Siang menjelang.....
Sebuah mobil sport berwarna merah nampak berhenti di depan gerbang sebuah taman kanak kanak di kota itu.
Seorang pemuda berkulit putih dengan paras nyaris sempurna nampak keluar dari dalam mobil berharga fantastis itu kemudian menyandarkan tubuhnya pada bodi depan mobil mewahnya. Sebuah kacamata hitam nampak membingkai mata teduhnya. Pria berusia dua puluh satu tahun itu kini terlihat asyik memainkan ponsel di tangannya. Saking fokusnya dengan ponsel, ia sampai mengabaikan suara suara berbisik penuh kekaguman yang di lontarkan para ibu ibu di sana.
"Eh....buk....itu kan Angkasa? Penyanyi terkenal itu...!" Ucap seorang ibu ibu disana.
"Iya....anak nya Adrian yang model itu kan?" Imbuh ibu lainnya.
"Iya....selain nyanyi dia kan model juga, sama kaya papa nya..." Ucap ibu lainnya.
"Wah ganteng banget ya....kayak papanya dulu waktu muda juga ganteng banget.. ya...walaupun serem sih suka nyulik nyulik perawan.." ucap ibu lain.
"Iya... Eh...tapi kalau yang nyulik kayak si Adrian mah saya juga mau....siapa tau dijadiin istri kayak istrinya yang sekarang..."
"Iya....saya juga mau kalau begitu...."
Suara suara semacam itu terus terlontar. Namun sayang, si pria yang tengah jadi bahan perbincangan itu sama sekali tak menoleh. Ia terlalu sibuk dengan benda pipih di tangannya sampai sampai abai akan suara suara tersebut.
Ting....ting...ting....ting.....
Lonceng berbunyi. Pertanda para siswa siswi taman kanak kanak itu selesai dengan aktifitas belajar mengajar mereka.
Para murid berhamburan keluar dari kelas mereka masing masing di dampingi guru kelas masing-masing. Tak terkecuali ruang kelas yang di tempati oleh dua bocah menggemaskan itu, Tiger dan Aliya.
"Tiger sama Aliya udah dijemput?" Tanya sang guru berparas rupawan.
"Udah bu gulu....tuh... uncle nya aku..."ucap Tiger sambil menunjuk ke arah mobil merah yang dikendarai pria tampan itu, Angkasa Wildan Tama.
Sang guru menoleh ke arah mobil merah itu lalu tersenyum.
"Ya udah... buruan samperin uncle nya..." Ucap bu guru cantik itu.
"Iya bu gulu..." Ucap Tiger dan Aliya. Kedua bocah itu lantas meraih punggung tangan wanita dua puluh empat tahun tersebut lalu menciumnya sebagai tanda hormat.
"Assalamualaikum bu gulu..." Ucap Tiger dan Aliya bersamaan.
"Wa Alaikum salam..." Jawab sang guru.
Kedua bocah itupun lantas berlari menuju ke mobil mewah yang sudah menunggu mereka.
"Uncle....." Ucap Tiger riang sambil menggoyang goyangkan tubuhnya membuat tas ransel bermotif harimau itu bergerak gerak ke kanan dan ke kiri.
"Mas uncle....." Imbuh si gadis kecil nan menggemaskan itu di sambut dengan tawa cekikikan dari Tiger Smith Anderson.
"Mas uncle....mas uncle....!! Haaahh....dasar lu mini mouse...! Buruan masuk...!" Ucap Angkasa pada kedua bocah itu.
"Bukain dong uncle .." ucap Tiger.
"Buset maung ....kan udah gede....bisa buka sendiri...! Nggak boleh manja jadi bocah...!" Ucap Angkasa pada kepada keponakan nya yang ia panggil Maung itu.
"Uncle gimana sih...tangan aku itu capek abis mewalnai tadi... Uncle nggak tau ya ...aku abis walnain gunung.... Kebayang nggak ...gunung segede itu aku walnain....ya capek dong tangan mungil aku..." Ucap Tiger disusul suara cekikikan Aliya di sampingnya.
"Tigel....Tigel ....kamu lucu.... Kamu itu cuma walnain gambal gunung....bukan walnain gunung benelan....emang bisa..? Gimana calanya....? Kamu lucu....xixixi....." Ucap Aliya tak bisa menyembunyikan tawanya.
Tiger itu terkekeh hingga memperlihatkan gigi giginya yang sebagian terlihat keropos dan tak putih.
