Episode 12

Berkutat dengan pekerjaan, membuat Afita melupakan jam untuk beristirahat, sedangkan Zafian yang juga berada di ruang kerjanya makin penasaran dengan sosok laki-laki yang akan dinikahi oleh mantan kekasihnya.

Berselancar di dunia Maya menjadi pilihan Zafian untuk mencari informasi, tanpa di duga muncul berita tentang keluarga Nugraha, dimana terpampang gambar Afita yang mendapatkan penghargaan pengusaha sukses wanita dalam menjalankan bisnis perhotelan.

Dibaca sedikit kabar tentang Istrinya, Zafian tersenyum tipis. "Tidak kusangka dia sehebat ini, tapi sayang, sikapnya terkadang kekanak-kanakan sekali" ucapnya lirih.

Saat ingin beralih ke informasi mantan kekasihnya, Zafian dikejutkan dengan sosok laki-laki yang sangat dia kenal.

"Sh-it !, Jadi Afita akan bekerjasama dengan laki-laki ini, apa tidak salah, sebaiknya aku memperingatkan nya" ucap Zafian dan segera keluar menuju ke Ruang kerja Afita.

Tiba didepan pintu, Zafian segera mengetuk dan memanggil Afita.

"Siapa?" Terdengar suara Afita.

Bukannya menjawab, Zafian langsung membuka pintu dan masuk begitu saja.

"Memangnya suara laki-laki di rumah ini mau siapa lagi, pake tanya siapa?" Ucap Zafian menatap Afita yang masih menatap laptop diatas meja kerjanya.

"Kalau mau mengomel, silahkan keluar, aku butuh konsentrasi" jawab Afita tanpa menoleh kearah Zafian.

"Aku kesini untuk hal yang serius" ucap Zafian.

"Hem" jawab Afita masih sibuk dengan laptopnya.

Zafian yang kesal dengan sikap wanita di depannya, segera menggeser kursi roda nya dan mendekat, dengan cepat menutup laptop Afita.

"Zafian!" Sontak Afita terkejut.

"Aku perlu bicara, dan ini serius"

"Ck, apa lagi, kenapa harus menutup laptop ku, aku juga sedang serius membaca sesuatu yang penting!" Sahut Afita kini tengah kesal.

"Kau tau akan bekerjasama dengan siapa?" Tanya Zafian tidak peduli dengan wajah Afita yang manyun.

"Kerjasama yang mana?" Sahut Afita akhirnya menanggapi Zafian.

"Hotel mewah yang akan dibangun di kawasan Elite, kebetulan perusahaan ku masih menimbang kerjasama dalam pembangunannya"

"Maksud mu yang mana?, Bisa kan lebih jelas lagi, kerjasamaku banyak" ucap Afita antara kesal dan bingung akan maksud Zafian.

"BIMO TRIHATMODJO, sudah paham?!"

"Oh, itu, iya paham, terus kenapa?" Tanya Afita masih belum mengerti.

"Yakin akan kerjasama dengan orang seperti itu?" Tanya Zafian menegaskan.

"Yakin, memang kenapa?"

"Sudah mencari tahu tentang orang ini?" Tanya Zafian lagi.

"Sedikit, sebenarnya ada apa?"

"Dia laki-laki yang terkenal dengan banyak wanita dari kalangan atas"

"Bagus dong" jawab Afita.

"Bagus bagaimana maksudmu?"

"Ya baguslah, berarti dia pebisnis sukses, berhasil membangun kerjasama dengan wanita-wanita kelas atas, begitu kan?" Ucap Afita.

Zafian menarik nafas panjang, heran dengan pemikiran wanita di depannya yang tidak nyambung sama sekali dengan maksud omongannya.

"Bukan itu maksud penjelasan ku tadi, apa kau tidak mengerti sama sekali?"

"Kenapa nadamu meninggi, penjelasan mu membuat aku berpikiran seperti itu, ya kalau salah, mohon di jelaskan lagi, gak perlu galak seperti itu"

"Oke oke, laki-laki itu penjahat wanita, suka sekali menaklukkan wanita tanpa mau bertanggung jawab, hanya pemuas nafsu diatas ranjangnya saja, puas?" Ucap Zafian berapi-api.

"Terus kenapa?"

"Kenapa kamu bilang?, Mana mungkin aku tidak khawatir kalau kamu bekerja sama dengan laki-laki macam itu?!"

"Ish, gak perlu teriak aku sudah dengar, biasa saja ngomongnya, gak usah nyolot Zaf!" Sahut Afita.

"Kamu yang membuat ku emosi"

"Sudah-sudah, aku makin pusing dengan pembicaraan ini, pertama_aku hanya kerjasama bisnis dan profesional, gak mungkin aku aneh-aneh. Dan kedua_perlu kamu tau, laki-laki yang kau ceritakan itu adalah calon suami Eliza Ricardo, masih ingatkan siapa Eliza?"

Blar

Zafian sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Afita barusan. Rasanya bagai tersambar petir mendengar calon suami Eliza mantan kekasihnya adalah Bimo Trihatmodjo, seorang pengusaha yang terkenal dengan sepak terjangnya akan penjahat wanita.

"Tidak mungkin !" Ucap Zafian.

"Ini, lihat sendiri !" Ucap Afita langsung menggeser laptopnya yang dibuka kembali.

