tunggu!" Cegah Zafian mulai kesal kembali mengingat apa yang ingin ditanyakan.

"Ada apa?"

"Kenapa tidak pamit padaku dulu sebelum menemui seorang laki-laki?" Pertanyaan konyol yang membuat Afita heran dan ingin tertawa.

"Ada apa denganmu, aneh sekali"

"Jangan bercanda, aku serius, justru kau yang aneh" sahut Zafian merasa tidak senang dengan jawaban Afita.

"Aku tidak bercanda, hanya saja_, apa yang kamu tanya kan itu aneh, semua klien yang ku temui hari ini adalah laki-laki, apa iya, aku harus ijin kamu satu persatu untuk bertemu dengan mereka?"

"Itu yang benar"

"Ish, kau ini, sebenarnya ada apa?"

"Jangan temui langsung Bimo Trihatmodjo, wakilkan ke sekretaris atau pegawai mu saja" ucap Zafian yang mampu membuat Afita makin terbengong.

"Bisa beri aku alasan, kenapa aku harus menuruti keinginan konyol mu itu?" Tanya Afita menoleh jengah.

"Aku suamimu"

"Semua juga tau, sayangnya itu tidak cukup kuat menjadikan alasan kenapa aku harus menuruti keinginan mu itu" ucap Afita berdiri dan berjalan hampir keluar dari kamar, membuat rahang Zafian mengeras teringat akan apa yang diinginkan baji-ngan seperti Bimo Trihatmodjo akan istrinya.

Zafian menjalankan kursi rodanya dengan cepat, menarik Afita hingga menjerit dan jatuh dalam pangkuannya.

"Akh!, Zafian!"

Tangan Zafian sudah memeluk posesif, membuat Afita tidak berkutik dalam detakan jantungnya yang seakan mau lepas dari tempatnya, dihirup kuat punggung Afita yang membuatnya candu akan aroma wangi bau tubuhnya.

"Zaf, apa yang kau lakukan?" Ucap lirih Afita yang tidak mampu meronta, tubuhnya seakan luruh saat sentuhan tangan Zafian begitu lembut menyambangi bagian depan tubuhnya.

Rema-san tangan Zafian untuk kedua kalinya membuat sensasi yang berbeda, rasanya ingin menolak dan melempar Zafian, tapi nyatanya tubuh Afita malah menerima nya, bahkan kini justru menikmati jari jemari yang menyusuri area sensi-tifnya.

"Zaf.. emhh"

Jangan lupa VOTE, HADIAH, LIKE, dan KOMENnya.

Bersambung.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***