"Kan aku halus lucu.... Bial cepet ganteng....iya kan uncle ..?" Ucap Tiger pada Angkasa.
Pemuda dua puluh satu tahun itu hanya menggelengkan kepalanya mendengar celotehan si bocah kecil itu.
"Sumpah lu dari bayi bar bar banget....! Gemes gue ama lu...! Rasanya pen gue makan, gue cocol pake sambel teri tau nggak lo...!" Ucap Angkasa.
"Ih....kok selem....? Kalau gemes itu dicubit uncle ..." Ucap Tiger.
"Itu kalo gemesnya biasa...ini udah luar biasa...! Udah buruan naik ...ngemeng mulu lo....!!" Ucap Angkasa kemudian bergegas menuju kursi kemudinya. Tiger dan Aliya pun berjalan menuju pintu belakang mobil, membuka nya lalu naik dan duduk berdua disana.
Angkasa menatap dua bocah itu dari spion dalam mobil tersebut.
"Eh... Uncle Mutu ama Cikgu besar...! Lu berdua ngapain pada duduk di belakang....? Nape gue jadi kek sopir ...yang satu maju sini...!" Ucap Angkasa.
"Ih....uncle....! Aku sama Aliya itu nggak bisa dipisahin...kita itu kemana mana halus beldua...!" Ucap Tiger.
Aliya cekikikan lagi.
"Astaga Tuhan.....serah lu deh ... serah lu...! suka suka lu...!" Ucap Angkasa.
Pemuda itu kemudian menyalakan mesin mobilnya. Lalu melajukan kendaraan roda empatnya itu menuju ke kediaman orang tua Tiger, Nabila Brygita Tama dan Zev Smith Anderson yang merupakan kakak dan iparnya.
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Tiger, kedua bocah itu tak henti mengoceh. Menceritakan apa saja yang mereka alami selama di sekolah mereka.
"Uncle.... Uncle.... Tau nggak...tadi aku udah bisa pipis sendili loh...telus aku di kasih bintang banyak sama bu gulu...." Ucap Tiger antusias.
"Hemmm..." Jawab Angkasa cuek.
"Telus....botol minum aku jatuh mas uncle....lusak..." Imbuh Aliya
"Hemm..." Jawab Angkasa lagi.
"Iya uncle kasian Aliya....botol yang dibeliin ayah jatuh ..! uncle ..uncle....uncle punya uang nggak? Beliin botol minum buat Aliya dong" ucap Angkasa.
"Iye...kapan kapan....uncle ngep*t dulu...!" Ucap Angkasa sekenanya.
"Ih....emang ba*i...!" Ucap Tiger di balas cekikikan oleh Aliya.
Angkasa tak menjawab. Pemuda tampan berkacamata hitam itu nampak melajukan mobilnya menuju kediaman sang kakak yang juga orang tua dari Tiger Smith Anderson.
"Uncle ...uncle...tau nggak...bu gulu aku yang balu baik banget loh uncle...namanya bu gulu penani..!" Ucap Tiger.
"Penyanyi?" Tanya Angkasa tak paham.
"Bukan penani....tapi penani....." Jawab Tiger membenarkan
"Lah iya ..penyanyi...!" Jawab Angkasa
"Bukaaaannn....!! Iiiih....uncle ....! Penani...!!" Ucap Tiger lagi
"Iye...iye.... terserah...! Mo penyanyi kek, penari, tukang debus...bukan urusan gue....guru guru lo ini...!!"ucap Angkasa tak peduli.
Mobil pun terus melesat menembus padatnya jalanan ibu kota. Sepanjang perjalanan baik Tiger maupun Aliya tak henti berceloteh kesana kemari, menceritakan aktifitas mereka selama belajar disekolah serta tentang bu guru barunya yang cantik dan baik hati itu.
Sekitar sepuluh menit perjalanan, mobil merah itu sampai di sebuah rumah berdesain minimalis namun terlihat mewah dan nyaman.
ya...itu kediaman milik Zev dan Nabila, orang tua Tiger, kakak dan ipar Angkasa serta majikan dari kedua orang tua Aliya, Zack dan Azizah.
"Assalamualaikum....!!!!" Ucap kedua bocah itu riang sambil turun dari mobil dan mendekati seorang pria dewasa yang nampak tengah berbincang dengan security di depan gerbang rumah berlantai dua itu. Sedangkan Angkasa memilih untuk masuk ke dalam rumah milik sang kakak.
