Truth and Bear

Tanpa banyak tanya akan muka cemberutnya Elena setelah mengembalikan kuda ke istal kampus dan berlanjut dengan diskusi bersama sir Thomas mengenai lokasi ‘refreshing kuda’, Reyand mengantar Elena ke depan katedral yang memiliki rumput hijau yang membentang luas di depannya. 

Situasi katedral tampak sepi, hanya beberapa biarawati yang silih berganti keluar masuk ke katedral dengan senyum ramah menyapa gadis kecil Mark.

"Dengan nama bapa, putra, dan roh kudus. Elena." Mark menaruh kitab suci ke mimbar katedral setelah melihat satu jemaat datang tidak pada jadwalnya.

Mark menyentuh kepala Elena sembari mengucapkan doa setelah jarak tak memisahkan keduanya.

"Papa senang kamu berkunjung, Ela. Ada apa?" 

Elena memeluk pria berjubah hitam itu dengan cemas. Dia tampak lebih tenang setelah ayahnya mengajak duduk di salah satu kursi katedral yang memiliki empat menara tinggi. Lebih dari seratus kursi kayu panjang juga berjejeran, terbagi dalam dua barisan. Kanan dan kiri, sementara bagian tengah dibiarkan lengang. 

"Aku cuma..." Elena batal mengucap lanjutnya. Gadis itu membuang wajah ke biarawati yang masuk dari pintu samping. Hatinya gamang.

"Ada apa, Ela?" ulang Mark, diam-diam ia sanggup menangkap kecemasan Elena. "Kau mencemaskan papa? Papa baik-baik saja." 

Papa pasti gak setuju aku pergi ke kawasan utara hutan lebat Delucia. Terus gimana ini, nanti aku dikira nggak profesional.

"Ela," Mark menyentuh kepala Elena. "Ibumu marah? Atau ibumu punya pacar baru?" Mark menyipitkan mata.

"Pa!" Elena geleng-geleng kepala, bagaimana bisa ayahnya menyangka ibunya punya pacar baru sementara setiap akhir pekan Mark berkunjung ke rumah mantan istrinya. Menginap pula.

"Seminggu lagi, aku—aku ikut turnamen pacuan kuda." jelas Elena gugup. "Tapi sir Thomas menyuruh kita refreshing di kawasan utara hutan lebat Delucia."

Mata Mark langsung melotot dengan waspada. Kawasan utara hutan lebat Delucia terkenal dengan konsepsi yang berkembang pada zaman ke zaman jika bangsa vampir kerap menyisir wilayah itu untuk berburu.

Meski mitologi yang berkembang nyaris seperti semilir angin malam, sampai sekarang pemburu vampir atau sekelompok The Devil's Hunter masih bertekad mencari kebenaran bangsa manusia pucat itu. 

"Sir Thomas harus berhadapan dengan papa dulu, Ela." ucap Mark. Meski terdengar seperti nada gurauan, Mark menatap Elena serius.

Elena mengangguk, sehati dengan ayahnya yang khawatir.

"Sebenarnya aku juga nggak mau papa, cuma junior member mana bisa protes." keluh Elena lemah. 

"Apa itu menghambatmu?" 

Elena memucat.

"Papa yakin ibumu masih bertekad menjadikanmu atlet sepertinya." lanjut Mark.

Pemikiran yang terus mengganggu keduanya membuat mereka merenung. Hutan lebat Delucia adalah habitat hewan buas yang masih terjaga alami. Spesies beruang masih bisa dilihat di area terluar hutan itu. Area dalam? Belum ada yang berani menjangkau keseluruhan hutan itu kecuali pemburu gelap dan kelompok The Devil's Hunter. 

"Kau hanya perlu hati-hati dan waspada, Elena." pungkas Mark. "Mari papa antar pulang." 

***

Keesokan harinya, Elena menyiapkan perlengkapan equestrian dengan baik. Semalam Julianne memberikan banyak informasi mengenai kawasan utara hutan lebat Delucia dan berbagai macam jenis perlindungan diri yang bisa Elena lakukan. Maka tidak mengherankan jika gadis itu membawa tas gunung berukuran 55L demi menentramkan hati ayahnya.