"Breng-sek !" Teriak Zafian seketika.

Afita berpindah tempat, membiarkan begitu saja Zafian emosi sendiri mengingat mantan kekasihnya akan menikah dengan pengusaha yang terkenal akan permainannya dengan banyak wanita.

"Kalau kau ingin melampiaskan kekesalan soal Eliza, silahkan keluar dari sini, aku masih banyak pekerjaan, jangan menganggu konsentrasi ku" usir Afita tanpa menoleh ke Zafian.

Zafian yang masih terdiam segera beranjak, dengan kasar menjalankan kursi rodanya menuju pintu, namun segera berhenti dan menoleh kembali ke Afita.

"Aku harap kau bijak dalam menentukan teman bisnis untuk diajak kerjasama"

Afita berhenti dari aktifitasnya, menoleh ke Zafian lalu berkata "Tidak perlu memberitahuku kalau yang kau khawatir sebenarnya bukan aku".

Zafian terdiam, sat ini hatinya tidak menentu, terasa sangat lelah dan penat, ingin menimpali omongan Afita rasanya sudah tidak sanggup lagi, hingga dalam diam dia memutuskan untuk kembali lagi ke ruang kerjanya.

Ada perasan tidak rela melihat kenyataan yang ada didepannya, bayang Eliza bersanding dengan laki-laki lain rasanya masih belum bisa, apalagi laki-laki itu adalah seorang Bimo Trihatmodjo, laki-laki yang memang sangat berkuasa dan sukses akan bisnisnya tapi juga seribu wanita yang bergonta-ganti hanya untuk kepuasan ranjangnya.

"Sial, kenapa Eliza memilih laki-laki seperti itu, bukankah dia tau bagaimana sepak terjangnya" batin Zafian makin geram dan akhirnya mengambil handphone lalu menghubungi seseorang.

Lama sekali Zafian melakukan panggilan, berbincang serius sampai tidak terasa malam semakin larut.

Afita baru saja masuk kedalam kamar, mendapati Zafian tengah ber telpon di depan jendela besar kamar sambil melihat keluar, tentu saja kedatangannya tidak disadari.

Hanya mendesah panjang, dan Afita berjalan masuk ke dalam bathroom untuk membersihkan diri dan wajahnya sebelum beristirahat, sampai dia beranjak diatas kasur Zafian masih asik berbincang di saluran telepon.

Tanpa perduli juga Afita segera mematikan lampu utama, Zafian langsung dibuat terkejut dan menoleh ke arahnya.

"Sudah malam,waktunya istirahat" ucap Afita singkat.

Zafian berdecak, berpamitan dengan seseorang, dan terdengar nama Eliza sebelum panggilan ditutup.

"Jangan pindah lagi ke Sofa, aku tidak mau kau tidur dengan posisi yang tidak nyaman"

"Hem.."

"Lupa tugasmu?" Ucap Zafian lagi dan sukses membuat Afita membuka mata kembali.

"Iya, dari tadi aku menunggumu, sini!" Afita segera bangun dan membantu Zafian untuk berpindah diatas tempat tidur.

Kini Afita kembali lagi tidur disamping Zafian yang masih terlihat resah. Miring kesana kemari mencari posisi yang nyaman tapi tak kunjung datang, hingga membuat Afita akhirnya terusik.

"Kau ini kenapa, gak bisa diam?" Afita memperingatkan.

"Aku gak bisa tidur" sahut Zafian.

"Ya sudah, aku pindah saja" ucap Afita langsung berdiri dan hendak pergi.

"Eh,tunggu, bukan itu, kembali !" Teriak Zafian.

"Apa lagi sih Zaf..aku ngantuk, jangan berulah!" Teriak Afita kesal.

Zafian yang melihat Afita masih berdiri, segera bergeser dan menarik tangan Afita hingga terjatuh dalam pelukannya.

"Zaf..lepas!" Teriak Afita langsung panik.

"Kamu normal kan?" Tanya Zafian konyol sambil mempertahankan posisi Afita berada tetap di pelukannya.

"Ish, kau ini ngomong apa, lepas!, Jangan aneh-aneh, aku ngantuk!" Teriak Afita berontak kembali.

"Jawab dulu, kamu masih normal kan?"

"Normal apanya, apa maksudmu?!" Tanya Afita.

"Aku tidak pernah melihat kabar kedekatanmu dengan laki-laki manapun, itu mustahil dan_"

"Akh!" Teriak Zafian langsung melepaskan dekapannya, dan akhirnya Afita terbebas.

"Mangkanya jangan berulah, cepat tidur, jangan berisik, aku butuh ketenangan untuk beristirahat, dasar !" Afita merasa menang.

"Sial, sakit sekali Af!" Ucap Zafian sambil menggosok bagian kaki yang tercabut bulunya oleh tangan Afita.

"Itu bagus untuk merangsang saraf kakimu, biar cepat kuat kembali"

"Sh-it !, Tapi tidak begitu juga caranya!" Ucap kencang Zafian.

Brug

"Aww!, Afita !" Teriak Zafian saat dilempar bantal tepat mendarat di mukanya.

Afita tersenyum melihat wajah jengkel Zafian, lalu segera memutuskan untuk segera beristirahat memejamkan matanya.

Jangan lupa VOTE, HADIAH, LIKE, dan KOMENnya.

Bersambung.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***