"Wa alaikum salam...." Ucap pak Supri si security dan Zack si supir sekaligus bodyguard keluarga Zev, yang juga merupakan ayah dari bocah kecil nan cantik itu, Aliya.
"Kalian udah pulang...?" Tanya Zack.
Aliya dan Tiger mengangguk sambil meraih punggung tangan dua pria dewasa itu dan menciumnya sebagai tanda hormat terhadap yang lebih tua.
"Ayaah .....panas....." Ucap Aliya sambil menggerak gerakkan telapak tangannya di depan leher seolah ingin mengusir hawa panas yang menyerangnya.
"Sini....sini....deket ayah sini...." Ucap Zack. Ia kemudian mengangkat tubuh mungil putri kecilnya itu dan memberikan tiupan tiupan kecil ke tengkuk sang putri yang nampak kegerahan.
"Aliya.....ganti baju aja yuk....bial nggak gelah...." Ucap Tiger.
"Eeemmm.....iya deh....ganti aja...tapi ental abis itu kita main ya...." Ucap Aliya.
"Oke..." Jawab Tiger.
Aliya pun merosot dari pangkuan sang ayah.
"Ayah....Aliya ganti baju dulu ya...." Ucap gadis kecil itu
"Iya, sayang..." Jawab Zack.
Aliya dan Tiger pun berlari masuk ke dalam rumah lewat pintu samping. Mereka berlari lari sambil tertawa riang. Sejak kecil kedua bocah itu memang sangat akrab. Terlebih lagi, Nabila dan Zev juga tak pernah membatasi kedekatan keduanya. Sepasang suami istri itu sudah menganggap Aliya seperti anak sendiri.
.
Di dalam rumah.....
"Assalamualaikum..." Ucap Angkasa sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu milik sang kakak.
Tak ada sahutan.
Kemana nih yang punya rumah?
Angkasa mencoba mempertajam pendengaran nya. Sayuk sayuk ia mendengar suara keributan dari ruang tengah rumah berlantai dua itu. Angkasa kemudian bangkit. Ia berjalan menuju sumber suara. Dan........
Dilihatnya disana,
Seorang wanita berperut sedikit membuncit nampak memijat mijat kaki seorang wanita tua berhijab. Seorang wanita lainnya berusia kurang lebih dua puluh lima tahun datang sambil membawa secangkir teh untuk wanita tua yang nampak kelelahan itu.
"Lagian nenek kok bisa sih ampe nyasar gini....capek kan jadinya...." Ucap si wanita yang rupanya tengah berbadan dua, berusia dua puluh sembilan tahun itu, Nabila.
Sedangkan Azizah, sang ART yang juga ibu dari Aliya itu nampak membantu si nenek untuk menenggak teh buatannya agar wanita tua yang baru saja kesasar itu bisa lebih tenang.
"Aku ngono mari golek weci Bil....omah apik apik, kuto gedene sak ene kok gak ono siji sijio sing dodol weci...!" Ucap sang nenek, Bu Lastri itu dengan kesal.
(Aku abis cari weci Bil, rumah bagus bagus, kota segede ini kok nggak ada satupun yang jualan weci)
Nabila menghela nafas panjang. Sedangkan Zizah yang mendengar nya hanya terkekeh. Antara lucu dan nggak ngerti apa yang si nenek bicarakan.
"Di sini nggak ada yang jual nek....nggak usah aneh aneh deh.... baru seminggu di sini udah tiga kali ilang....kan Nabil khawatir....udah deh....kalau nenek mau apa apa bilang aja, biar entar Zizah yang cari atau bikinin..." Ucap Nabila pada si nenek yang mulai pikun.
"Aku iku lek yahene senenge ngeteh ambek mangan weci Bil..." Ucap bu Lastri lagi
(Aku kalau jam segini sukanya ngeteh sama makan weci Bil...)
"Iya....iya....entar biar dibikinin sama Zizah... sekarang nenek istirahat ya...kita ke kamar..." Ucap Nabila.
"Iyo wes...." Ucap Bu Lastri. Wanita itu lantas bangkit. Diantar sang cucu yang tengah hamil anak kedua, wanita itupun menaiki tangga menuju lantai dua dan memilih istirahat di kamar tamu yang ada di sana.
tiba tiba......
"sik.....sik......." ucap Bu Lastri menghentikan langkahnya.
"ada apa lagi?" tanya Nabila.
"kocomoto ku ndek ndi Bil...?" tanya bu Lastri
(kacamata ku dimana Bil?)
Wanita itu kembali menuruni tangga, mencari cari kacamata yang menjadi alat bantu penglihatan nya.