"Mom." Elena menuruni anak tangga dengan hati-hati. Putri tunggal dari pasangan Julianne dan Mark Adair itu mengalihkan perhatian ibunya dari adonan kue. 

"Aku berangkat pagi ini, mom." 

Julianne menyentuh pipi Elena dengan tangan yang belepotan tepung. "Kau bawa perak seperti yang dikatakan papamu?" Mata Julianne terlihat geli. 

"Bawa, mom. Pisau perak. Papa memberinya dari katedral dan air suci."  

Julianne terbahak sejenak. "Mama heran, Ela. Sepertinya papa kamu harus menjadi anak buah Abraham Lincoln. Dia slalu terbayang-bayang cerita kakek buyutnya tentang vampir, penyihir dan iblis sejak kecil. Kau perc—"

Elena mengangkat tangannya, menghentikan rentetan ibunya. 

"Yang aku mengerti papa menjadi pastor untuk membantu orang. Mama jangan mencela ketakutannya. Kakek buyut juga tidak akan mengarang cerita asal-asalan. Lagi pula beberapa mitos sedikit terbukti dengan simbol-simbol iblis. Pentagram 666? Baphomet? Nosferatu? Lalu Lucifer? Pengabdi setan? Tidak bisa kita pungkiri jika ketakutan papa itu ada, mom! Sudahlah, kalian sudah pisah aja masih berdebat." ejek Elena.

Dada Julianne tertohok. Beberapa komunitas bawah tanah sangat menjunjung tinggi simbol-simbol kegelapan itu, tapi yang jadi pikirannya sekarang bagaimana Elena bisa tahu? Dia kembali membelai pipi Elena sembari menghela napas. 

"Jaga dirimu dan pulanglah ketika cuaca hutan berkabut. Ingat, Elena. Mama tidak memaksa kamu menjadi atlet equestrian profesional. Mama hanya mau kamu punya kesibukan." 

Elena berdehem. "Love you, mom." tegasnya seraya keluar rumah. 

Reyand membuka pintu mobilnya, segera setelah keduanya masuk ke dalam mobil. Mereka langsung bergabung dengan sesama atlet equestrian di dekat kawasan hutan lebat Delucia satu jam kemudian.

Elena merapatkan jaketnya, melompati genangan air. Di bangunan yang terbuat dari material kayu, udara dingin sangat terasa sejuk. Ujung-ujung pepohonan rindang nampak masih tertutup oleh kabut. 

Elena memutar matanya dengan malas, tas gunung berukuran 55L itu membuat teman-temannya terbahak.

"Kayaknya ada yang mau camping, Rey? Apa kamu di ajak anak sok suci itu." celetuk Sophia, gadis berambut pirang itu terbahak-bahak, mengingat Elena dan Reyand berpacaran namun berciuman saja tak pernah.

Elena muram, dengan sedikit sisa rasa percaya diri. Gadis itu hanya mengambil cokelat, pisau perak, air suci dan kompas seraya ia masukkan ke dalam tas punggung kecil.

"Kalau bukan karena ibumu mantan atlet, mana bisa badan kerempeng sepertimu sanggup mengendalikan kuda!" imbuh Sophia sinis. 

Reyand mendelik, dia mengangkat tangan. Menghentikan ucapan Sophia dari sisa ceramahnya. Sementara sikap apatis Elena membuat kekasihnya iba meski hanya bisa mengelus kepalanya.

"Lebih baik kita fokus ke refreshing ini, Pia." kata Reyand.  

Sophia melengos, tapi sebelum ia sempat menggerutu sendiri truk pengangkut kuda dari istal kampus datang bersama sir Thomas.

Elena beranjak. ‘Hayley’ gumamnya. Senyumnya merekah seakan hanya kuda itu yang membuatnya senang hingga tak menghiraukan Reyand.