Nabila menggaruk garuk kepala nya.
"neeekk....." ucap Nabila.
"sik ta Bil...." ucap Bu Lastri celingukan mencari cari kacamata nya.Angkasa hanya cekikikan melihat aksi neneknya.
Ia kemudian berjalan mendekati wanita itu.
"aduuuhh....pacarku....sini sini sini....ini apa??" tanya Angkasa sambil menunjukkan kepada Bu Lastri sebuah kacamata yang sedari tadi berada dalam genggaman nya.
"lho....Ya awoh la ndek kene a ket mau........" ucap Bu Lastri sambil menepuk pundak Angkasa.
(lho...Ya Allah ternyata disini dari tadi)
Angkasa hanya terkekeh melihat aksi neneknya itu.
"suwun yo le yo....samean anake sopo?" tanya Bu Lastri yang belum mengenakan kacamata nya itu.
("makasih ya le ya....kamu anaknya siapa?)
"anak pak camat...kesini mau minta sumbangan buat bangun jembatan..."
"oh...ngono....iya iya ...minta sama cucuku yo...." ucap bu Lastri percaya saja.
"iya ...udah di kasih tadi banyak....kan orang kaya...." ucap Angkasa menanggapi.
"oh iyo le....ancen sugih putuku...."
(oh iya le....memang kaya kok cucuku...)
Nabila makin mumet. Angkasa memang hobi sekali menggoda neneknya itu. Wanita itu lantas mendekati sang nenek.
"udah....udah.... ayo ke kamar yuk....nenek harus istirahat..."
"iku anakke pak camat ajaken jagongan Bil..."
(itu anaknya pak camat ajakin ngobrol Bil)
"iya....iya ...nenek masuk dulu, istirahat ya...."
"iyo wes...." ucap Bu Lastri.
Angkasa tak bisa menyembunyikan tawanya.
Wanita itu memang sudah mulai pikun. Sang nenek yang kini sudah mulai menginjak usia hampir enam puluh tujuh tahun itu memang gampang lupa sekarang. Itulah sebabnya mengapa kedua orang tua Angkasa, Adinda dan Adrian berinisiatif menjemput bu Lastri dari kota M, tanah kelahiran Adinda menuju ke ibu kota.
Tiga minggu yang lalu Dinda dan Adrian menjemput Bu Lastri di kota M, awalnya bu Lastri menolak, tapi dengan berbagai rayuan dan bujukan, wanita tua itu akhirnya bersedia juga tinggal di ibu kota.
Satu minggu Dinda dan Adrian di kota M, mereka lantas kembali ke ibu kota dengan membawa Bu Lastri. Seminggu tinggal di rumah Adinda, bu Lastri tidak betah. Hal itu dikarenakan rumah Dinda yang terlalu sepi. Letaknya di perumahan elit yang jarang ada tetangga bersosialisasi. Sedangkan Dinda, Adrian dan Angkasa juga sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing. Alhasil, bu Lastri pun di bawa kerumah Nabila. Lantaran di rumah itu ada Tiger dan Aliya, sehingga mungkin nantinya Bu Lastri tak akan kesepian.
Kerasan sih, betah...!
Tapi seminggu di rumah Nabila Bu Lastri yang pikun sudah hilang tiga kali. Tentu saja, lagi lagi hal itu membuat Dinda dan yang lainnya khawatir. Seperti hari ini, bu Lastri tiba tiba tidak ada di rumah, Supri yang ditugaskan menjaga pintu pagar rumah pun jadi sasaran. Wanita yang punya niat beli makanan favoritnya itu lupa jalan dan berakhir nyasar. Akhirnya pun sang nenek kembali membuat penghuni rumah kalang kabut mencari keberadaan nya. Sampai sampai Nabila minta tolong Angkasa untuk menjemput anaknya saking Zack yang biasanya menjemput Tiger dan Aliya harus ikut mencari si nenek seharian penuh.
...----------------...
Selamat pagi menjelang siang...
Yang bingung gimana caranya buat mem favorit kan novel ini, klik tanda titik tiga di pojokan ya, untuk yang sudah upgrade apk ke versi terbaru... Ada pilihan favoritnya disitu, biar bisa langsung ditambahin ke rak buku kalian🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
Seperti biasa di angksa asal nyablak saja
2025-03-31
0
siti yanti
lanjutin lagi thor cus ah
2023-11-02
2
amandatiffani._.
wihh pake bahasa malang dongg,,
2023-10-25
1