Elena menerima tali kekang dari petugas istal kampus, meski jengkel bawaannya masih digunjing Sophia, Elena memasang senyum sambil menggiring Hayley ke pagar kayu seraya mengikat tali kekangnya di sana. Ia mengelus-elus kening kudanya, begitupun atlet equestrian yang lain. Mereka terlihat memasang pelana kuda sebelum menungganginya. 

Sir Thomas membunyikan peluit. "Kita akan menyisir wilayah luar saja dan berhenti di depan pos polisi hutan. Kalian mengerti?" teriaknya.

Elena menatap Reyand yang sibuk mengelus surai kudanya. 

"Rey." Elena memanggil, lelaki bermata biru dengan kaos polo putih dan sepatu boot berkuda itu menoleh dengan senyum masam.

"Aku tidak mau ditinggal olehmu." kata Elena. 

"Anggap ini kompetisi bebas, Elena. Kamu harus mandiri!" Reyand menyentakkan tali kekang kudanya, mengikuti senior member yang sudah menggelinjang bersama kudanya, mengentak jalanan aspal yang berganti dengan jalan setapak bebatuan setelahnya. 

Rimbunnya dedaunan dan tingginya pohon menghalangi cahaya matahari musim semi masuk ke dalam tepi hutan lebat. Elena celingukan di persimpangan jalan setapak. 

"Ini nggak sesuai briefing tadi." gumam Elena, pos polisi hutan sudah terlewati. Rombongan tak terlihat, hanya suara derap kaki kuda yang terdengar dari kejauhan. 

"Hayley, harus kemana kita?" Elena celingukan, semak belukar meninggi di kanan kiri jalan setapak, lumut merambati bebatuan dan batang pohon. Suara alam terasa pekat di sekeliling Elena dan aroma batang-batang pohon yang membusuk menyumbangkan kegelisahan yang semakin besar. 

Elena menyentakkan tali kekang kudanya dengan kegugupan. Hayley mempercepat keempat kakinya memasuki wilayah hutan lebat Delucia yang ia yakini sebagai jalur yang dilewati teman-temannya.

Semakin ke dalam, Elena menghela napas dengan dramatis. Ia menyuruh Hayley memperlambat larinya di bawah naungan pepohonan. Elana melompat turun dari tunggangannya. Tangannya menyeka keringat yang membanjiri tubuhnya. 

"Ya Tuhan, dimana mereka?" 

Elena mondar-mandir, tahu bahwa sesuatu tidak beres sedang terjadi padanya. 

"Apa aku tersesat, kompas-kompas." Elena memutar tas punggungnya seraya mengeluarkan benda petunjuk arah itu. Ia berputar, berusaha menenangkan pikirannya yang berpacu. Sesaat ia menengadah menatap langit. 

Seekor burung hantu mengamatinya dengan mata melotot.

"Ya Tuhan, papa." Haus membuat Elena meneguk air suci yang seharusnya digunakan untuk mengusir makhluk jahat sembari duduk dan belum sempat rasa lelah Elena berakhir kepakan sayap burung hantu dan ringkikan panik kudanya membuatnya terlonjak kaget. 

Dari arah semak-semak timur, berlari beruang hitam besar ke arahnya.

"Hayley, Hayley." teriak Elena sembari berlari secepat mungkin dari sergapan beruang yang terus berusaha menangkapnya. Elana berlari dengan hati yang terus bergolak, naas kakinya yang tak kuat menapaki kontur tanah yang terjal membuatnya oleng ke semak-semak yang mengarah ke jurang, dia menggelinding. Merasakan tubuhnya remuk kemudian melayang seperti ada sesuatu yang membopongnya dari ancaman mati konyol. 

"Kau, kau siapa?" Mata Elena terpejam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Titik Handayani

Titik Handayani

waduh...sampe lupa mau komen apa saking terkejutnya

2025-01-20

0

Ganesha Amb

Ganesha Amb

jeng2 saatnya bela ketemu mas pampir.😃

2023-04-04

0

Umine LulubagirAwi

Umine LulubagirAwi

walah, pcr model pa tuh? gk bntu elena. jd trsesatkn pcrmu?
smoga elena gpp

2022-12-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!